Mohon tunggu...
Black Horse
Black Horse Mohon Tunggu... -

Black Horse; Nomaden, Single Fighter Defence.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Untuk @Abah Wik, @Nugraha Entra dan @Haditya Endrakusuma

24 Juni 2012   06:25 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:36 936
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Tulisan ini adalah jawaban dari pernyataan komentar Ustad @Haditya Endrakusuma atas polemik Wahabi-Syiah di bawah judul "Ha…Ha…Ha…Syiah-kah Saya?” yang ditulis oleh @Dewa Gilang. Menarik  banyak pertanyaan dari benak saya. Misalnya, sikap dari mereka yang mengaku sebagai Ahlu Sunah (Saya lebih senang menyebut mereka Wahabi) yang mengangkat isu Sunisme dan Syiisme pada hari-hari ini.

Adakah realitas sosial-politik aktual di tanah air sebagai referensi  kekuatirannya? Di dalam beberapa komentar dibawahnya, Ustad @Arief Indrawan juga mengutip PERNYATAAN SIKAP BERSAMA yang katanya bersumber dari AHLUSSUNNAH INDONESIA, tapi dalam pernyataan itu saya tidak menemukan data sejarah menyangkut empat belas abad yang lampau. Sambil berdoa semoga cara dan isu yang diangkat dalam pernyataan sikap ulama Wahabi yang mencatut nama Ahlu Sunah itu tidak malah menyegarkan darah yang sudah kering.

Alih-alih beranjak dari sejarah silam, menjadi lebih produktif bila pesan atas keadaan umat itu mengacu pada realitas dunia Islam yang paling aktual sekaligus prospektif, khususnya pada umat Islam di Timur Tengah.

Apapun aspek dan hasil berdebatan seputar Sunni-Syiah, yang jelas ialah bahwa dua mazhab ini merupakan bagian besar sejarah Islam sampai sekarang. Usia perjalanan mereka dan pergulatan yang berlangsung hampir seusia Islam itu sendiri. Maka itu, pengamatan atas mereka tidak cukup, kalau tidak dianggap timpang, hanya menilik dari bilik politik dan perilaku sahabat Nabi pada satu kurun waktu. Dan pembelahan umat Islam yang datang setelah mereka terjadi dari akumulasi sejarah, politik, ideologi dan pembacaan terhadap doktrin.

Tapi, saya juga berfikir bahwa konflik yang sengaja diekspor ini memang bertujuan untuk merusak tatanan kerukunan umat Islam di Indonesia berdasarkan PANCASILA tidak saja antar umat Islam tapi, seluruh umat beragama, kerana dahsyatnya pesan sponsor, jadi mau dicounter seperti apapun tidak akan mampu menghadang laju perpesahan umat ini. Orang seperti Gus Dur dan KH Aqil Siraj saja yang jelas-jelas Ahlu Sunah saja dikafirkan dan disesatkan.

Kesimpulan saya, mereka yang pasang badan menjaga Ahlu Sunah sejatinya tidak mengakui Ahlu Sunah dan Syiah sekaligus, sasaran dan target mereka adalah membumikan teologi horor ala Wahabiyah takfiriyah Saudiyah.

Jadi, saya harap jawaban saya ini dijawab oleh mereka yang menyatakan bahwa Syiah dan pembela kerukunan umat beragama adalah Sesat, termasuk @Abah Wik dan @Nugraha Entra.

Berikut saya copaskan pernyataan Ustad Haditnya Endra Kusumah sekaligus jawaban saya;

Ustad @Haditya: [Kita luruskan dulu, bahwa Imam Ja’far itu adalah salah satu pemuka Ahlul Hadits/ Ahlul Sunnah wal Jama’ah yang amat dihormati. Kalau fihak Syi’ah mengklaim beliau adalah imam mereka (termasuk dalam 12 Imam), mengaku mencintai beliau, mengikuti beliau kenapa fihak Syi’ah justru menghinakan dan senantiasa menghujat orang yang sekaligus kakeknya yang sangat beliau (Imam Ja’far) cintai dan selalu beliau bangga-banggakan yakni Abu Bakr as-Shiddiq radhiyallaahu’an. Dalam banyak riwayat shahih, Imam Ja’far selalu membanggakan diri dengan perkataan; “waladani abu bakr ash-shiddiq marrotaini..!!”.]

---Ustad, Haditnya, memang tidak dapat ditolak sejarah sudah membuktikan bahwa kehadiran Imam Ja'far Shadiq adalah sebagai sumber hadits, malah boleh dikatakan sebagai pemuka dari pada mazhab Ahli Sunnah, karena beliau adalah guru dari pemuka mazhab Ahli Sunnah (Imam Jafar adalah guru dari Abu Hanifah, pemuka mazhab Hanafi)

Sementara pandangan Syiah terhadap para sahabat yang dituduhkan oleh sebagaian orang Ahli Sunnah, adalah bersumber dari buku buku yang muktabar dalam khazanah Ali Sunnah itu sendiri, dengan standard nilai yang ada pada Ahli Sunnah. Jadi jangan hanya melihat itu sebagai dominasi Syiah. . . tapi dengan tata nilai Islam dengan bersumberkan dari kitab Ahli Sunnah maka para sahabat masih dapat dipersoalkan… jadi bukan tuduhan Syiah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun