Mohon tunggu...
Oktaviana Mahardika
Oktaviana Mahardika Mohon Tunggu... Oktaviana

Mahasiswa Sastra Inggris UIN Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Lebih Dekat Sosok KH Marzuqi Mustamar

21 Desember 2021   19:51 Diperbarui: 21 Desember 2021   19:55 1921
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dikenal oleh banyak orang karena sifatnya yang sangat sederhana, seorang kyai yang mendirikan pondok pesantren Sabilurrosyad dan juga menjadi tokoh penting dalam golongan Nahdlatul Ulama (NU). KH. Marzuqi Mustamar merupakan seorang kyai dibalik kesuksesan sebuah pondok pesantren yang terletak di Gasek, Kota malang dan menjabat sebagai ketua Tanfidiyah PCNU Jawa Timur. 

Beliau merupakan sosok yang kharismatik dan memiliki etos kerja yang tinggi. Meskipun memiliki segudang ilmu, hal tersebut tidak membuat beliau menjadi sosok yang tinggi hati. KH. Marzuqi dibesarkan dan dididik dari keluarga yang berlatar belakang religius dan memiliki disiplin ilmu.

Riwayat Hidup 

KH. Marzuqi Mustamar lahir di Blitar, Jawa Timur pada 22 September 1966, tepatnya di desa Kalipucung, Kecamatan Sanankulon. Beliau merupakan putra kedua dari tujuh bersaudara dari pasangan Kyai Mustamar dan Ibu Nyai Siti Zainab. Beliau dilahirkan dari keluarga yang taat beribadah dan juga agamis. 

Melalui abah dan uminya, KH. Marzuqi sudah mendalami dasar ilmu agama dan belajar Al-Quran sejak dini. Disamping itu, kedua orang tuanya pun mengajarkan beliau untuk menjunjung rasa tanggung jawab dan kemandirian. KH. Marzuqi juga dididik untuk memiliki etos kerja yang tinggi. 

Sehingga, beliau diberi amanah oleh bibi dan pamannya untuk menggembala beberapa ekor kambing dan merawat ayam petelur bersama kakaknya. Dari sinilah beliau mendapatkan pelajaran untuk menjadi seorang pemimpin dan membimbing umat islam.

Pendidikan

Saat masih berada dibangku sekolah dasar, KH. Marzuqi sangat gemar untuk mempelajari ilmu agama seperti ilmu nahwu, shorof, ilmu fiqih, dan tasawuf kepada Mbah Kyai Ridwan dan juga beberapa Kyai lainnya. 

Mulanya, beliau mengenyam pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Miftahul 'Ulum dan melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMP Hasanuddin. 

Disaat usianya yang masih cukup belia, KH. Marzuqi telah mengkhatamkan kitab Mutammimah dan faham betul mengenai isi kitab tersebut. 

Lalu setelah tamat SMP, beliau melanjutkan pendidikannya ke Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Tlogo Blitar. Dengan kegigihan yang dimilikinya, beliau memutuskan untuk memperdalam berbagai ilmu agama kepada beberapa Kyai yang ada di Blitar. 

Diantaranya, belajar ilmu hadist kepada Kyai Hasbullah Ridwan dan Kyai Abdul Mudjib yang memahami ilmu fikih. 

Pada saat duduk dibangku Aliyah, KH. Marzuqi telah banyak mengkhatamkan kitab Hadist Muslim. Namun sebelum merantau ke Malang, beliau dibimbing oleh Kyai Hasbullah Ridwan, yang masih orangtua beliau sendiri.

Kemudian, KH. Marzuqi melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi di IAIN Maulana Malik Ibrahim Malang (saat ini UIN Malang). 

Sembari mengeyam pendidikan dibangku kuliah, beliau juga berguru untuk menambah ilmu agama kepada KH Masduqi Mahfudz di Pondok Pesantren Nurul Huda, Mergosono. 

Setelah beberapa waktu, kecerdasan yang dimiliki oleh KH. Marzuqi nampak lebih unggul daripada santri-santri lainnya, maka dari itu KH. Masduqi memberikan beliau amanah untuk membantu mengajar di pondok pesantrennya yang mana pada saat itu masih berusia 19 tahun. Selain itu, beliau sering mendampingi KH. Masduqi dalam menghadiri sebuah rapat organisasi dan bahkan mengisi pengajian. 

Di sela-sela kesibukan perkuliahannya, KH. Marzuqi juga memberikan kursus nahwu kepada rekan mahasiswa dan bahkan ada mahasiswa yang juga mengaji kitab kepada beliau. Sehingga dengan banyaknya pengalaman tersebut, ilmu agama yang beliau miliki semakin terasah. 

Kemudian sekitar tahun 1987, KH. Marzuqi mendapatkan kesempatan untuk belajar di LIPIA Jakarta selama satu tahun. Setelah itu, beliau kembali ke Malang untuk menyelesaikan pendidikan S-1 sembari membantu mengajar di pondok pesantren Nurul Huda Mergosono, lalu melanjutkan pendidikan S-2 di UNISLA, Lamongan yang selesai pada tahun 2004.

Perjuangan dan Jasa

Pada tahun 1994, KH. Marzuqi mempersunting seorang santriwati Pondok Pesantren Nurul Huda yang bernama Saidatul Mustaghfiroh. Ibu Nyai Saidah (Istri Kyai Marzuqi) merupakan seorang hafidzah (hafal Al-Quran) dan putri dari Kyai Ahmad Nur yang berasal dari Lamongan. 

Selang satu bulan menikah, Kyai Marzuqi memilih untuk hidup mandiri bersama sang istri di Gasek, Kota Malang. Mulanya, beliau mengontrak di sebuah rumah kecil (milik Pak Har) yang dekat dengan Masjid Hidayatul Khoir. Tak lama kemudian, beberapa santriwan dan santriwati mulai berdatangan untuk mengaji kepada beliau, namun mereka berada ditempat yang terpisah.

Hingga pada satu waktu, semakin banyak santri yang datang dan rumah milik Kyai Marzuqi tidak lagi memadai. Lalu, beliau pindah ke pondok sekitar Gasek yang mana terdapat sebuah tanah wakaf milik NU (yang saat ini menjadi Masjid Pondok Gasek). Beliau dibantu oleh para santrinya untuk roan persiapan membangun masjid. 

Setelah memakan beberapa waktu pembangunan, yang awalnya bangunan tersebut hanya sebuah masjid saja, dibagian belakangnya mulai dijadikan bilik-bilik kamar santriwan. Sedangkan, bilik kamar para santriwati berada didekat rumah Kyai Marzuqi. Sehingga, masjid itulah yang menjadi cikal bakal terbentuknya Pondok Pesantren Sabilurrosyad.

Aktivitas dan Karya

Selain aktivitasnya menjadi pengasuh Pondok Pesantren Sabilurrosyad untuk membimbing para santri, KH. Marzuqi Mustamar juga aktif dibidang organisasi keagamaan sebagai Ketua Tanfidiyah PCNU Jawa Timur. 

Disamping itu, beliau juga menjadi dosen di Fakultas Humaniora, Jurusan Bahasa dan Sastra Arab, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Kyai Marzuqi senantiasa mengisi pengajian atau mauidzhah dari satu masjid ke masjid lainnya kepada umat Islam. 

Kemudian pada tahun 2010, terdapat satu karya beliau yang sangat fenomenal dan saat ini sudah puluhan kali dicetak dan tersebar hampir ke seluruh Nusantara. Karya tersebut yakni Al Muqtathafat li ahl al-Bidayat yang berisi mengenai sanggahan kepada kelompok wahabi yang membid'ahkan amaliah kaum Nahdliyyin yang dikutip dari Al-Quran, As Sunnah dan juga kaidah Ushul Fiqih. Buku ini masih berbahasa arab dan dijual secara terbatas yang ditujukan untuk kalangan khusus NU dan juga para santri.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun