Mohon tunggu...
gualbertus oka
gualbertus oka Mohon Tunggu... mahasiswa -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

The Tragedy of The Commons; Hak yang Mendatangkan Masalah?

21 Maret 2017   21:09 Diperbarui: 24 Maret 2017   04:00 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Telaah mengenai artikel ini pada akhirnya nanti memberikan gambaran mengenai perang nuklir. Kehadiran perang nuklir ternyata membawa dilema. Dilemanya adalah dia menjawab kebutuhan akan peningkatan kekuatan militer dan juga menurunnya keamanan nasional. Keduanya adalah pertimbangan yang cukup sulit berhubung tidak adanya solusi teknis. 

Apabila kekuatan-kekuatan yang ada hanya berfokus pada solusi dalam ranah keilmuan saja maka mungkin keadaan semakin diperparah. Dengan demikian persoalan inti dari artikel Garrett Hardin ini adalah pada ketiadaan solusi yang bersifat teknis untuk memecahkan persoalan ini. Sebuah solusi teknis mungkin dapat dipahami sebagai hal-hal yang dibutuhkan dalam ilmu alam yang sedikit ataupun banyak dapat mengubah nilai kemanusiaan ataupun ide tentang moral.

Akhir-akhir ini solusi-solusi yang berciri teknis mulai bermunculan. Hal ini setidaknya memberanikan kita untuk berpendapat bahwa pasti ada sulusi yang bersifat teknis. Seperti halnya Wiesner dan York dalam tulisan-tulisan ilmiah (jurnal) mereka yang berpandangan bahwa solusi-solusi terkait masalah ini (Tragedy of Freedom in a Commons)tidak hanya ditemukan di dalam ilmu-ilmu alam. 

Pencarian terkait solusi ini sama halnya dengan usaha untuk memenangkan sebuah permainan tebak-tebakan. Tentu tidak ada cara-cara khusus sebab di satu sisi karena lawan yang lebih mahir tetapi juga karena memang tidak ada solusi-solusi yang bersifat teknis. Kita hanya mampu berimajinasi untuk menang. Kembali lagi tentang ketiadaan solusi ternyata memiliki anak masalah seperti populasi.

Lalu apa yang perlu kita tingkatkan?

Populasi menurut Malthus dengan alamiah tumbuh secara geometris atau sering kita sebut secara eksponen. Dengan demikian dalam dunia kita yang terbatas pendapatan perkapita kita seharusnya menurun. Sebuah pandangan yang adil seharusnya juga berpegang pada prinsip bahwa dunia kita terbatas. Atau kita tidak sadar bahwa dunia kita memang terbatas. 


Namun terima ataupun tidak di masa mendatang kita akan berhadapan dengan masalah populasi. Hemat kata dunia yang terbatas seharusnya dihuni oleh manusia yang terbatas pula. Perbandingan tumbuhnya populasi harus nol. Ketika pada akhirnya kita menemukan realitas demikian ternyata ini menjawab persoalan yang dikemukakan secara teoritis. Teori yang berhubungan dengan hal ini adalah “persamaan dan perbedaan secara parsial yang dikemukakan oleh Von Neumann dan Morgenstern. Itu yang pertama. 

Di pihak lain masalah populasi juga berhubungan dengan fakta biologis. Manusia selalu membutuhkan energi untuk bertahan hidup dan juga untuk bekerja. Artinya bahwa setiap aktivitas manusia pasti memerlukan energi dalam bentuk kalori. Implikasi loginya adalah meningkatnya  angka populasi tentu juga meningkatkan sumber energi (good). Ini tidak mungkin terjadi.

Tragedi dari adanya kebebasan untuk terus memperbesar kekuasaan

Hal pertama yang mungkin perlu kita pahami adalah bahwa tragedi berkaitan erat dengan adanya ketidakbahagiaan. Artinya tragedi itu penderitaan bukan kesenangan. Tragedi juga melibtkan kehidupan atau ada dalam realitas kehidupan manusia. Manusia tentu mengalami apa yang dinamakan ketidakbahagiaan. Tragedy of Freedom in a Commonsjuga bekerja di dalam kasus ini. Kita mengambil contoh tentang padang penggembalaan. Ketika terdapat padang yang luas untuk tempat penggembalaan maka akan timbul juga keinginan untuk memperbanyak hewan piaraan (ternak). Hal baru yang kemudian muncul adalah masalah ruang yang makin terbatas. Sedangkan nafsu untuk memperbanyak kekayaan tetap saja muncul.

Polusi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun