Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Vendor Baru Vs Vendor Bermodal

4 Oktober 2022   18:37 Diperbarui: 4 Oktober 2022   18:41 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Vendor Baru Vs Vendor Bermodal (Kompas.com)

Vendor tempat Mustakim bekerja merupakan pemain baru dalam bisnis perkawinan. Baru berjalan tiga tahun lamanya. Mencoba bersaing dengan vendor-vendor besar lain yang sudah terkenal. Tentu, mereka belum menghandle perkawinan-perkawinan dengan budget besar. Standar mereka masih kelas ekonomi kebawah. 

Di Kota Ternate, persaingan Vendor perkawinan sanggat menggeliat. Hasrat, keinginan, gensi, budaya dan jor-joran membuat vendor-vendor menjadi bisnis yang tumbuh pesat. Bahkan sudah membentuk kelas-kelas tertentu. 

Sangat lumrah terjadi, pernikahan megah menjadi pembahasan seisi Pulau. Terlihat dari banyaknya budget yang dikeluarkan hingga vendor siapa yang dipakai. Pun dengan pemakaian baju pengantin baru yang megah, bakal jadi standar baru bagi pasangan-pasangan selanjutnya.

Pernikahan adalah hal sakral. Bisa dilaksanakan dengan pilihan-pilihan. Murah atau mahal. Namun budaya, gensi dan impian menyelenggarakan perkawinan yang megah menjadi salah satu spektrum baru. Standar-standar tercipta apabila ada pengantin yang bisa menyelenggarakan perkawinan dengan budget ratusan juta. 

Kondisi ini kemudian menciptakan standar harga bahkan bagi vendor kecil sekalipun. Perang harga dengan berbagai layanan serta pilihan menjadi standar-standar tersendiri. Dari baju, konsep ruangan, make over, heyna, fotografer punya standar harga masing-masing. Termaktub dalam paket-paket.

Tentu, bagi vendor dengan pengalaman-pengalaman besar, punya keahlian, nama besar serta modal yang besar pula bisa menyediakan konsep kebaharuan. berjibun pilihan baju, make up dll.

Dalam menjalankan bisnisnya, saya sendiri melihat ada sebuah pola kerjasama diantara pebisnis yang berkecimpun di bidang ini. Misalnya, vendor A dengan jasa fotografer A, plus make up B, Heena C. Begitu juga sebaliknya tergantung kesepakatan kontrak. Pun dengan makanan yang juga menjadi tanggung jawab vendor perkawinan.

semua item-item di atas tidak satu harga. Melainkan berbeda-beda. Hingga pasangan pengantin kadang kebalakan membayar setiap item tersebut.  Bagi pekerja vendor yang bertugas di lapangan, orderan besar berarti pekerjaan besar. Kawan saya yang lain bahkan hampir tak pernah pulang ke rumah lantaran banyaknya pekerjaan.

Saya, pernah di rayu calon istri memakai vendor kenalannya. Katanya tak mau keluar duit banyak jika memakai vendor yang sudah terkenal. Namun sekali saya melihat harga per item, rasa-rasanya ingin kabur saja. Jutaan hingga puluhan juta rupiah,.

Vendor-vendor kecil tentu harus kuat bersaing. Polanya sederhana. Dalam pantauan saya, pemasaran yang mereka lakukan biasanya melalui kenalan, teman kantor dan dari mulut ke mulut. Berbeda dengan vendor besar yang memanfatkaan peran media sosial sebagai sarana pemasara.

Baik vendor besar maupun kecil, semuanya merupakan jasa pemuas bagi pengantin yang menginginkan konsep sesuai dengan keinginan. Perkawinan bisa dilaksanakan dengan sederhana dan meriah. Tetapi, budaya, adat membuat biaya perkawinan semakin hari semakin naik. Gengsi agar tidak sama dengan yang lain, selalu saya temukan. Misalnya tidak mau memakai baju pengantin yang sama karena sudah dipakai pengantin sebelumnya serta masalah-masalah sederhana lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun