Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi juga ikut berkembang sehingga menciptakan metode-metode pembelajaran yang memanfaatkan teknologi tersebut. Kegiatan pembelajaran tidak hanya bisa dilakukan secara tatap muka namun juga secara daring menggunakan aplikasi seperti Zoom Meeting atau Google Meet. Pembelajaran Offline maupun Online memiliki keunggulan dan kelemahannya masing-masing. Manakah yang lebih efektif dilakukan untuk kegiatan pembelajaran?
      Kegiatan belajar mengajar adalah kegiatan dimana terjadi interaksi edukatif antara pendidik dan peserta didik. Semenjak wabah virus COVID-19 tahun 2019 lalu, banyak kegiatan sehari-hari yang terhambat. Bukan hanya pekerjaan namun juga menjadi tantangan untuk kegiatan pembelajaran karena kebijakan pemerintah yang melarang untuk berkerumun dan menerapkan social distancing dan physical distancing, masyarakat juga diwajibkan untuk menggunakan masker. Perintah social distancing ini mewajibkan kegiatan pembelajaran dilakukan secara daring/online.
      Pembelajaran secara daring memerlukan fasilitas internet dan teknologi yang berbasis jaringan. Device yang digunakan untuk pembelajaran daring harus menyambung ke internet. Dalam hal fleksibilitas waktu, pembelajaran daring tentu lebih unggul dari pembelajaran tatap muka karena dapat dilakukan di waktu kapan saja dan di mana saja. Peserta didik dapat belajar tanpa harus datang ke sekolah. Pembelajaran secara daring juga dapat menghemat biaya transportasi bagi mereka yang tidak mempunyai kendaraan pribadi. Dengan internet, para peserta didik juga bisa mengakses sumber-sumber pembelajaran lain hingga sumber internasional. Peserta didik juga bisa mengakses materi pembelajaran kapan saja.
      Selain memberikan keunggulan, pembelajaran secara daring juga memiliki kelemahan. Keterbatasan akses dan fasilitas bagi peserta didik yang tempat tinggalnya di daerah yang terpencil menjadi tantangan untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran secara daring. Tidak semua keluarga mampu untuk membeli laptop atau smartphone yang memadai untuk belajar sehingga banyak peserta didik yang hanya menggunakan ponsel milik orang tuanya dan masih ada juga yang harus naik ke bukit agar mendapat koneksi sinyal yang lebih bagus untuk mengikuti pembelajaran daring. Kurangnya interaksi sosial tatap muka dalam pembelajaran online juga mempengaruhi kemampuan bersosialisasi para peserta didik. Gangguan-gangguan eksternal seperti tugas rumah juga dapat menjadi hambatan ketika proses pembelajaran sedang berlangsung.
      Kegiatan pembelajaran secara luring/tatap muka selama ini menjadi pilar utama. Pembelajaran secara tatap muka memiliki kelebihan utama yaitu pembelajaran yang dilakukan secara langsung/tatap muka yang berarti terjadi interaksi secara langsung antara pendidik dan peserta didik. Pendidik dapat menilai secara langsung dan peserta didik dapat bertanya secara langsung di dalam kelas. Kegiatan belajar yang dilakukan secara tatap muka tentu membuat fokus peserta didik lebih tertuju pada materi, berbeda dengan pembelajaran online yang mana gangguan-gangguan dapat terjadi kapan saja.
      Interaksi secara langsung dalam kelas dapat melatih kemampuan bersosialisasi para peserta didik. Hal tersebut didukung dari kerja kelompok, diskusi spontan, dan interaksi emosional secara langsung yang tidak dapat digantikan oleh layar monitor. Pembelajaran tatap muka juga melatih kedisiplinan para peserta didik dengan jadwal yang telah ditentukan dan kehadiran yang diwajibkan.
      Namun, kegiatan pembelajaran secara tatap muka juga memiliki tantangan. Tantangan tersebut berupa kurangnya fleksibilitas waktu, perlu biaya tambahan bagi mereka yang tidak memiliki kendaraan pribadi. Faktor alam seperti hujan juga dapat mempengaruhi karena tidak semua peserta didik memiliki kendaraan roda empat untuk hadir di kelas. Bagi masyarakat yang tinggal di daerah pelosok juga mempunyai hambatan untuk hadir secara langsung di kelas karena keterbatasan akses.
      Menurut saya, pembelajaran Offline dan Online dapat digabungkan. Penggabungan dua metode pembelajaran tersebut dikenal dengan Hybrid Learning. Hybrid Learning merupakan metode pembelajaran dimana materi teoritis dapat diajarkan secara daring dengan memanfaatkan platform digital. Sementara itu, untuk materi yang memerlukan interaksi tatap muka atau praktik dapat dilakukan secara offline. Dengan digabungkannya dua metode pembelajaran ini, para peserta didik dapat mendapatkan fleksibilitas waktu dan pengalaman sosial untuk mendukung kemampuan bersosialisasi. Namun, Hybrid Learning hanya akan efektif jika pemerintah dan lembaga pendidikan serius dalam membenahi infrastruktur. Selain itu, akses internet juga harus diratakan sampai ke daerah pelosok, harga perangkat pembelajaran harus terjangkau. Tanpa persiapan yang matang, Hybrid Learning hanya akan memperlebar ketimpangan antara siswa yang kaya dan miskin. Pembelajaran baik Offline  maupun Online bukanlah dua hal yang harus dipertentangkan. Dengan strategi yang tepat, pembelajaran Offline dan Online bisa melengkapi satu sama lain, dunia pendidikan di Indonesia dapat menciptakan sistem yang inklusif dan adaptif
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI