Di era digital, kita dikelilingi oleh konten instan yang terus-menerus menuntut perhatian. Fenomena ini dikenal sebagai brain rot. Istilah "brain rot" baru-baru ini dipopulerkan Oxford Word of the Year 2024 untuk menggambarkan penurunan kemampuan kognitif akibat konsumsi konten daring yang dangkal.
Istilah brain rot sebenarnya sudah lama dikenalkan oleh Thoreau pada abad ke-19 untuk merujuk pada merosotnya kemampuan berpikir kritis, namun sekarang bermakna layaknya kelelahan otak akibat paparan konten digital cepat.
Salah satu gejala brain rot adalah menghabiskan berjam-jam menatap layar smartphone, cemas bila jauh dari smartphone dan koneksi internet, dan makin sulit focus. Meskipun tampak sepele, kebiasaan ini ternyata berdampak nyata terhadap cara otak kita belajar dan memusatkan perhatian.
Penelitian dalam psikologi kognitif dan neuroscience menunjukkan bahwa overstimulasi digital bisa mengganggu fokus, memori kerja, dan kemampuan berpikir mendalam. Lalu, bagaimana sebenarnya brain rot dapat memengaruhi proses belajar kita?
Yuk baca selengkapnya 6 dampak brain rot terhadap kemampuan belajar dan focus!
1. Menurunkan Tingkat Fokus
Penelitian menunjukkan bahwa konsumsi konten cepat seperti TikTok, Instagram Reels, atau YouTube Short mengondisikan otak untuk terus mencari stimulasi baru.
Didukung oleh hasil studi yang dilakukan oleh University of California, San Diego (Herbert Wertheim School of Public Health), bahwa mahasiswa yang menggunakan media sosial secara berlebihan memiliki peningkatan 53% kemungkinan mengalami rentang perhatian yang lebih pendek saat kuliah. Mahasiswa lebih mudah kehilangan fokus hanya dalam 10--15 menit presentasi
Paparan cuplikan video singkat berulang kali mengoverstimulasi proses kognitif, menurunkan kapasitas untuk fokus yang relative panjang dan berkelanjutan.
Ini menyebabkan penurunan kemampuan belajar yang memerlukan ketekunan, seperti membaca atau mengerjakan soal kompleks.