Ramadhan sudah mengetuk kamarku. Aku masih seperti kemarin, selalu malas dan enggan membersihkan kamar. "Bukankah kamu sudah dewasa?" tegur bapak sembari memadamkan batuk.
"Mulai sekarang bersihkan kamarmu, setiap debu adalah dosamu sendiri, kau sudah dewasa Nak" imbuh ibu.
Aku masih merenung di pinggir dipan. Membiarkan Ramadhan termangu di depan pintu kamar. Sebentar lagi siang mengakhiri tugasnya. Sementara aku masih belum mengakhiri kemalasan.
Ibu membesarkanku lebih dari ribuan detak jam dinding.
Bapak membetulkan nasib juga lebih dari ribuan senja.
Keduanya teladan baik untuk menerima Ramadhan sebagai tamu agung yang mampu menahan segala nafsu untuk derajat takwa.
"Jadi sebulan ini aku harus membersihkan kamarku sendiri ya bu?" tanyamu.
"Bukan sebulan ini saja, tapi untuk seterusnya" jelas ibu.
Sejak saat itu, Ramadhan kupersilahkan masuk kamar yang sudah bersih.
Ada rapal do'a serta lantunan ayat suci, demikian tamu agung bahagia menerangi kamar.
SINGOSARI, 12 April 2021