Mohon tunggu...
Haryadi Yansyah
Haryadi Yansyah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

ex-banker yang kini beralih profesi menjadi pedagang. Tukang protes pelayanan publik terutama di Palembang. Pecinta film dan buku. Blogger, tukang foto dan tukang jalan amatir yang memiliki banyak mimpi. | IG : @OmnduutX

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Tren Wisata Perpustakaan dan Pengalaman Mengunjungi Sainte-Genevieve Library di Paris

19 Mei 2022   12:36 Diperbarui: 20 Mei 2022   09:44 1865
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lantai di Sainte-Genevive Library | Dokpri

Di India, saya juga pernah sengaja mampir ke sebuah toko buku. Penasaran saja, apakah buku-buku yang dijual umumnya menggunakan bahasa Hindi atau bahasa Inggris. Uniknya, sebagian buku disana dibuat dwi bahasa. Salah satunya Kamasutra, buku yang (sepertinya) banyak dibeli wisatawan sebagai oleh-oleh, haha.

Hal ini menarik. Dari sini terlihat apakah masyarakat setempat lebih terbiasa menggunakan bahasa nasional mereka atau tidak.

Sama halnya saat saya melirik buku-buku yang ada di salah satu toko buku di Kuala Lumpur, Malaysia. Sejauh yang saya lihat, lebih banyak buku-buku bahasa Inggris yang dijual ketimbang bahasa Melayu. 

Di satu sisi ini bagus, artinya kemampuan bahasa asing warga lokal di Malaysia jauh lebih baik. Namun di sisi lain, bahasa Melayu akan terus tergerus sebagaimana yang "diributkan" oleh warganet asal Malaysia di sosial media belakangan.

Di sekitaran Khao San Road, Bangkok, "kitab suci" perjalanan ala P"lanet Kesepian" bahkan dengan mudah ditemukan di emperan jalan. Harganya pun murah. Sayangnya, setelah dicek sebagian besar buku bajakan. Ini terlihat dari kualitas cetakan dan penjilidannya yang jauh dari standar.

Kios buku tanpa penjual. Dijalankan dengan prinsip kepercayaan | Dokpri.
Kios buku tanpa penjual. Dijalankan dengan prinsip kepercayaan | Dokpri.

Yang menarik lagi, di sekitaran kota tua yang ada di Ljubljana, Slovenia, saya mendapati kios-kios penuh buku namun tanpa penjagaan. Rupanya, pemilik kios menjalankan bisnis dengan asas kepercayaan yang tinggi.

Siapapun yang lewat dapat melihat-lihat buku yang dijual. Tarifnya sudah tertulis jelas dan jika berminat membeli, uangnya tinggal dimasukkan ke dalam kotak uang yang disediakan. Luar biasa, ya!

Buku dan majalah yang dijual pun menarik. Sayangnya, sebagian besar ditulis dalam Slovene -bahasa setempat- sehingga saya urung untuk membelinya. Satu yang kemudian saya sesali sebab rasanya menarik buku/majalah itu dibeli satu untuk kenang-kenangan di rumah.

Selalu menyenangkan jika dapat mendatangi tempat di mana buku-buku berada. Umumnya memang toko buku karena biasanya terletak dekat pusat keramaian dan tak jauh dari objek wisata.

Walau begitu, bukan berarti saya sepenuhnya meninggalkan perpustakaan. Jika memungkinkan dan berkesempatan, ingin rasanya dapat mendatangi berbagai perpustakaan saat saya melakukan perjalanan.

PERPUSTAKAAN INDAH DI PARIS

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun