Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Vendor Baru Vs Vendor Bermodal

4 Oktober 2022   18:37 Diperbarui: 4 Oktober 2022   18:41 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Vendor Baru Vs Vendor Bermodal (Kompas.com)

Perkawinan sebentar lagi, Mustakim, kawanku semasa SMP dulu terlihat masih mempacking segala keperluan yang hendak dibawa ke seberang pulau.

Dua insan manusia jatuh cinta seminggu lagi bakal dipersatukan dalam ikatan perkawinan. Dan, vendor tempat Mustakim bekerja, didapuk sebagai penyelenggara acara. Dipersiapkan segalanya. Dari keperluan panggung, bunga-bunga, kursi pengantin, desain dari bahan gabus,  taplak meja, hingga paling penting ialah baju pengantin.

Baju yang sudah  di fitting terlebih dulu oleh kedua mempelai. Baju pengantin itu sederhana. Stok mereka tak sebanyak  vendor-vendor besar ternama. Punya banyak koleksi dari terlama hingga terbaru. Pun baju itu menjadi koleksi terbaik dengan banderol anggaran yang bisa dicapai pengantin ekonomi menengah kebawah. sudah dipakai banyak pasang pengantin.

Lama nian mereka mempersiapkan keperluan yang dibawa.  Keperluan itu disesuaikan  pilihan konsep dan budget yang disepakati. Lalu setelah semua selesai, barang-barang itu diangkut ke speed boat sewaan. Menuju kampung tempat acara diselenggarakan.

Di kampung, mereka biasanya langsung bergerak cepat mempersiapkan konsep dan tema yang sudah disepakati. Tenda seadanya dengan ruang terbuka banyak dihadapi. Tidak seperti di kota-kota besar yang memakai gedung. Di kampung atau di desa-desa yang biasa mereka tangani, kebanyakan menyelenggarakan dihalaman terbuka.


Tenti sederhana, dari atap seng atau terpal. Panggung gotong royong kreasi warga hingga tenda-tenda dari batang bambu. Keahlian merekalah yang harus membikin kondisi itu menjadi sedikit indah.

Menariknya, Mustakim, lebih menyukai pelanggan dari desa. Semua dilaksanakan dengan bersama-sama. Warga ikut membantu mengerjakan apa yang seharusnya menjadi tugas Mustakim dan teman-teman. Bantuan itu tentu memperingan pekerjaan mereka yang cukup melelahkan.

Sambutan dan perlakuan masyarakat desa baginya merupakan sesuatu yang cukup berkesan. Sehingga setiap ada pekerjaan di Desa, ia selalu ingin ikut. Berbeda dengan pelanggan di kota, di mana mereka harus bekerja keras dengan anggota lain mempersiapkan segala desain dari panggung hingga menyusun kursi. 

Bagian pengantin saat hari H sudah merupakan tugas teman lain yang punya keahlian merias. Kalau bagus, pasti di puji habis-habisan. Kadang juga memakai rekanan jika tukang rias sedang menghendel pekerjaan di tempat lain.  

saat acara selesai, mereka akan mengemasi semua barang-barang dan kembal lagi ke kota serta mengerjakan proyek baru dari atasan.

Vendor tempat Mustakim bekerja merupakan pemain baru dalam bisnis perkawinan. Baru berjalan tiga tahun lamanya. Mencoba bersaing dengan vendor-vendor besar lain yang sudah terkenal. Tentu, mereka belum menghandle perkawinan-perkawinan dengan budget besar. Standar mereka masih kelas ekonomi kebawah. 

Di Kota Ternate, persaingan Vendor perkawinan sanggat menggeliat. Hasrat, keinginan, gensi, budaya dan jor-joran membuat vendor-vendor menjadi bisnis yang tumbuh pesat. Bahkan sudah membentuk kelas-kelas tertentu. 

Sangat lumrah terjadi, pernikahan megah menjadi pembahasan seisi Pulau. Terlihat dari banyaknya budget yang dikeluarkan hingga vendor siapa yang dipakai. Pun dengan pemakaian baju pengantin baru yang megah, bakal jadi standar baru bagi pasangan-pasangan selanjutnya.

Pernikahan adalah hal sakral. Bisa dilaksanakan dengan pilihan-pilihan. Murah atau mahal. Namun budaya, gensi dan impian menyelenggarakan perkawinan yang megah menjadi salah satu spektrum baru. Standar-standar tercipta apabila ada pengantin yang bisa menyelenggarakan perkawinan dengan budget ratusan juta. 

Kondisi ini kemudian menciptakan standar harga bahkan bagi vendor kecil sekalipun. Perang harga dengan berbagai layanan serta pilihan menjadi standar-standar tersendiri. Dari baju, konsep ruangan, make over, heyna, fotografer punya standar harga masing-masing. Termaktub dalam paket-paket.

Tentu, bagi vendor dengan pengalaman-pengalaman besar, punya keahlian, nama besar serta modal yang besar pula bisa menyediakan konsep kebaharuan. berjibun pilihan baju, make up dll.

Dalam menjalankan bisnisnya, saya sendiri melihat ada sebuah pola kerjasama diantara pebisnis yang berkecimpun di bidang ini. Misalnya, vendor A dengan jasa fotografer A, plus make up B, Heena C. Begitu juga sebaliknya tergantung kesepakatan kontrak. Pun dengan makanan yang juga menjadi tanggung jawab vendor perkawinan.

semua item-item di atas tidak satu harga. Melainkan berbeda-beda. Hingga pasangan pengantin kadang kebalakan membayar setiap item tersebut.  Bagi pekerja vendor yang bertugas di lapangan, orderan besar berarti pekerjaan besar. Kawan saya yang lain bahkan hampir tak pernah pulang ke rumah lantaran banyaknya pekerjaan.

Saya, pernah di rayu calon istri memakai vendor kenalannya. Katanya tak mau keluar duit banyak jika memakai vendor yang sudah terkenal. Namun sekali saya melihat harga per item, rasa-rasanya ingin kabur saja. Jutaan hingga puluhan juta rupiah,.

Vendor-vendor kecil tentu harus kuat bersaing. Polanya sederhana. Dalam pantauan saya, pemasaran yang mereka lakukan biasanya melalui kenalan, teman kantor dan dari mulut ke mulut. Berbeda dengan vendor besar yang memanfatkaan peran media sosial sebagai sarana pemasara.

Baik vendor besar maupun kecil, semuanya merupakan jasa pemuas bagi pengantin yang menginginkan konsep sesuai dengan keinginan. Perkawinan bisa dilaksanakan dengan sederhana dan meriah. Tetapi, budaya, adat membuat biaya perkawinan semakin hari semakin naik. Gengsi agar tidak sama dengan yang lain, selalu saya temukan. Misalnya tidak mau memakai baju pengantin yang sama karena sudah dipakai pengantin sebelumnya serta masalah-masalah sederhana lain.

*

Perkawinan menjadi sebuah prosesi penting dalam perjalanan cinta manusia. Hari penting itu, sekali seumur hidup itu, patut dirayakan dengan hikmat dan keindahan. Dan, lahirlah keterbutuhan yang kemudian mendorong bisnis vendor berkembang dengan pesat. Semua keindahan diperlukan untuk mencapai kebahagian.  (sukur dofu-dofu)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun