Mohon tunggu...
Okky Putri Rahayu
Okky Putri Rahayu Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ngeblog saat senggang

Pernah belajar mencampur larutan kimia, kini lebih suka mencampur kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Menunggu Matinya Siti

1 Juni 2020   10:28 Diperbarui: 2 Juni 2020   00:02 812
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi sembunyi dari kenyataan. (sumber: pixabay)

"Jangan ngawur kamu!" seru Mbah Yarsi yang kini mencengkeram lenganku.

Dukun yang dipercaya tetua itu membuatku jijik melihatnya begitu dekat berdiri di depanku. Sungguh kejam ia menuduh Siti berpenyakit sial, sementara ia hanya ingin tidur dengan Siti diam-diam.

"Semua warga kampung juga melakukan ini. Hari ini giliranku!"

Omongan Mbah Yarsi itu seperti petir di malam dengan rembulan yang cerah. Semua warga? Itu artinya, Bapakku juga?

"Kalau kamu mau, akan kuselipkan giliran untukmu."

Mbah Yarsi menepuk pundakku, lalu pergi meninggalkan rumah Siti. Sementara aku masih mematung, menyadari betapa semua lelaki di kampung bergantian menyetubuhi Siti. Dan tatapanku kini menumbuk pada Siti yang sedang tergolek lemah di kasur, dengan tubuhnya yang tertutup sarung.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun