Mohon tunggu...
Haryadi Yansyah
Haryadi Yansyah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

ex-banker yang kini beralih profesi menjadi pedagang. Tukang protes pelayanan publik terutama di Palembang. Pecinta film dan buku. Blogger, tukang foto dan tukang jalan amatir yang memiliki banyak mimpi. | IG : @OmnduutX

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sudut Khusus di Neraka bagi Para Koruptor Jalan Tol

6 November 2021   13:28 Diperbarui: 6 November 2021   13:28 607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pintu tol. Source image KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

"Walaupun biayanya lumayan mahal, tapi sangat hemat waktu," ujar adik saya.

"Sayang, di beberapa kawasan, kualitas jalannya masih jelek," tambahnya lagi.

Keluhan pengguna jalan tol Palembang-Lampung. Source image Antaranews
Keluhan pengguna jalan tol Palembang-Lampung. Source image Antaranews

Mengenai itu, sebetulnya sudah sering saya dengar. Di salah satu kanal berita yang dibuat Maret 2021 lalu pun pernah menuliskan secara lengkap reportasenya. Keluhan semacam jalan bergelombang, masih banyak terdapat lubang dan kurangnya rambu dan penerangan masih banyak dikeluhkan. Sayangnya, hingga 7 bulan berselang saat adik saya menjajal tol tersebut, kondisi tersebut masih ia temukan.

Keberadaan tol ini menjadi urat nadi baru dalam banyak aspek. Jelas dengan kemudahan akses ini, distribusi barang dan jasa akan lebih meningkat dan turut menunjung pertumbuhan ekonomi. Secara tidak langsung, keberadaan tol juga memaksimalkan pemerataan hasil pembangunan yang berkeadilan. Kalau saya pribadi sih, jujur saja, kalau kangen pantai, kini ke Lampung bisa semakin mudah dijangkau. Buat yang suka pelesiran ini membantu banget!

Walau begitu, tetap kualitas harus diperhatikan dengan baik. Semata-mata demi keselamatan pengguna jalan, terlebih, pengguna jalan tol tidak menggunakan akses itu dengan gratis!


Bukan bermaksud nggak bersyukur tinggal di Indonesia terlepas plus dan minusnya, hanya, pengalaman saya melakukan perjalanan ke beberapa negara, pemerintahannya sangat memperhatikan kualitas jalan. Perjalanan dari Singapura menuju Malaka atau Kuala Lumpur terasa begitu nyaman sebab jalanan mereka terasa mulus.

Kalau bicara Eropa, tentu lebih hebat lagi. Walaupun saya juga merasakan macet di jalan tol dari Brussels menuju Luksemburg, namun tetap terasa nyaman sebab selama di perjalanan jalanan mulus dan sopir pun berkendara dengan memperhatikan keselamatan. 

Di negeri maju yang tegas menegakkan peraturan, human error jarang terjadi. Jadi, kondisi jalan yang baik dan kedisiplinan pengendaranya akan bersinergi menjadi satu yang membentuk keselamatan dalam berkendara.

"Tapi itu semua yang disebut negara maju! Negara lain mungkin sama ancurnya dengan Indonesia," begitu mungkin pikir kalian.

Jika berjalan di dalam kota, kualitas jalanan di India sih kurang lebih sama dengan Indonesia. Ada yang mulus, ada juga yang berlobang. Namun, pengalaman saya berkendara dari kota Ahmedabad menuju Udaipur terasa menyenangkan. Jalanan tolnya lebar dan mulus. Maksud saya, jika menyamakan kualitas jalanan dengan di Eropa masih terlalu sulit, ya setidak-tidaknya kualitas jalan tol di Indonesia harus lebih baik dari India.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun