Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pinang, Sirih, dan Kapur Tidak Sekadar Cemilan

2 September 2021   02:05 Diperbarui: 2 September 2021   15:57 974
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pinang, Sirih, dan Kapur| Sumber: Dokumentasi pribadi

Dalam berbagai acara semisal perkawinan, wajib disuguhkan ketiganya. Sehingga setiap belanja keperluan acara, pinang, sirih, dan kapur masuk daftar utama dan paling utama. 

Ibu-ibu, bapak, hingga yang paling sepuh wajib disuguhi ketiganya. Bisa dikata tak ada pinang, sirih, dan kapur, serasa hambar.

Tuan rumah harus cekatan. Jangan sampai para tamu menanyakan salah satu dari ketiganya. Jika sudah begini otomatis kami harus kembali ke pasar dan membeli.

Lebih uniknya ketika di desa. Jika di kota, kita dapat menemukan bahan felemei ini dengan gampang. Namun tidak di desa. Kita harus bergerombolan ke kebun lalu memanjat pohon pinang dan siri.

Sekali mengambil sudah harus diperhitungkan hingga selesai acara. Sehingga dalam setiap pengambilan tak jarang kami memetik hingga berkarung-karung.

Ribetnya ialah ketika pohon yang dipanjat sangat tinggi dan berbuah sedikit. Perlu usaha keras menerobos kebun ke kebun untuk mencari. Apalagi di desa, tidak semua orang menanam buah pinang atau sirih.

Bahkan beberapa kali kami juga harus ke kampung lain hanya sekedar mencari pinang dan sirih.

Adanya pinang, sirih, dan kapur menambah kehangatan para warga. Jika sudah felemei, segala urusan menjadi beres. Ibu-ibu maupun nenek-nenek tak rewel. 

Kehangatan pun tercipta. Cerita demi cerita diikuti gelak tawa menjadi pemandangan khas. Keceriaan yang begitu indah.

Di desa jika ada warga yang ingin felemei namun tidak mempunyai pinang atau siri atau kekurangan salah satunya maka cukup meminta kepada tetangga. Terkadang warga yang kelebihan ketiganya akan dengan sukarela berbagi dengan warga lain.

Sebuah unsur keikhlasan berbagai yang tanpa disadari berjalan turun temurun. Selain kekeluargaan, pinang, sirih, dan kapur sudah melebur dalam kebudayaan utamanya di Maluku Utara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun