Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kelapa Muda Bisnis yang Menguntungkan

22 November 2021   12:14 Diperbarui: 24 November 2021   07:22 1540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengobrol dengan salah satu pedagang (Dokumentasi pribadi)

"Kelapa muda berapa per biji?"

"10 ribu dan tiga buah 5 ribu rupiah," Jawab Saria ( 60 tahun), salah satu dari ratusan pedagang yang berjualan kelapa muda di kawasan reklamasi Tapak Mangga Dua- Kota Baru Kota Ternate.

"Saya beli airnya saja ya bu," Sembari menjukan ukuran botol berukuran satu liter. "Kira-kira dapat berapa buah?" tanyaku.

"Nanti kita belah dulu baru tahu berapa yang dibutuhkan," jawabnya.

Iya lantas menawarkan kelapa berukuran besar yang menurutnya memiliki air banyak. Saya pun mengiyakan.

Ibu Saria  dengan cekatan memilih kelapa muda. Satu per satu diketok menggunakan parang guna mencari kelapa dengan isi terbaik. Ada bunyi khas yang bisa diketahui oleh pedagang dan petani kelapa. 

Bunyi yang dihasilkan dapat menunjukan bahwa kelapa tersebut muda atau tua. Dengan kata lain, memiliki isi yang tebal atau masih muda. Pengalaman merupakan kunci dalam memilih kelapa muda dengan air dan isi yang terbaik. 

Tentu bagi pelanggan, ini merupakan solusi dari keinginan mereka mengonsumsi kelapa muda yang terbaik. Ketimbang mereka memilih sendiri dengan melihat isi kulit luar kelapa yang menggoda.

Tak butuh waktu lama, berbekal pengalaman, ibu Saria gampang menemukan kelapa yang saya cari. Setelah ditemukan, Ia langsung memotong bagian ujung dan disaring masuk kedalam botol. Dilihat belum penuh, beliau lalu mencari lagi kelapa dengan ukuran yang sama. Dalam seliter membutuhkan dua biji kelapa.

"Airnya saja kan?" tanya lagi.

"Iya buk." 

"Emang mau vaksin?" tanya pensaran karena saya hanya membeli air kelapa

"Tidak bu, hanya mau minum di rumah," jawabku.

Saya tak tahu pasti. Pertanyaannya seketika memberikan sebuah fakta bahwa ada kepercayaan di kota ini bahwa setelah vaksin harus minum kelapa muda. Banyak orang percaya bahwa dapat menetralisir segala dampak yang ditimbulkan akibat vaksin. 

Walau saya sendiri tak percaya akan adanya kemujaratan ini. Namun disatu sisi, ini merupakan keuntungan bagi para penjual kelapa di Kota Ternate di mana omset mereka rata-rata mengalami peningkatan. Kelapa muda menjadi buruan.

Setelah air dituangkan, saya tak langsung pulang lantaran melihat isi daging kelapa yang sudah diambil airnya tadi begitu menggoda. Saya memutuskan melanggar niat tak mau mengonsumsi daging kelapa. Kelapa milik saya akhirnya saya bela sendiri sesekali membantu ibu Saria melayani pelanggan dengan membantu mengupas atau membelah.

Ibu Saria sendiri nampak sangat sibuk melayani pembeli. Maklum seminggu ini, cuaca sangat terik sehingga banyak masyarakat mengonsumsi kelapa muda. Ada yang minum di tempat dan ada pula yang membawa pulang.

Jejeran Lapak Pedagang (Dokumentasi pribadi)
Jejeran Lapak Pedagang (Dokumentasi pribadi)
Ibu Saria bukan satu-satunya pedagang di kawasan ini. Lokasi reklamasi yang baru hadir lima tahun belakangan. Di Kota ini, di sepanjang lokasi Tapak kawasan reklamasi, dipenuhi oleh penjual buah kelapa muda. Tak hanya itu, menu utama diberbagai cafe juga berasal dari kelapa.

Tak terhitung jumlahnya. Ada ribuan. Di dalam kota hingga ke lokasi parawisata di belakang kota. Mereka mendirikan lapak-lapak sederhana yang berisi lima sampai sepuluh kursi. 

Lapak-lapak ini tidak permanen sebab sewaktu-waktu mereka dihadapkan dengan penertiban oleh pemerintah. Sudah tak terhitung berapa kali konflik terjadi akibat penertiban. 

Terbaru penertiban di kawasan Tapak I Kelurahan Gamalama yang akhirnya tak menyisahkan satu pun pedagang yang bertahan. Padahal, kawasan ini merupakan tempat favorit warga menikmati penganan semisal pisang goreng, air goraka, dan kelapa muda.

Pedagang-pedagang ini kebanyakan penduduk setempat. Mereka memanfaatkan ruang yang ada dengan mendirikan berbagai lapak guna mencari rezeki. Di kawasan ibu Saria sendiri sekarang banyak hadir pedagang seperti mereka. Ruang taman reklamasi disulap menjadi tempat jualan dengan konsep yang seadanya. Dan rata-rata mereka berdomisili di lokasi tersebut.

Animo masyarakat yang konsumtif memberikan peluang kepada pedagang untuk berdagang. Apalagi keuntungan yang diraup sangat besar ketimbang hanya duduk berdiam diri dalam rumah. 

Ada berbagai olahan buah kelapa yang menggungah merupakan buruan para konsumen, seperti kelapa muda susu, kelapa muda susu, bahkan hingga kelapa bakar. Tergantung selera konsumen. 

Lapak Sederhana milik Pedagang (Dokumentasi pribadi)
Lapak Sederhana milik Pedagang (Dokumentasi pribadi)
Ibu Saria sendiri, menurut penuturannya dalam sehari bisa meraup penghasilan sebesar 200-300 ribu rupiah. Tergantung cuaca. Jika cuaca panas maka bisa hingga 500 ribu dalam sehari pun sebaliknya.

Perempuan yang berasal dari Pulau Kayoa dan sudah menetap di Kota Ternate ini dalam sehari bisa menjual kelapa di atas 50  biji. Sementara untuk kekuatan stok, dalam tiga hari disediakan 150 buah. Stok dagangan ini akan ludes mengikuti cuaca. Di mana jika sedang terik maka terjual dalam waktu tiga hari namun jika musim hujan biasanya hingga lima hari.

Kelapa-kelapa ini diperoleh dari petani kelapa di belakang gunung --sebutan orang lokal yang berdomisili di bagian belakang pulau-- dan luar pulau semisal Kota Tidore dan Halmahera. Di mana sebiji dibandrol seharga 6000 rupiah. Sehingga pendapatan perbiji sebesar 4000 rupiah.

Akan tetapi ini masih penghasilan kotor sebab, mereka harus mengeluarkan biaya untuk membeli keperluan lain semisal sedotan, susu, gula dll. Sehingga pendapatan bersih yang ia hitung sebesar 200 per buah. Jika dikalikan maka per bulan ia meraup penghasilan 300 ribu.

Menikmati pemandangan laut (Dokumentasi pribadi)
Menikmati pemandangan laut (Dokumentasi pribadi)
Walau Ia mengakui bahwa kadang dalam sebulan bisa mencapai sejuta hingga lebih apalagi saat bulan Ramadhan. Namun setiap pengeluaran dan pemasukan tidak pernah dicatat. Saya memaklumi perihal ini, di mana satu-satunya problem pedagang semacam mereka terkendala pengaturan keuangan.

Ibu Saria sendiri juga mengakui bahwa banyak pedagang lain justru memiliki penghasilan di atas 2 juta per bulan. Pedagang itu biasanya memiliki stok yang besar dengan lokasi yang strategis dan memiliki banyak menu.

Proses transaksi ini bagi saya sangat menguntungkan kedua belah pihak. Di mana, selama ini petani kelapa sangat tidak bersahabat dengan harga jika diolah menjadi kopra hitam maupun putih. Sebuah problem yang hingga kini masih dicari solusinya oleh pemerintah lewat berbagai rumusan kebijakan dan kerja sama. 

Petani kelapa selalu berkutat pada harga yang tak kunjung memuaskan, bayangkan saja maksimal per kilo kopra hanya dihargai 5000-1000 ribu rupiah.  

Keuntungan yang tidak sebanding dengan pengeluaran produksi ini menyebabkan banyak dari mereka menebang pohon kelapa milik mereka diganti dengan tanaman lain semisal cengkih dan pala. 

Sehingga jika dijual per biji sebesar 6000 rupiah maka tentu saja petani meraup keuntungan yang sangat besar ketimbang diolah menjadi kopra. Pun dengan pedagang yang meraup keuntungan dari hasil menjual buah kelapa muda. (sukur dofu-dofu)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun