Mohon tunggu...
AC Oktavia
AC Oktavia Mohon Tunggu... Lainnya - Belajar peduli

Memberanikan diri berbagi, setelah terlalu lama hanya mengeluh dalam diam

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kata Ayah, Tidak Apa Tidak Dapat THR

9 April 2020   23:14 Diperbarui: 9 April 2020   23:18 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ayahku seorang ASN di Kementerian Keuangan. Minggu-minggu pandemi ini juga adalah minggu-minggu pembahasan mengenai pemotongan gaji, pembatalan THR dan gaji ke 13 bagi para ASN. Kabar ini pun menjadi bahan perbincangan kami di ruang keluarga.

Pembicaraan pertama kami..

Aku: "Ayah, ada kabar ASN akan potong gaji tuh."

Ayah: "Oh iya? Pasti gara-gara Corona ya?"

Aku: "Sepertinya, yah. Menurut Ayah bagaimana?"

Ayah: "Ya nggak gimana-gimana. Biar saja kalau negara memang butuh. Kita kan juga sudah bisa hidup seperti sekarang dibiayain negara juga, Nak. Kalau negara butuh, ya tidak apalah kita berkorban sedikit. Memang sudah pasti itu beritanya?"

Aku: "Belum sih, yah. Masih dalam pembahasan katanya."

Ayah: "Nah itu, ya sudah kan masih dibahas. Pasti di sana banyak pertimbangannya juga, tidak mungkin asal saja diputuskan. Kalau seluruh ASN kan dampaknya besar juga, nanti salah-salah bukannya menyelamatkan perekonomian malah semakin membahayakan usaha kecil dan menengah. Nanti kita tunggu saja"

Aku: "Oh.. Tapi kita tidak akan kenapa-kenapa yah?"

Ayah: "Santai saja. Ada kok sudah ayah sisihkan untuk kejadian-kejadian seperti ini. Ayah malah lega kalau gajinya langsung dipotong negara, tidak usah pusing memilah mau menaruh donasi di mana."

Pembicaraan kedua...

Aku: "Ayah, nggak jadi potong gaji nih, katanya jadi pembatalan THR dan gaji ketigabelas."

Ayah: "Oh iya? Ya nggak apa-apa. Kita juga tidak bisa merayakan lebaran ramai-ramai kan ya, masih pandemi ini. Rencana liburan kita juga bisa ditunda, toh sekarang memang masih harus di rumah. Lagi pula uang kuliah adikmu juga aman, sudah ada tabungannya. Kan situasi negara memang masih genting. Banyak orang yang kondisinya lebih parah dari kita kan?"

Aku: "Iya sih, yah. Sekarang juga kita hidup masih nyaman kok, karena gaji ayah nggak jadi dipotong. Hehe"

Ayah: "Iya, tapi nanti jajanmu dikurangi sedikit ya, belajar masak saja dengan ibumu."

Lalu pembicaraan kami semalam tadi...

Aku: "Ayah, sayang sekali kemarin ayah jadi naik golongan."

Ayah: "Lah, memang kenapa nak?"

Aku: "Itu yah, baru lihat berita, hanya ASN golongan IV yang tidak menerima THR tahun ini."

Ayah: "Ya nggak apa-apa. Berarti ayah ini udah dihitung pejabat, sama-sama tidak dapat THR seperti jajaran pemerintah. Haha. Tapi baguslah, jadi teman-teman yang gajinya masih sedikit jadi tidak kesulitan juga."

Perbincanganku dengan ayah akhirnya membawa kepada sebuah rasa kagum. Kalau memang seluruh ASN seperti ayahku, ternyata seorang ASN itu sangat keren ya, pengabdiannya terhadap negara tidak hanya sebatas pekerjaan yang dikerjakannya setiap hari kerja. Bahkan di masa seperti ini pun, kepentingan negara didahulukan dibandingkan kepentingan diri dan keluarganya.

Melihat respon ayahku, tentu saja semua keberatan dan protesku terhadap keputusan pemerintah kemarin, yang mencabut THR dan Gaji 13 ayahku, menjadi hilang tak berbekas. Kata ayah, keluarga kami tidak akan kenapa-kenapa meskipun tanpa uang tambahan itu. Meskipun ada beberapa pengorbanan yang harus dilakukan, rasanya tidak sebanding dengan kesulitan yang dialami oleh rekan-rekan rakyat Indonesia lainnya.

Indonesia akan bisa melalui wabah ini, dengan semua efek samping ya dibawanya, kalau kita gotong-royong dan saling membantu. Berusaha bertahan sendirian dan mengorbankan orang lain tidak akan bisa menolong kita. Kalau memang tidak mendapat THR adalah cara untuk turut bahu-membahu menyelamatkan negara, mengapa tidak?

Jadi, kata ayahku, seorang ASN, tidak apa-apa tahun ini tidak mendapat THR dan gaji ketigabelas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun