Ya ampun, banyak sekali bagian-bagian yang mengharukan di buku ini. Yang sampe mau bikin nangis bukan karena sedih, tapi juga bahagia. Misalnya saja, saat kemudian Fahd mempercayakan usaha lain (barber dan cafe) kepada Lalan, dan Lalan dengan sisa-sisa kejayaannya memerintahkan semua anggota gengnya dulu untuk datang potong rambut ke tempatnya, sebab saat itu ia sedang melakukan projek amal, di mana sebagian besar hasil pangkas rambut digunakan untuk donasi.
Saya ketawa hingga membulirkan sedikit air mata saking terharunya. Adegan lain yang gak kalah bikin mewek, saat Lalan berhasil bikin acara kelulusan anak-anak TPA istrinya di kampung dengan meriah. Aduh sialan, kok sebegitu indahnya jalan hidup beliau.
Ya, Bang Lalan meninggal dunia 2020 lalu. Kala saya cek di IGnya @bangtatos penyebabnya korsleting listrik dari perangkat audio yang ia pegang. Apapun itu, semoga jalan hijrahnya, dan segala yang ia perbuat untuk istri, anak dan warga sekitar menjadi jalan terang dan amal zariahnya. Amiin amiiin.
Skor 9/10
*gak semua buku seberuntung ini hehe, sebagian besar lagi dibeli karena nafsu. Baru dibaca bertahun-tahun kemudian.