Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hidup dalam Dua Keluarga

5 Maret 2021   17:02 Diperbarui: 5 Maret 2021   17:10 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suasana haru dan sakral menjadi tema sore ini. Biasanya pemandangan ini hanya tersaji di TV. Baru kali ini melihat langsung perkara tiga alam bersinergi.

Jadilah sore itu yang niatan awal ngobrol perkara ekonomi jadi perkara religi. Alhasil, saya termakan penasaran dan naluriku menjadi terkonsep. Menggali lebih dalam. Karena saya percaya ada makna penting dibalik ini.

Setelah selesai dengan derai air mata, keduanya lantas duduk bergabung dengan saya yang sedari tadi takjub tak habis-habisnya.

Pria ini, melalui perjalanan panjang hingga ke tahap ini, kenangku dalam pikit.

Saya sebut saja namanya Adit. Pria dewasa yang duduk di bangku perguruan tinggi. Adit bernasib sama dengan Putri. Dua-duanya diasuh orang lain yang juga masih sanak keluarga. Mereka menjalani hidup dengan "tanya" pada diri. 

Pencarian jati diri tentang siapa sosok mereka dan dari mana berasal telah membawa Adit mengalami banyak hal. Utamanya gonjang-ganjing hati dan perasaan. Ia harus bertaruh pada yakin, bahwa sosok-sosok yang hadir pada hidupnya bukanlah orang lain. 

Pengalamanya Sedikit berbeda dengan Putri. Apalagi Adit sudah dari umur 1 tahun lebih tidak bersama kedua orang tuanya. Ia merasakan begitu banyak perbedaan dari dirinya dengan sanak keluarga lain. Bedanya Ia tak diberi perincian jelas atau sekedar kisi-kisi. 

Tekanan psikilogia telah membawanya ke banyak perkara buruk.  Tak lain dan tak bukan karena tekanan psikologis akan sebuah makna bernama kasih sayang.

Pertemuannya dengan Ibu serta ayahnya hari ini sudah melalui proses "yakin" yang panjang. Keyakinan itu juga Ia ceritakan kadang datang dari mimpi. Di mana ada sosok-sosok tertentu yang memberitahukan bahwa orang tuanya adalah Si A.

Sementara Ibunya, pada pertemuan sore itu merasa sangat sedih. Walau saya yakin beliau sangat bahagia. Sedih karena dulu menyerahkan anaknya di asuh orang lain. Tak terhitung berapa kali kata "maaf" yang keluar dari mulut.

Ia tak menjelaskan alasannya. Suatu yang tidak bisa saya paksakan untuk digali lebih dalam. Urusan privat yang hanya bisa diketahui oleh mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun