Aku masih ingat bunyi pertama yang menyapaku saat menapaki jalur setapak: gemericik lembut yang terdengar seperti bisikan rahasia dari balik rimbun dedaunan. Di sinilah, di kaki Gunung Rinjani, Air Terjun Benang Kelambu menunggu bukan dengan brisik gemuruh, melainkan dengan kelembutan tirai-tirai air yang jatuh halus dari dinding hijau. Rasanya seperti membuka pintu ke halaman rahasia yang hanya diceritakan dari mulut ke mulut oleh para petualang yang sudah jatuh cinta pada Lombok.
Perjalanan yang Bikin Deg-degan Enak
Pagi itu, udara masih sejuk; aroma tanah lembap dan daun-daun basah menyelinap masuk ke paru-paru. Jalur menuju air terjun rapi, diapit pepohonan tropis dan kebun penduduk. Sesekali matahari menembus sela-sela kanopi, membentuk lampu sorot alami. Setiap langkah memantulkan rasa penasaran sejauh apa lagi sampai? sampai akhirnya aku mendengar air makin jelas, seperti musik latar yang volumenya pelan-pelan dinaikkan. Begitu belok di tikungan terakhir, hamparan hijau menyambut. Di hadapanku, tebing penuh lumut dan tanaman paku, dari mana ratusan helai air jatuh tipis-tipis. Itulah kenapa namanya "Benang Kelambu"benang-benang air yang menyerupai kelambu putih, menari lembut di angin.
Sensasi Pertama: Dingin, Damai, dan Somehow Menyembuhkan
Aku mendekat, melepas sepatu dan menggulung celana. Kaki menyentuh aliran yang bening dan yah, dinginnya bikin melek total. Bukan dingin yang menusuk, lebih seperti tepukan pelan yang menenangkan. Aku berdiri di bawah salah satu tirai air, memejam, dan membiarkan tubuh dibasuh. Tetesannya ringan, tidak menghantam keras, jadi bisa berlama-lama tanpa merasa kewalahan. Di sekeliling, suara tawa para pengunjung berpadu dengan kicau burung; waktu seolah melambat. Kalau kamu suka foto, siap-siap kehabisan memori. Angle favoritku adalah dari sisi kanan, sedikit menanjak, yang menampilkan keseluruhan bentang kelambu sekaligus kolam-kolam alami di bawahnya. Tapi jujur, dari sudut mana pun, Benang Kelambu selalu fotogenik.
Menghirup Hijau, Menyimak Biru
Yang membuatku betah bukan cuma air terjunnya. Area sekitarnya adalah simfoni warna: hijau pekat pohon, hijau muda lumut, cokelat lembut tanah, dan putih bening jatuhan air. Kadang memantul cahaya, membentuk pelangi kecil bonus tak terduga yang bikin semua orang mendadak sunyi, sibuk mengagumi. Sempat aku duduk di batu besar, mengunyah bekal kecil sambil menatap tirai air. Rasanya seperti terapi gratis: pikiran lebih ringan, dada lebih lapang. Kalau kamu datang setelah hujan semalam, debit air biasanya sedikit lebih banyak jadi "kelambunya" terlihat makin tebal cantik sekali.