Mohon tunggu...
om_nanks
om_nanks Mohon Tunggu... Lainnya - nikmati yang tersaji jangan pelit berbagi

☆mantan banker yang jualan kavling☆ ☆merangkum realita bisnis dalam sebuah tulisan☆ ☆penyelesaian kredit bermasalah advisor☆

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Gudang

23 Desember 2022   08:29 Diperbarui: 23 Desember 2022   08:32 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi gudang/sumber: harmony.co.id

Gudang

Flashback ke sepuluh tahun silam saat renovasi rumah standart perumahan menjadi rumah layak huni versi saya dan istri.

Seminggu sudah disetiap malam saya berdua bersama istri melakukan packing hampir semua barang yang masih berharga dimasukan ke dalam dos bekas rokok yang saya dapatkan dari nasabah yang mempunyai usaha kelontong.

Setiap pernik barang dari majalah, buku, mainan anak-anak, sajadah, hardcopy skripsi hingga hardcopy tesis, dan pernik-pernik lainnya masing-masing dos saya tuliskan sesuai dengan isinya supaya kelak di kemudian tahun memudahkan kami untuk menemukan kembali.

Meski di tahun 2012 era digital telah memasuki era 4.0 namun belum menyentuh kami yang pada waktu itu masih berkutat dengan gawai blackberry, sehingga hampir setiap berkegiatan masih berbasis hardcopy. Repotnya ketika dimintai data oleh kantor, tidak serta merta kami dapat meresponnya dengan cepat.

Sebetulnya kami tidak khususkan satu ruang untuk penyimpanan barang yang kalau dibuang terlalu sayang tetapi kalau disimpan juga membosankan selain tidak ada tempat yang layak.

Dalam satu ruangan yang berujud kamar tetapi kami lebih sering menyebutnya sebagai gudang, nampak masih tersusun rapi beberapa dos yang berisi barang-barang yang kami kemas di sepuluh tahun silam yang hingga kini belum pernah tersentuh sama sekali. Jejak tulisan sebagai penanda isi dos masih terlihat jelas, meski sedikit berdebu kami mencoba untuk mencari-cari barang yang memang sangat kami butuhkan saat ini. Dengan sedikit terpaksa kami luangkan waktu untuk itu.

Meski disebut gudang letaknya tidak berada di pojok dan nyaris tiap kali kami ke lantai atas selalu melewatinya dengan kondisi pintu gudang yang selalu terbuka membuat kami selalu dapat memonitor.

Sejatinya ketika membuat artikel ini saya akan bercerita soal gudang rumah tinggal kami, namun tepat saat akan meneruskan tulisan di alinea ini, oleh otak diarahkan untuk mengambil tema lain dan pembicaraan tentang gudang diatas tidak perlu dihapus, jadikan saja sebagai salam pembuka. Akibatnya preambule menjadi terlalu panjang hingga duaratus kata lebih hehehe...

Baiklah kita akhiri sudah polemik tentang tema yang akan ditulis.

*****

Kebuntuan Ide

Seringkali meski tidak sering-sering amat, sebagian penulis pemula atau kata kompasiana disebut penulis debutan seperti saya, seringkali mengalami apa yang disebut dengan kebuntuan ide, idenya banyak tetapi ketika akan menulis dan sudah di depan laptop, kata atau kalimat awal yang akan menjadi penarik pembaca untuk melanjutkan membaca menjadi sesuatu hal yang sulit tercipta karena banyak pertimbangan yang berkecamuk didalam kepala, jadinya meski tetap berada di depan laptop tetapi kegiatan yang dilakukan bukan seperti yang diharapkan, berselanjar di dunia maya dengan dalih mencoba merefresh supaya ide-ide yang diharapkan kembali muncul di saat-saat injury time. Nyatanya tidak selalu begitu.

By the way, meski saya dan mungkin penulis pemula lainnya mentargetkan setiap hari minimal harus mampu menghasilkan satu tulisan yang meski belum bisa menulis yang membuahkan suatu karya sehingga oleh redaksi kompasiana layak untuk dimasukkan ke dalam jajaran 'artikel utama atau headline' tetapi bagi penulis target itu tetap melekat di kepala, dikesankan seolah-olah saya ini seperti pemilik media cetak yang mewajibkan jurnalisnya selalu berkarya dengan menulis artikel yang berkualitas setiap harinya. Repotnya, saya ini ya penulis, ya editing, ya segalanya merangkap jabatan segala jabatan sehingga efektifitas yang diharapkan menjadi tidak efektif lagi hehehe... 

*****

Entrepreneur

Beberapa aktifitas yang berpotensi menghasilkan uang pernah dicoba, mulai dari reseller berbagai produk, jualan minuman, persewaan baju adat, mediator jual beli kendaraan bermotor baik yang beroda empat maupun yang hanya memiliki dua roda, termasuk menjadi penghubung property non agency, beternak ikan sidat juga lele. Dalam rangka menuju dan berproses menjadi seorang entrepreneur seperti yang acapkali disampaikan oleh para pemangku teori entrepreneur, motivator dan dosen diruang-ruang hotel dan kelas di perguruan tinggi. Sesulit apapun tetap harus diperjuangkan dan meyakini bahwa dibalik kesulitan pasti ada kemudahan, yakini seperti yang sudah dijanjikanNya.

Menjadi kompasioner pun juga merupakan bagian dari entrepreneur, bagi saya ketika berbagai cara tentunya dengan cara-cara yang dapat dipertanggungjawabkan dihadapanNya kelak, diperjuangkan dengan segala kemampuan untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya hasil dari kreatifitas, inovasi dan update supaya sesuai dengan kemauan dan bermanfaat bagi orang lain, juga dapat disebut sebagai seorang entrepreneur.

Untuk menjadi pewirausaha tak semudah dan tak sesulit seperti yang diperkirakan, coba dan rasakan baru sampaikan tentang segala halnya, terutama tentang kerugian dan kendalanya. Cukup.

*****

Resign

Terjebak dalam rutinitas harian dengan berangkat pagi di pukul 07.00 hingga jadwal pulang di pukul 16.00, meski seringkali over time hingga tengah malam sudah menjadi hal yang biasa, kala itu.

Beruntungnya menjadi bagian dari tim pemasar, seringkali bertemu orang dan belajar bagaimana cara memasarkan dan menjalin hubungan baik, memberikan sedikit ruang bagi saya untuk berusaha dan belajar supaya menjadi lebih eksis diluar sana, curi-curi waktu.

Doktrin dan motivasi dari perusahaan yang nyaris setiap hari disampaikan baik pada saat doa pagi bersama di hall maupun di ruang meeting kepada para pekerja tak terkecuali bagi saya tanpa sengaja telah merubah pola pikir untuk berbuat sesuatu yang lebih berarti bagi diri sendiri agar tetap bermanfaat diluar manakala raga dan otak ini sudah tak sejalan dengan kantor.

Menginjak tahun keempat resign.

*****

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun