Mohon tunggu...
Rokhman
Rokhman Mohon Tunggu... Guru - Menulis, menulis, dan menulis

Guru SD di Negeri Atas Awan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Merancang Kesulitan untuk Anak

4 Oktober 2022   09:19 Diperbarui: 4 Oktober 2022   09:24 518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Generasi X atau Z adalah sebutan bagi anak-anak kelahiran tahun 2000-an. Mereka lahir di mana teknologi sudah berkembang sedemikian pesatnya. Mereka terbiasa menikmati berbagai fasilitas dan kemudahan berkat bantuan teknologi.

Mereka tidak pernah mengetahui bagaimana kesulitan dan susahnya perjuangan orangtuanya dahulu. Jika suatu ketika orang tua bercerita tentang masa lalunya, mereka dengan enteng menjawab, "Ah, jadul, kuno!" Demikian juga ketika orang tua menanyakan aktivitasnya sekarang, mereka jawab, "Ah, kepo!"

Begitu kira-kira gambaran hubungan anak dan orang tua saat ini. Kondisi tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi pendidik dan juga orangtua. Oleh karena itu, pendidik dan orangtua harus bisa mengambil peran yang tepat ketika dihadapkan dengan generasi yang lahir pada era yang berbeda ini.

Untuk mengulas masalah ini, Pondok Pesantren Modern Muhammadiyah Boarding School (MBS) Wanayasa, Banjarnegara menggelar kegiatan Parenting Day pada hari Ahad (2/10). Kegiatan berlangsung di Gedung IPHI Wanayasa sekaligus perpulangan santri setelah kegiatan tengah semester.

Kegiatan parenting menghadirkan narasumber Fadhilah N Wulandari Praktisi Pendidikan Berbasis Fitrah dan Founder Adzkia Banjarnegara. Kegiatan ini diikuti walisantri beserta pengasuh MBS Wanayasa, Banjarnegara. Sedangkan tema yang diangkat: "Bersama, Bergembira, dan Berlapang dada, Mewujudkan Generasi MBS yang Humanis, dan Religius."

Untuk mengurai masalah tersebut, Ustazah Wulan begitu biasa disapa, menampilkan judul materi, "Mendidik Anak Generasi Akil Baligh." Dalam paparannya, Ustazah Wulan menjelaskan bahwa generasi saat ini hidup dengan berbagai kemudahan. Berangkat ke sekolah diantar dengan kendaraan pribadi, pesan makanan tinggal klik makanan diantar sampai depan pintu, dan aneka kemudahan yang lain.

Kondisi seperti ini menjadikan mental anak menjadi rapuh sehingga gampang menyerah ketika menghadapi kesulitan hidup. Hal ini seperti digambarkan Prof Renald Khasali sebagai generasi strowbberry. Yakni generasi yang penuh dengan gagasan kreatif tetapi mudah menyerah dan gampang sakit hati.

Pembelajaran Berbasis Tantangan   

Lebih lanjut Ustazah Wulan memberi solusi untuk mendidik anak sesuai fitrahnya. Untuk membangun generasi yang kuat maka pendidik (guru dan orang tua) hendaknya bisa merancang kesulitan untuk anak. Pendidikan hendaknya dirancang sedemikian rupa agar anak mengalami proses melalui kesulitan-kesulitan untuk mencapai suatu tujuan.

Praktik seperti inilah yang diterapkan di Sekolah Alam Adzkia Banjarnegara. Dalam sebuah tayangan video anak diajak dalam sebuah proyek pembelajaran dengan menginap di suatu desa. Dari mulai berangkat hingga pulang anak dikondisikan dengan tantangan-tantangan (backpacker).

Berangkat dari sekolah anak naik kendaraan umum/angkot. Dengan demikian anak akan berbaur dengan pengguna angkutan yang lain. Anak akan merasakan bagaimana beretika di kendaraan umum, membayar angkot sendiri, bau keringat, dan sebagainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun