Mohon tunggu...
Haryadi Yansyah
Haryadi Yansyah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

ex-banker yang kini beralih profesi menjadi pedagang. Tukang protes pelayanan publik terutama di Palembang. Pecinta film dan buku. Blogger, tukang foto dan tukang jalan amatir yang memiliki banyak mimpi. | IG : @OmnduutX

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Menyamar Jadi Orang Miskin demi Diterima di Sekolah Elit dalam Film "Hindi Medium"

31 Januari 2022   16:33 Diperbarui: 31 Januari 2022   16:34 2635
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Raj, Mita dan Pia saat proses wawancara oleh pihak sekolah. Sumber gambar https://www.filmcompanion.in/

Raj Batra (Irrfan Khan) dan Mita (Saba Qamar) dipertemukan saat keduanya remaja. Ceritanya, Mita datang bersama ibunya ke toko milik keluarga Raj yang tak hanya menjual sari/pakaian, namun juga menyediakan jasa menjahit sehingga model pakaiannya dapat disesuaikan dengan keinginan pembeli.

Jatuh cinta pada pandangan pertama. Itu yang terjadi pada Raj. Namun, untuk mendapatkan hati Mita, tentu saja butuh perjuangan. Ia melakukan banyak cara untuk pendekatan.

Untungnya kemudian mereka berjodoh. Di masa sekarang, usaha Raj sudah semakin maju. Toko kecil keluarganya yang semula berada di gang sempit seputaran Old Delhi kini menjelma menjadi sebuah toko yang besar. Kini ia sukses dan kaya raya.

Karyawannya banyak. Mobilnya mewah. Namun, Raj masih bertahan tinggal di kawasan padat penduduk yang berada tak jauh dari tokonya. Keinginan istrinya untuk pindah ke lingkungan yang lebih bagus dan menempati rumah yang lebih mewah tak pernah berhasil. Baru setelah anak mereka --Pia (Dishita Seghal) akan bersekolah, Raj bersedia untuk pindah rumah.

Apa pasal?

Rupanya Delhi Grammar School, sekolah paling bagus yang ada di Delhi itu menerapkan zonasi. Untuk bersekolah di sana, haruslah orang-orang yang tinggal dekat dengan lokasi sekolah tersebut. Ya, kepalang kan, sekolah terbaik dan mahal, tidak ada salahnya Raj dan Mita perlahan menjalani hidup yang lebih baik dengan berpindah tempat tinggal.

Poster Hindi Medium. Sumber gambar IMDB
Poster Hindi Medium. Sumber gambar IMDB

Sayangnya, menjadi kaya dan rumah dekat dengan sekolah tak hanya jadi syarat utama. Saking banyaknya peminat, maka proses seleksinya pun sangat ketat. Selain syarat administrasi, orang tua dan murid juga harus lolos seleksi wawancara.

Saking inginnya Pia bersekolah di situ, Raj dan Mita bahkan memakai jasa konsultan yang seyogyanya dapat membimbing dan membantu mereka melewati proses wawancara dengan baik. Di sini drama muncul. Perbedaan sudut pandang antara Raj dan Mita kerap menjadi kendala.

Raj, anak kampung terbiasa berbicara dalam bahasa India. Sedangkan Mita yang lebih modern lebih nyaman menggunakan bahasa Inggris. Dan rupanya, menurut pihak konsultan hal ini bisa jadi penghambat. Pihak sekolah dapat menganggap adanya ketidak singkronan gaya mendidik orang tua di rumah yang dapat berpengaruh dalam proses belajar di sekolah.

Ribet!

Ironisnya, dengan segala macam persiapan yang mereka lakukan, Pia tetap tidak berhasil belajar di sekolah tersebut. Mita marah besar dan berkata, "aku tidak mau tahu, kau harus cari cara agar Pia bisa diterima di sekolah itu."

MENDADAK MEMISKINKAN DIRI

Saat sudah kehabisan akal, sebuah kabar mengejutkan bahwa anak dari salah satu pegawai tokonya ternyata berhasil diterima di sekolah itu. Bergegas dia mendatangi pihak konsultan dan protes.

"Bagaimana bisa dia yang orang biasa bisa diterima di sana?"

Raj tak habis pikir sebab biaya bersekolah di Delhi Grammar School sangat mahal. Terang pegawainya tidak akan mampu untuk membiayai anaknya bersekolah di sana.

"Kau tidak perlu marah, aku yakin anak dari pegawaimu adalah penerima program RTE."

RTE atau Right to Education Art adalah program dari parlemen India yang mengharuskan semua sekolah elit menyisakan 25% jatah kursi untuk anak-anak yang tidak mampu. "Jadi, ya, kalau kau memaksa anakmu sekolah di sana, kau tahu kan harus melakukan apa?"

Penampilan Raj dan Mita sehari-hari. Sumber gambar https://www.ndtv.com/
Penampilan Raj dan Mita sehari-hari. Sumber gambar https://www.ndtv.com/

Raj gelap mata. Dia menyuap orang untuk mengeluarkan dokumen yang menyatakan ia orang miskin. Si calo ini bahkan dengan meyakinkan bahwa Pia akan terpilih dalam proses undian. Ya, sebagaimana kuota umum, masyarakat tidak mampu yang ingin anaknya bersekolah di sekolah yang bagus juga banyak.

Jika lolos berkas administrasi, maka akan dilakukan pengundian yang dilakukan secara terbuka. Nah, ketika berkas sudah disetorkan merebak isu di media bahwa ada banyak orang yang berlaku curang dengan memalsukan berkas.

"Untuk itu, kami akan menugaskan tim khusus untuk melakukan pengecekan langsung ke rumah mereka satu persatu!"

Kepanikan terjadi. Mita ketakutan jika berkas mereka dinyatakan palsu maka ia dan suaminya akan dipenjara. Tapi, show must go on! Ketika satu kebohongan tercipta, maka akan ada kebohongan-kebohongan lain yang akan menyertainya, bukan?

Pada para tetangga yang semuanya orang kaya dan kepada para pegawainya, Raj dan Mita mengaku akan berlibur di Eropa selama 1 bulan. Padahal, mereka harus mencari tempat tinggal baru sementara di lingkungan kumuh dan miskin hanya untuk meloloskan rencana mereka menyekolahkan Pia di Delhi Grammar School.

Lalu berubah menjadi seperti ini. Sumber IMDB.com
Lalu berubah menjadi seperti ini. Sumber IMDB.com

Drama pun terjadi. Tidak mudah bagi keduanya yang terbiasa hidup nyaman untuk berlakon layaknya orang susah dengan segala keterbatasan fasilitas. Rumah yang sempit, air yang tidak tersedia hingga kekhawatiran mereka saat pihak sekolah datang dan melakukan survei langsung.

Agar terlihat meyakinkan, Raj menerima tawaran Syham Prakash (Deepak Dobriyal) untuk bekerja di sebuah pabrik. Mita pun harus berjibaku antre demi mendapatkan air bersih dan memberi beras kiloan di toko kelontong bersama para tetangga.

Lalu, apakah penyamaran dan semua kebohongan mereka ini akan berhasil?

CERMINAN BOBROKNYA PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

Yang saya dengar, di negara maju kualitas pendidikan itu sama rata di seluruh sekolah. Terutama sekolah negeri milik pemerintah. Di Jepang, anak akan diarahkan untuk bersekolah yang berada tak jauh dari rumah. India (dan juga Indonesia) mulai mempraktikkan hal ini sebagaimana yang diperlihatkan di film Hindi Medium ini.

Tujuannya sih tentu saja bagus. Tapi, sepertinya kesiapan pemerintah untuk menciptakan kualitas pendidikan yang sama bagusnya itu baik dari segi fasilitas dan tenaga pengajar, masih jadi PR besar. Jika saya membandingkan dengan apa yang ada di film, sepertinya Indonesia jauh lebih baik, ya. Saya rasa, sekolah negeri di Jakarta (biar apple to apple dengan New Delhi yang ibukota India) sudah jauh lebih baik dari segi kualitas pengajar dan fasilitas sekolahnya.


Walaupun, di Palembang sendiri misalnya, masih ada pihak-pihak yang berlaku curang sama seperti Raj. Mencari kerabat untuk dapat ditumpangi KK (Kartu Keluarga)nya biar si anak nebeng sekolah di sekolah favorit yang ada di sekitaran situ. Pemerintah berusaha menangkal praktik curang ini dengan hanya menerima KK (Kartu Keluarga) cetakan lama. Tapi, percayalah, selalu ada celah untuk berlaku curang.

Saket Chaudhary sebagai sutradara berusaha kuat untuk menunjukkan realitas ini lewat tayangan berdurasi 2 jam lebih. Namun sayangnya, ada beberapa elemen film yang cukup lemah. Misalnya saja naskah yang kurang kuat, masih adanya beberapa plot hole yang jadi kurang singkron dengan jalinan ceritanya.

Untuk akting juga menurut saja biasa saja. Akting Irrfan Khan dan Saba Qamar sebagai orang tua dengan ambisi yang minggila sih lumayan. Tapi, belum cukup spesial dan memorable. Jujur saja, saya sempat ingin menghentikan film ini di tengah durasi namun akhirnya dapat saya selesaikan walau endingnya sudah dapat tertebak. Bagi yang penasaran, bisa cek di Prime Video, ya!

Skor 7,5/10

Penulis bagian dari Kompal
Penulis bagian dari Kompal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun