Mohon tunggu...
Herman R. Soetisna
Herman R. Soetisna Mohon Tunggu... -

Pelopor ergonomi industri terapan di Indonesia untuk peningkatan level K3, peningkatan produktivitas, peningkatan kualitas, dan peningkatan "quality of working life" ini -katanya- pernah bersekolah di Teknik Industri ITB, Université des Sciences Humaines de Strasbourg, dan Université Louis Pasteur, Strasbourg-France. Sekarang Om-G [G=Ganteng, hehehe jangan protes ya...], bekerja sebagai dosen di ITB dan Peneliti Senior di Laboratorium Rekayasa Sistem Kerja dan Ergonomi di ITB. Untuk yang ingin mengontak Om-G, silakan kirim e-mail via hermanrs@ti.itb.ac.id Wass, HrswG.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kenangan Tentang Ibu Tercinta

22 Desember 2015   11:35 Diperbarui: 22 Desember 2015   11:35 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

[Kompasiana.com, 22 Desember 2015, 35]

Ibu...

Om-G memanggilnya “Mamah”, dan kemudian ketika beliau sudah mempunyai cucu, kami semua memanggilnya “Enin”, yang artinya “Nenek”.

Betapa banyak kenangan tentang beliau, yang sekarang hanya bisa dikenang, karena sejak dua tahun yang lalu beliau sudah menghadap ke haribaanNya...

Sekarang perkenankan Om-G untuk mengenang beliau, walaupun mungkin bagi orang lain tidak berarti, tapi sungguh, bagi Om-G, beliau adalah seorang sosok yang luar biasa.

Om-G lahir pada 1963 di Karawang, dari Mamah yang bekerja sebagai bidan di Rumah Sakit Umum Daerah Karawang (waktu itu, entah apa nama RS itu sekarang) dan ayah (kami memanggilnya “Papah”) yang bekerja sebagai seorang Kepala Kantor di sebuah instansi Pemerintah di Karawang.

Walaupun pada saat itu Papah adalah seorang Kepala Kantor, tidak berarti bahwa kehidupan keluarga kami berlebih, bahkan mungkin hanya pantas disebut pas-pasan, yang hanya mampu makan di restoran sebulan sekali, pas gajian... Ya mungkin seperti kebanyakan keluarga-keluarga lain di Indonesia pada jaman tahun 60-an...

Untuk itulah Mamah bekerja sebagai bidan di RSUD, dan untuk menambah-nambah, juga membuka “praktek konsultasi kebidanan” (pada saat itu di Karawang dan mungkin di kota-kota lain pun sama, gynecolog masih sangat terbatas, sehingga kehadiran bidan memang masih sangat dibutuhkan), dan menerima orang yang melahirkan di rumah kami. Tetapi ada yang berbeda dengan Mamah: walaupun awalnya “pekerjaan tambahan” tadi dimaksudkan untuk menambah-nambah penghasilan untuk keperluan keluarga, ternyata banyak sekali pasien yang melahirkan dan diopname di rumah (dengan “full service”, termasuk mencucikan pakaiain dan makan, selain pelayanan medisnya) ternyata “hanya” membayar dengan ucapan terima kasih! (dan uniknya diterima begitu saja oleh Mamah...). Dan Mamah tetap rela berangkat di malam buta untuk menolong persalinan, walaupun tahu pasti bahwa orang itu tidak akan mampu membayar! Bahkan ada seorang ibu yang bercerita dengan bangga bahwa dia melahirkan lima kali di rumah kami, dan semuanya gratis... [Beberapa bulan setelah melahirkan, barangkali punya rejekinya memang baru pada saat itu, baru deh, ada yang mengirim singkong, pisang, dsb... yang tetap kami terima dengan rasa syukur...].

Rugi dong, sudah menolong orang melahirkan, dibayarnya hanya dengan singkong? Menurut pemahaman kami, seperti yang beliau selalu katakan dan tekankan kepada kami anak-anaknya, Tuhan itu tidak tidur kok... Suatu saat pada saat kami mengalami kesulitan, pasti ada saja pertolongan yang diberikan kepada kami. Sangat mungkin bantuan dan pertolongan itu diberikan oleh orang yang tidak mengenal kami dan kami pun tidak mengenalnya, tetapi kami yakin bahwa orang-orang itu tergerak untuk menolong kami karena hatinya digerakkan oleh Tuhan YME. Dan sedikit banyak, hal ini menjadi landasan kami dalam bertindak pada saat kami dewasa...

[Beberapa puluh tahun kemudian, ketika salah seorang kakak Om-G berdomisili di Karawang karena berdinas di Pemda Karawang, dia banyak “diaku” (dianggap sebagai teman atau keluarga} oleh orang-orang (dan keluarganya) yang dahulu konon katanya pernah ditolong oleh Mamah...].

Satu hal yang Om-G ingat sampai sekarang, dengan segala kesederhanaannya, Mamah selalu berusaha agar kami sekeluarga mendapat gizi yang cukup, walaupun dengan bahan-bahan yang murah meriah. Kami ingat pernah makan nasi bulgur pembagian dari Pemerintah (barangkali ada yang ingat dan mengalami hal sama tentang ini?), yang diolah sedemikian rupa agar menjadi lebih menarik bagi anak-anaknya (padahal hanya ditambahi gula merah, sih... tapi ditambahi dongeng agar anak-anak mau memakannya...).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun