Mohon tunggu...
Oky Nugraha Putra
Oky Nugraha Putra Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Seorang manusia yang terus belajar, belajar, belajar pada siapapun.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Napak Tilas dan Diskusi Perang Konvoi Tjiandjoer-Tjirandjang dalam Perspektif Sejarah

16 November 2017   10:20 Diperbarui: 16 November 2017   23:25 3601
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Difoto bersama Rusdi Hoesein di Gedung DPRD Kab. Cianjur. Koleksi pribadi

Tiang batu itu di bawahnya berisikan tentang pertempuran yang melibatkan pihak Republikan dan pasukan Inggris pada April 1946. Bukan Maret 1946 seperti yang dituturkan Hendi Jo. Kebenaran waktunya harus dicek ulang. Peserta napak tilas berfoto disana sekadar mengabadikan momen langka ini. Setelah itu peserta napak tilas diarahkan menuju ke jembatan Cisokan Lama. Ternyata sebelum ada jembatan Cisokan yang sekarang digunakan sebagai jalan utama dari Cianjur menuju Bandung dan sebaliknya, di masa kolonial telah ada sebuah jembatan aspal berkerangka besi yang mana merupakan medan tempur tersulit dalam rangkaian Perang Konvoi jilid II 1946 itu. Hendi menjelaskan bahwa rombongan konvoi pasukan Inggris itu tidak hanya terdiri dari pasukan infanteri atau pejalan kaki. 

Namun, terdiri pula dari pasukan kavaleri yang membawa kendaraan berat perang dalam hal ini tank baja. Karena lebar jalan di jembatan Cisokan Lama tidak sampai 3 meter, pasukan Inggris membuat tambahan konstruksi jembatan yang sering disebut dengan 'jembatan beli' agar bisa dilewati oleh tank baja mereka. Nah, disinilah para Republikan menembak musuhnya lewat semak-semak hutan yang dulu katanya masih sangat lebat. Pertempuran Ciranjang ini terekam pula dalam rol film "Pedjoeang" yang terbit pada tahun 1960-an.

Tugu peringatan Pertempuran Ciranjang 1946. Koleksi pribadi
Tugu peringatan Pertempuran Ciranjang 1946. Koleksi pribadi
Dalam Pertempuran Ciranjang 1946 rombongan konvoi pasukan Inggris sempat melakukan aksi friends-fire. Ceritanya menurut Hendi ketika pasukan infanteri Inggris mengirimkan koordinat lokasi Republikan yang menyerang mereka kepada pilot-pilot pesawat Dakota dan Thunderbolt, pasukan infanteri Inggris menuju lokasi para Republikan sambil terus terjadi tembak-menembak. 

Republikan yang mengetahui ada pesawat tempur musuh yang sedang menuju ke arahnya segera saja melarikan diri. Sebagian dari mereka ada yang meloncat dari ketinggian tebing masuk ke sungai Cisokan yang saat itu sedang naik volume airnya. Sontak, sebagian dari mereka yang masuk ke sungai tewas terseret air sungai sampai tidak ditemukan jasadnya. 

Setelah semua Republikan meninggalkan koordinat lokasi yang dikirimkan pasukan infanteri Inggris kepada para pilot pesawat tempur, dan pasukan infanteri Inggris menempati sendiri koordinat lokasi yang sebelumnya ditempati oleh para Republikan, maka terjadilah aksi teman bunuh teman. Pilot pesawat tempur tidak mengetahui bahwa musuhnya telah meninggalkan koordinat lokasi yang dikirimkan oleh teman-teman infanteri mereka. Tragis.

Lanjut Hendi, di sebelah kanan dari jembatan Cisokan Lama terdapat jembatan yang dibangun di masa pemerintahan Gubernur Jenderal Daendels. Jembatan tersebut bernama jembatan Leuwi Jenderal. Namun sayang, rombongan napak tilas tidak sempat mengunjunginya. Jembatan tersebut menyisakan puing-puingnya saja. 

Di sekitaran jembatan Cisokan Lama ketika DI/TII atau 'gerombolan' sedang gencar-gencarnya beraksi lokasi tersebut dijadikan tempat pengeksekusian mereka yang tidak setuju dengan gerakan DI/TII. Hendi juga berucap dia memiliki sumber sejarah yang menginformasikan bahwa pada tahun 1937 tebing-tebing di sekitaran sungai Cisokan itu dijadikan tempat latihan oleh pasukan KNIL (Koninklijke Nederlandsche Indische Leger).

Kami berada di kawasan jembatan Cisokan Lama sekitar 1 jam. Pukul 10.00 WIB rombongan napak tilas kembali ke bus dan bersiap untuk menuju tempat selanjutnya yakni ke Gedung Papak di wilayah Cijoho, Warungkondang. Disana terdapat bangunan bekas markas tentara Inggris pada 1945-1946. Bangunannya sekitar 25 meter ke arah kanan dari bangunan Koramil Warungkondang. Perjalanan menempuh jarak sekitar 20 kilometer ini oleh Hendi selaku narator napak tilas diisi dengan sesi tanya jawab.   

Pukul 10.30 WIB rombongan napak tilas sampai di depan Gedung Papak. Mengapa bangunan ini disebut Gedung Papak ? Karena atap bangunan ini rupanya rata. Tidak seperti kebanyakan bangunan yang berbentuk prisma segitiga atapnya. Bangunan bersejarah ini sudah tidak digunakan lagi sejak tahun 1990-an awal. 

Menurut desas-desus yang beredar (tentunya harus dibuktikan kebenaran informasinya) sekarang pemilik bangunan ini adalah warga lokal. Entah akan dijadikan apa bangunan ini di tangan pemilik yang sekarang. Namun menurut salah seorang peserta napak tilas sebaiknya Gedung Papak ini diakuisisi oleh pemerintah daerah setempat untuk dialih fungsikan menjadi tempat wisata sejarah sama seperti jembatan Cisokan Lama yang sebelumnya kami datangi. Buat sebuah diorama agar lebih menarik minat pengunjung untuk datang kesana. 

Gedung Papak merupakan markas tentara Inggris yang diambil alih dari pemilik sebelumnya yang merupakan orang India di masa kolonial. Bentuk bangunan yang sekarang menurut Hendi masih asli seperti awalnya. Oleh para Republikan tempat ini sempat dibombardir dengan menggunakan senjata seadanya namun tidak pernah bisa berhasil ditembus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun