Mohon tunggu...
Okto Klau
Okto Klau Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis lepas

Menulis adalah mengabadikan pikiran

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Nancy Pelosi dan Politik Luar Negeri AS, Mencermati Dampak Kunjungannya ke Taiwan bagi Kawasan Asia

5 Agustus 2022   10:36 Diperbarui: 9 Agustus 2022   09:00 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nancy Pelosi adalah ketua DPR perempuan pertama Amerika Serikat (AS). Politisi kelahiran Maryland 26 Maret 1940 tersebut memulai karier politiknya sebagai anggota kongres California 1987.

Sejak itu wanita jebolan Trinity College, Washington DC tersebut terus melejit kariernya di kancah perpolitikan AS.

Pelosi dikenal juga sebagai seorang politisi nyentrik. Dia adalah penantang garis keras pemerintahan Donald Trump dan pernah merobek salinan pidato kenegaraan Trump.

Sebenarnya ini adalah kali kedua dia dipercayakan sebagai ketua DPR AS. Dia pernah terpilih menjadi ketua DPR pada tahun 2007 silam.  Pada 2019 lalu ia terpilih kembali menjadi ketua DPR AS untuk kedua kalinya di usianya yang hampir menginjak 80 tahun.

Kunjungan ke Taiwan oleh pejabat Amerika tersebut merupakan yang pertama kalinya sejak 25 tahun terakhir.

Dalam kunjungan 19 jam di pulau itu, Pelosi menegaskan bahwa kemarahan Cina tidak bisa menghentikan kunjungan para pemimpin dunia ke Taiwan.

Pelosi juga menekankan bahwa kunjungan ini dilakukan untuk mempertegas keberpihakan dan solidaritas AS dengan Taiwan. Dengan kata lain, AS akan bersama Taiwan menjaga kedaulatannya dari pihak luar termasuk Cina.

Kunjungan ini membuat Cina berang. Beijing menganggap kunjungan tersebut sebagai langkah main api Washington.

Menurut Presiden Cina Xi Jinping, AS harus mematuhi prinsip satu Cina. Ia menentang keras kemerdekaan Taiwan dan menganggap kemerdekaan tersebut karena campur tangan pihak asing. Xi Jinping berpendapat bahwa Taiwan masih merupakan bagian dari Cina walaupun mereka telah memiliki pemerintahan sendiri.

Kebijakan Politik Luar Negeri AS: Pragmatisme Kontroversial

Politik luar negeri AS selalu berlandaskan kepada pragmatisme di mana hubungan dengan negara lain harus mendatangkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi AS.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun