Arjasa, 15 Agustus 2024 -- Indonesia mengalami darurat buta aksara yang harus diberantas dan dicegah hingga ke akarnya. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2021-2023 menunjukan bahwa masyarakat Indonesia sebanyak 1,7 juta jiwa mengalami buta aksara dan Provinsi Jawa Timur memiliki angka tertinggi persentase buta aksara yaitu 14,28%.
Kabupaten Jember merupakan salah satu wilayah di Jawa Timur yang memiliki masyarakat buta aksara yaitu 167.118 juta jiwa dengan usia 15-59 tahun (usia produktif) dan tersebar di 31 kecamatan.
Hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh mahasiswa Program Mahasiswa Berdesa (PROMAHADESA) Universitas Jember yang pada beberapa wilayah di Kabupaten Jember menunjukkan hasil bahwa di Desa Arjasa, Kecamatan Arjasa masih terdapat masyarakat yang mengalami buta aksara.
Tim program terdiri dari 10 mahasiswa yang berasal dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan dan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. PROMAHADESA merupakan program pengabdian mahasiswa yang diselenggarakan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) Universitas Jember.
Mahasiswa melakukan kunjungan langsung ke lokasi kegiatan dan diperoleh hasil diskusi dengan pihak RT/RW dan karang taruna setempat. Kegiatan yang didapatkan dari observasi ini yaitu masih ada warga yang belum bisa membaca dan menulis dari rentang usia remaja hingga dewasa.
Untuk mengatasi permasalahan buta aksara di Desa Arjasa, salah satu cara dengan memfasilitasi masyarakat khususnya anak-anak dengan rumah belajar untuk belajar membaca, menulis, dan berhitung agar memutus rantai buta aksara yang ada di Kabupaten Jember khususnya di Kecamatan Arjasa. Diskusi dengan RT dan Karang taruna disajikan pada Gambar berikut.
Mahasiswa menyelenggarakan kegiatan Omah Dolan di desa Arjasa sebagai upaya dalam memutus rantai buta aksara yang terdapat di Desa Arjasa khususnya di Dusun Calok. Tujuan yang diharapkan dari kegiatan ini adalah masyarakat khususnya anak-anak mendapatkan pendampingan dalam hal membaca, menulis dan berhitung, serta meminimalisir angka buta aksara yang cukup tinggi yang ada di daerah Kecamatan Arjasa.
Kegiatan Omah Dolan di Dusun Calok Arjasa ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif dalam meningkatkan literasi penduduk di daerah tersebut. Melalui program pembelajaran yang diselenggarakan, diharapkan anak-anak dan masyarakat dewasa dapat belajar membaca, menulis, dan berhitung dengan lebih baik.
Dengan demikian, diharapkan angka buta aksara di daerah tersebut dapat terus berkurang dari waktu ke waktu sehingga masyarakat dapat mengakses informasi dan pengetahuan dengan lebih mudah dan merata. Sebagai contoh, seorang anak di Dusun Calok Arjasa awalnya kesulitan membaca dan menulis namun setelah mengikuti program Omah Dolan, ia menjadi mahir dalam membaca dan menulis. Sebagai akibatnya, anak tersebut dapat mengembangkan potensi dan memperoleh kesempatan pendidikan yang lebih baik.
Namun, masih ada kemungkinan bahwa sebagian anak atau masyarakat dewasa tidak mendapatkan akses atau kesempatan untuk mengikuti program pembelajaran tersebut karena berbagai faktor seperti keterbatasan biaya atau aksesibilitas. Sehingga, angka buta aksara di daerah tersebut tetap bisa saja bertahan atau bahkan meningkat meskipun program-program pembelajaran telah tersedia.
Program Omah Dolan yang diikuti oleh 20 siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran secara indoor dan outdoor dengan menerapkan pembelajaran kooperatif yang disusun dengan berfokus pada kegiatan interaksi melalui permainan edukasi bersama.
Penerapan pembelajaran berbasis games dan dilanjutkan pengisian Lembar Kerja Peserta DIdik (LKPD) juga dilakukan agar siswa tidak merasa bosan untuk mengikuti kegiatan. Selain itu, penggunaan media pembelajaran interaktif juga diterapkan guna meningkatkan kualitas pembelajaran.
Berikut kegiatan-kegiatan yang telah diselenggarakan di Omah Dolan Arjasa.
1. Pembelajaran games susun huruf
2. Pembelajaran games Math Animal melalui tangram
3. Permainan Teka-teki matematika
4. Menonton video Cerita Interaktif
5. Bermain menggunakan media pembelajaran
6. Bermain estafet kelereng pertanyaan
Program pengabdian mahasiswa Omah Dolan Arjasa memberikan hal baik yang ditandai dengan terjadi peningkatan kemampuan siswa. Mahasiswa menyelenggarakan pre-test di awal kegiatan dan post-test di akhir pengabdian. Hasil pre-test dan post-test menunjukkan peningkatan rata-rata kemampuan literasi dan numerasi siswa.
Pelaksanaan kegiatan ini membawa berbagai dampak positif bagi peserta, antara lain: (a) Anak-anak yang dulunya hanya berkomunikasi dalam bahasa daerah kini mulai terbiasa menggunakan bahasa Indonesia baik untuk berinteraksi maupun dalam proses belajar; (b) Terjadi peningkatan kemampuan mereka dalam membaca, menulis, dan berhitung di desa tersebut; (c) Metode pembelajaran cooperative learning yang menekankan pada kolaborasi dalam kelompok membantu anak-anak mengembangkan keterampilan kerja sama tim, komunikasi, saling percaya, serta meningkatkan rasa percaya diri mereka; (d) Anak-anak di desa tersebut kini lebih menyadari pentingnya membaca, menulis, dan berhitung, dan diharapkan mereka dapat mengedukasi masyarakat lokal tentang pentingnya keterampilan tersebut dalam kehidupan sehari-hari di masa depan. Hasil dari program ini adalah terlihat jelas dalam peningkatan prestasi belajar anak-anak di desa tersebut. Mereka tidak hanya menguasai keterampilan dasar seperti membaca, menulis, dan berhitung dengan lebih baik, tetapi juga dapat bekerja sama dalam tim dan komunikasi dengan lebih baik. Diharapkan bahwa keberhasilan mereka dalam belajar ini akan membawa dampak positif bagi masyarakat sekitar dan generasi mendatang.
Semoga program ini dapat terus berlanjut dan memberikan manfaat yang besar bagi anak-anak di desa tersebut. Dengan keterampilan yang mereka kuasai, diharapkan mereka dapat memiliki masa depan yang lebih cerah dan dapat membawa perubahan positif bagi lingkungan sekitar. Melalui pendidikan yang baik, diharapkan generasi mendatang dapat menjadi agen perubahan yang membawa kemajuan bagi masyarakat mereka.
Sebagai contoh, program pelatihan keterampilan untuk anak-anak di desa tersebut telah memberikan kesempatan bagi mereka untuk belajar bekerja secara tim dan berkomunikasi dengan lebih efektif. Dampak positif dari program ini terlihat ketika anak-anak tersebut mampu membentuk kelompok kerja yang solid dan berhasil menciptakan produk-produk kreatif yang bermanfaat bagi masyarakat sekitar.
Hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan program pelatihan keterampilan ini termasuk minimnya sumber daya dan dukungan dari pemerintah daerah. Namun, dengan kerja keras dan semangat kolaborasi, komunitas desa mampu mengatasi tantangan tersebut dengan mencari bantuan dari pihak swasta dan menggalang dana melalui program crowdfunding.
Dengan demikian, program pelatihan keterampilan ini tidak hanya memberikan manfaat bagi anak-anak di desa tersebut, tetapi juga menjadi contoh bagi generasi mendatang tentang pentingnya kerjasama dan inovasi dalam mencapai kemajuan masyarakat. Melalui upaya bersama ini, komunitas desa berhasil menyelenggarakan program pelatihan keterampilan yang sukses dan berkelanjutan.
Para peserta pelatihan tidak hanya mendapatkan keterampilan baru, tetapi juga merasakan dampak positif dari kerja sama antarwarga dan dukungan dari berbagai pihak. Dengan demikian, program ini menjadi tonggak penting dalam memperkuat solidaritas dan keberlanjutan pembangunan di desa tersebut.
Solusi untuk mengatasi tantangan pembangunan di masa depan bisa dicapai melalui kolaborasi antarwarga dan pihak terkait lainnya, serta melalui penerapan inovasi-inovasi yang membawa manfaat bagi seluruh masyarakat. Dengan demikian, generasi mendatang akan terinspirasi untuk terus berusaha dalam mencapai kemajuan dan kesejahteraan yang lebih baik untuk desa mereka. Solidaritas dan kerjasama yang terjalin di antara masyarakat juga akan menjadi modal penting dalam menjawab tantangan yang mungkin terjadi di masa depan.
Rencana masa depan untuk memperluas program pendidikan dan pelatihan keterampilan bagi masyarakat desa juga dapat memberikan kontribusi besar dalam meningkatkan kualitas hidup mereka. Dengan adanya akses yang lebih baik terhadap pendidikan dan pelatihan, diharapkan masyarakat desa dapat memiliki kesempatan yang lebih besar untuk berkembang dan meningkatkan potensi diri.
Hal ini akan membantu menciptakan lingkungan yang lebih harmonis dan produktif, serta memperkuat fondasi pembangunan yang berkelanjutan bagi generasi mendatang. Dengan langkah-langkah konkret dan kolaborasi yang kuat, desa tersebut dapat menjadi contoh bagi daerah lain dalam mencapai kemajuan yang berkelanjutan.
Dosen Pembimbing Lapangan: Dr. Erfan Yudianto, S.Pd., M.Pd.
Lokasi: Dusun Calok, Desa Arjasa, Kecamatan Arjasa, Kabupaten Jember
More Information:
Instagram:
Youtube:
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI