Mohon tunggu...
Bagus Suci
Bagus Suci Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat Pengetahuan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Suka belajar dan berbagi manfaat

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Duduk Perkara Harga BBM Tak Kunjung Turun

19 Mei 2020   11:59 Diperbarui: 19 Mei 2020   11:55 524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi SPBU Pertamina. (credit: goodnewsfromindonesia.id)

Pandemi Covid-19 telah memukul seluruh sektor kehidupan masyarakat. Penyebaran virus yang meluas dan belum terkendali, membuat aktivitas manusia dipaksa berhenti total. Alhasil roda perekonomian pun terkena imbasnya.

Salah satu isu yang mencuat di tengah pandemi Covid-19 saat ini adalah harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang tak kunjung turun di Tanah Air. Padahal, harga minyak dunia tengah anjlok, bahkan hingga minus.

Isu ini dengan cepat menarik perhatian masyarakat luas. Bahkan menjadi pembicaraan hangat di media sosial. Pertamina pun menjadi sorotan utama karena dianggap mengeruk untung di tengah susahnya kehidupan masyarakat.

Tapi benarkah kondisinya demikian? Bagaimana kita melihat permasalahan ini secara jernih?

Kompleksitas Bisnis Minyak Pertamina

Apabila kita periksa lebih detail, alasan pertama Pertamina tetap mempertahankan harga BBM saat ini sebenarnya terkait dengan momentum. Karena pada dasarnya, harga minyak dunia itu tidak pernah stabil.

Harus diakui, harga minyak dunia saat ini memang lagi turun, tapi bukan berarti setelah ini tidak akan naik kembali.

Faktanya, selama 13 tahun terakhir setiap harga minyak anjlok karena kondisi krisis, biasa akan kembali "rebound" dalam tiga bulan. Misalnya pada krisis tahun 2008 harga minyak anjlok sampai US$ 38 per barel, lalu kembali normal menjadi US$ 70 per barel.

Apalagi, Organisasi Negara Produsen Minyak (OPEC) saat ini tengah melakukan pemotongan produksi sekitar 9,7 juta barel per hari pada Mei-Juni 2020. Lalu, diikuti dengan rencana pemotongan sebesar 7,7 juta barel pada Juli-Desember 2020, dan 5,8 juta barel pada Januari 2021-April 2022 mendatang.

Rencana itu praktis membuat harga minyak akan naik kembali di kemudian hari. Dalam beberapa hari terakhir saja, harga minyak juga sudah merangkak naik.

Pertanyaannya, jika harga BBM kita turunkan saat ini, terus ke depan tiba-tiba harga minyak naik kembali, lantas kita mau apa? Pasti akan menaikkan kembali, bukan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun