Mohon tunggu...
Onemayra Zafira Nurasnita
Onemayra Zafira Nurasnita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN "Veteran" Yogyakarta

Saya adalah mahasiswa jurusan Ilmu Hubungan Internasional yang ingin mengasah keterampilan menulis saya pada artikel ilmiah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Keterlibatan Rusia dalam Perang di Suriah Tahun 2011-2017

7 Oktober 2022   16:13 Diperbarui: 7 Oktober 2022   16:28 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam hal kemampuan defensif atau ofensif suatu negara, sektor pertahanan merupakan bagian penting dari negara tersebut. Secara umum, negara-negara dengan kekuatan bersenjata yang kuat selalu didukung oleh sektor pertahanan yang kuat yang dapat memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Sulit untuk mengabaikan kontribusi industri pertahanan terhadap hardpower. 

Bagi suatu negara untuk mengejar kepentingannya sendiri yang bebas dari campur tangan dan pengaruh luar, pencegahan adalah alat yang penting. Kemudian kemandirian atau ketidaktergantungan merupakan suatu hal yang penting karena sebagian besar negara memandangnya sebagai masalah kedaulatan dan harga diri suatu negara. 

Suatu negara akan kurang bergantung pada negara lain untuk kebutuhan pertahanannya dan kecil kemungkinannya memiliki masalah penggunaan senjata yang dipaksakan oleh negara lain jika memiliki industri pertahanan yang kuat. Negara memiliki wewenang dan kemampuan penuh untuk menggunakan sumber daya militernya untuk tujuan tertentu. 

Salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan suatu negara untuk memproyeksikan otoritasnya di luar negeri (dalam konteks politik internasional) dan memenuhi tuntutannya adalah kemampuan militernya. Tanpa kemampuan militer yang kuat, suatu negara lebih rentan terjerat dalam kekuasaan negara yang lebih besar.

Secara historis, bidang utama Uni Soviet adalah sektor pertahanannya, khususnya di bidang politik luar negeri, yang bergantung pada kemampuan deterrent militer. Karena keterampilan industri militernya, yang memungkinkannya dengan cepat dan efisien menciptakan sejumlah alat pertahanan medan perang yang efektif, Uni Soviet menjadi terkenal. Rusia merupakan salah satu pemain utama di bidang industri pertahanan dan kemampuan militer. 

Menyadari posisinya sebagai negara adidaya, ternyata Uni Soviet memiliki sejarah panjang dalam menawarkan dukungan militer kepada negara-negara yang memiliki hubungan baik dengannya dan negara-negara sekutunya. Salah satu negara di Timur Tengah yang paling banyak menerima dukungan dari Uni Soviet adalah Suriah. 

Selama Krisis Suez pada tahun 1956, Uni Soviet membangun kehadiran pertamanya di Timur Tengah dengan mengirimkan berbagai perlengkapan pertahanan, terutama ke Suriah, untuk membantu negara-negara Arab dalam perang mereka melawan Israel, yang didukung oleh Sekutu. Sejak kedua belah pihak menandatangani kontrak untuk mengembangkan infrastruktur di Suriah setelah perang, hubungan antara Uni Soviet dan Suriah telah membaik.

Rezim Bashar al-Assad mendapat dukungan luas dari Rusia, baik secara militer maupun diplomatik. Rusia memveto empat resolusi Dewan Keamanan PBB tentang Suriah antara 2011 dan 2015. Keputusan Dewan Keamanan PBB terkait perang di Suriah, menurut Rusia, menawarkan kepada negara ketiga kemungkinan untuk campur tangan dalam konflik, yang akan merupakan pelanggaran hak kedaulatan negara Suriah. 

Salah satu dilema yang memerlukan penjelasan lebih lanjut adalah kompleksitas fenomena konflik Suriah yang menjelma menjadi perang saudara. Ada kontroversi apakah perselisihan itu semata-mata akibat masalah internal atau juga akibat pihak lain yang terlibat. 

Krisis Suriah, yang memasuki tahun keenam, menjadi lebih sulit karena lebih banyak negara terlibat dan bertindak sesuai dengan kepentingan nasional mereka sendiri. 

Amerika Serikat dan Turki adalah dua negara yang menentang pemerintahan Bashar al-Assad Di sisi lain, tiga negara -- Rusia, Cina dan Iran -- mendukung pemerintahan Bashar al-Assad. Dari ketiga negara tersebut, Rusia merupakan pendukung paling aktif pemerintahan Bashar al-Assad.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun