Mohon tunggu...
Okto Klau
Okto Klau Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis lepas

Menulis adalah mengabadikan pikiran

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Indonesia Diambang Krisis Energi Fosil, Apa Kabar Energi Terbarukan?

21 Agustus 2022   05:15 Diperbarui: 28 Agustus 2022   17:45 1311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pengolahan produk berbahan bahan fosil picu perubahan iklim dan pengasaman laut.(sumber: via kompas.com)

Indonesia kembali berada di ambang krisis pasokan listrik menyusul beberapa PLTU di tanah air yang mengklaim kekurangan pasokan batu bara. Katanya persediaan pasokan batu bara mulai menipis sehingga ada ancaman berhentinya aliran listrik di beberapa wilayah.

Pertanyaannya, mengapa kita terus berkutat dengan energi fosil? Bagaimana energi terbarukan kita? Padahal bangsa kita memiliki potensi yang begitu besar dalam hubungan dengan energi terbarukan ini. 

Kita memiliki sungai, laut, angin, dan sinar matahari yang lebih dari cukup. 

Sajian utama koran Tempo beberapa hari lalu menurunkan berita tentang krisis ini. PLTU yang terkena imbas krisis bahan bakar batubara adalah PLTU Pacitan dan PLTU Tanjung Awar-Awar di Jawa Timur, serta PLTU Indramayu di Jawa Barat.

Perusahan Listrik Negara ini kekurangan batu bara karena tidak ada produsen yang mau menandatangani kontrak baru atau memperpanjang perpanjangan pasokan.


Krisis batu bara ini juga telah terjadi di awal tahun. Saat itu, krisis batu bara disebabkan oleh minimnya pasokan batu bara oleh perusahan tambang kepada PLN. 

Menurut Menteri ESDM, Arifin Tasrif krisis ini dipicu oleh ketidakpatuhan supplier terhadap ketentuan penjualan batu bara domestic market obligation atau DMO.

Arifin sebagaimana dikutip oleh Merdeka.com mengatakan bahwa rerata produksi batu bara kita per tahun adalah 600 juta ton. 

Ketentuan DMO adalah seperempat dari total produksi. Jadi sebenarnya yang menjadi konsumsi dalam negeri adalah 150 juta ton batu bara. Tetapi karena supplier tidak mematuhi ketentuan tersebut maka terjadilah krisis batu bara.

Kini dipertengahan tahun, krisis itu kembali mengintai. Padahal pemerintah sejauh ini telah berupaya untuk mengalihkan sumber energi yang ramah lingkungan dari energi yang terbarukan seperti tenaga air, panas bumi, biomassa, tenaga surya, tenaga angin, panas laut, ombak, dan pasang surut air laut.

Ilustrasi Batubara, Salah satu sumber energi fosil (Diolah dari Kontan.co.id)
Ilustrasi Batubara, Salah satu sumber energi fosil (Diolah dari Kontan.co.id)

Padahal bahaya dari energi fosil ini sungguh terasa. Penggunaannya dapat menghasilkam polutan udara yang bisa menyebabkan berbagai penyakit yang meningkatkan resiko kematian seperti stroke, penyakit jantung, kanker paru-paru, dan penyakit pernapasan lainnya.

Sedangkan manfaat dari energi terbarukan ini sangatlah besar yaitu meminimalisir efek pemanasan global, sebagai sumber energi tak terbatas, meningkatkan kesehatan masyarakat, hemat sumber daya serta uang, menciptakan lapangan kerja dan peluang.

Target pemerintah sampai dengan tahun 2025, konsumsi energi terbarukan (EBT) harus memcapai 23 % dari jumlah keseluruhan pemakaian energi nasional.

Walau demikian menurut Dadan Kusdiani, Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, target pemerintah ini mungkin akan sulit dicapai karena banyak proyek delay sebagai akibat dari pandemi Covid-19.

Pemerintah masih terus menggenjot dan mengejar ketertinggal. Sebab energi terbarukan ini juga merupakan kunci Indonesia bisa mencapai target nol emisi.

Sperti yang telah disinggung di atas, Indonesia sendiri memiliki potensi yang sangat besar dalam hal energi terbarukan. Hanya saja potensi ini belum benar-benar digarap untuk mendatangkan manfaat yang sebesar-besarnya untuk kemajuan bangsa kita.

Presiden telah mengkalkulasi potensi energi terbarukan yang kita miliki, yakni sebesar 418 Gigawatt. Energi sebesar ini dikembangkan melalui 4400 sungai yang ada di Indonesia yang dikembangkan dengan pengembangan pembangkit listrik tenaga hydro.

Itu baru dari sungai. Kita juga memiliki arus bawah laut yang besar dengan potensi 29 ribu megawatt. Belum lagi, potensi energi angin juga sangat besar. Selain itu, dengan berada di Katulistiwa kita memiliki sinar matahari yang berlimpah.

Sekarang bagaimana kita memanfaatkan semua potensi tersebut secara maksimal, inilah yang masih menjadi tanda tanya besar. Kita tidak ingin membiarkan potensi-potensi itu tetap tertidur.

Apabila semuanya sudah beralih ke energi terbarukan seperti yang kita cita-citakan, maka kita tidak akan terpengaruh dengan krisis energi. 

Namun, kapan itu bisa terwujud? Kita kembalikan kepada pemerintah sebagai pengelolah dan penanggung jawab penggunaan segala sumber daya yang kita miliki tersebut.

Kalau memang pemerintah bersungguh-sungguh mau beralih dari energi fosil kepada energi terbarukan atau energi hijau maka harus ditunjukkan dengan aplikasi nyata di lapangan.

Jangan sampai ada juga mafia energi. Para mafia yang selalu menghambat pemanfaatan dan penggunaan energi terbarukan ini. 

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun