Mohon tunggu...
Olive Bendon
Olive Bendon Mohon Tunggu... Administrasi - Travel Blogger

Travel blogger yang senang menceritakan perjalanannya (dan kawan berjalannya) yang berkaitan dengan sejarah, gastronomi, medical tourism, kesehatan mental lewat tulisan. Memiliki hobi fotografi, menonton teater, dan membaca buku. Ikuti juga jejaknya di OBENDON.COM

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Jakarta War Cemetery, Destinasi Wisata Sejarah Jakarta

24 Juli 2015   09:33 Diperbarui: 24 Juli 2015   09:33 1265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Gerbang Jakarta War Cemetery"][/caption]

Berdiri di depan gerbang Jakarta  War Cemetery (JWC) Menteng Pulo pagi ini, mengingatkan kala pertama kali bertandang 3 (tiga) tahun lalu demi mencari jejak Mallaby. Setelahnya, setahun sekali disempatkan untuk berkunjung kemari. Bahkan dalam sebulan ini, ini kali ketiga berada di sini.

Koq rajin sekali main ke kuburan? Tak ada tempat piknik lain yang lebih menarik? Pastinya banyak. Tapi sejak bergabung sebagai volunteer The Grave War Photographic Project (TGWPP), JWC adalah salah satu tempat bermain untuk mengerjakan proyek dokumentasi makam perang commonwealth. Agar tak bosan, diselingi dengan bertandang ke Ereveld Menteng Pulo, Ereveld Ancol dan Ereveld Kembang Kuning, Surabaya.
Sesuai jadwal yang ditentukan, pk 09.00 saya dan Lasma ngos-ngosan menggapai pintu ruang kerja pak Setiadi Aripin, Manager JWC. Melihat di dalam ruangan itu masih ada pertemuan internal, kami minta ijin menepi ke bibir kolam, bercanda dengan ikan-ikan koi yang girang sekali dikunjungi. Tak lama, 2 (dua) kloter tamu undangan melintasi tempat kami berdiri. Seorang lelaki muda dengan blazer coklat, dan kepala ditutup dengan topi bundar serta 3 (tiga) orang berseragam militer yang melangkah panjang-panjang. Bosan dengan ikan, kami berpindah duduk-duduk di gerbang ini dan mulai iseng menghitung jumlah tamu yang datang.

Menurut pak Setiadi, ada 7 (tujuh) orang yang memberikan konfirmasi akan hadir pada pertemuan. Setelah dihitung-hitung, yang berkumpul di ruangan itu sudah pas. Seorang atase Kanada, lelaki muda tadi dari Inggris, 3 (tiga) orang Australia serta 2 (dua) orang dari CWGC. Lha satu lagi siapa? Kita pun cekikikan di gerbang JWC, ya LOE mewakili Indonesia!

Commonwealth War Graves Commission (CWGC) memulai misinya pada 1915 atas inisiatif Sir Fabian Ware seorang senior di British Red Cross untuk mendata makam korban perang dunia pertama agar mereka yang telah berkorban nyawa, tidak terhilang dan dilupakan namun akan selalu dikenang. Pada Mei 1917, usaha Ware diapresiasi oleh Badan Perang sehingga Imperial War Graves Commission (IWGC) pun resmi berdiri berdasarkan surat keputusan yang menunjuk Sir Fabian Ware sebagai Vice Chairman dan Pangeran  Edward (Duke of Kent) sebagai Presiden IWGC.

[caption caption="Perwakilan dari Australia melintasi Cross of Sacrifice di tengah Jakarta War Cemetery"]

[/caption]

Memasuki 100 tahun berdirinya, CWGC telah mendata 1,7 juta tempat peristirahatan terakhir para tentara persemakmuran yang makamnya tersebar di 154 negara dengan 6 (enam) negara yang tergabung sebagai negara komisaris CWGC: Australia, Inggris, Kanada, New Zealand, India dan Afrika Selatan. Dalam menjalankan visi dan misinya, CWGC mendapatkan dana dari keenam negara anggota tersebut secara proporsional berdasarkan jumlah makam perang mereka.

JWC menjadi tempat peristirahatan terakhir bagi 1,181 orang tentara persemakmuran (Inggris, India, Australia, Kanada, Selandia Baru, Afrika Selatan) yang gugur semasa pertempuran 1942. Sebagian dari mereka sebelumnya dikuburkan di beberapa tempat di pulau Jawa dan Sumatera. Mereka yang gugur dan dikuburkan di Ambon, Sulawesi dan Timor; dipindahkan dan dimakamkan di Ambon. 72 orang yang gugur, serta dieksekusi di Subang dan namanya tak dikenal dimakamkan di Ancol.

Jantung berdebar sedikit lebih cepat ketika para tamu mulai meninggalkan JWC dan giliran saya dipanggil untuk masuk ke ruang pertemuan. Dari penelurusan singkat melalui dunia maya beberapa hari sebelum bertemu, saya mendapatkan informasi yang mengajak bertemu ini benar-benar orang penting. Jabatannya di CWGC sebagai Vice Chairman sejak Juli 2013, dilihat dari deretan kata di depan dan belakang namanya, menunjukkan jenjang kepangkatan dan penghargaan yang diterima selama bertugas di Royal Air Force (RAF), Chief Air Marshal Sir Joe French, KCB, CBE.

[caption caption="Bincang hangat dengan Sir Joe French, Vice Chairman CWGC"]

[/caption]

[caption caption="Kika: Setiadi Aripin, Manager JWC, Simon Hardman, CWGC Regional Manager Asia Pacific, Sir Joe French, Penulis"]

[/caption] 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun