Dua hari ini, saya berada di Kota Solo. Kota yang baru pertama kali di sambangi. Kedatangan ke sini juga tanpa disengaja. Seharusnya menuju kota Jogja, namun di Kilometer 400, tujuan itu berubah karena orang yang hendak ditemui meminta bertemu di Kota Surakarta.
Tujuan tanpa persiapan ini akhirnya membawa kami pada sebuah kenyataan, kami tak menguasai medan. Ini perdana di Solo. Seluk beluk, kultur, budaya, makanan dan bahasa begitu blank di kepala. Walaupun memiliki beberapa kerabat dari kota ini akan tetapi masih sedikit yang di pelajari.Â
Sebuah pelajaran berharga bagi saya sendiri tentunya, bahwa mempelajari lebih banyak kultur dan budaya di Indonesia sangat di perlukan. Kekurangan referensi pada diri membawa dampak yang begitu besar. Tujuannya tentu saja, agar tidak ada unsur yang dapat di langgar.
Alhasil, tujuan pertama ialah Alun-alun kota. Sebuah tempat yang memiliki kesamaan dengan alun-alun selatan di Kota Jogjakarta. Disini, kemudian satu persatu referensi di pelajari. Lokasi hotel, makanan kesukaan, kebudayaan dan lain-lain.
Tentu selama disini, senjata utama kami hanya google maps dan beberapa rekomendasi dari hasil mengulik google. Tak terhitung berapa kali tersesat, salah jalur karena banyaknya tanda larangan dan lainnya. Salah satu yang paling mengglitik ialah ketika kami harus mutar-mutar mencari makanan.Â
Terlepas dari ketololan kami, Kota ini sungguh indah. Penataan yang luar biasa dan bahkan hampir seragam dengan kota Semarang dan Jogja. Banyak tempat yang patut di ekslpor. Bahkan, saya sendiri, saking penasarannya, tempat seperti Stasiun Balapan dan Bengawan Solo di sambangi. Kedua tempat ini membekas di kepala karena sering menyanyikan lagu yang mengangkat dua tempat tersebut.
Bertemu Pak Ulen
Setelah sejam lebih berkeliling, kami tersesat hingga ke Jalan. Dr Rajiman (Barat Polsek Laweyan). Namun di sini pertemuan itu terjadi. Setelah tanpa sengaja salah satu teman melihat banner bertuliskan " Ikan Bakar Colo-colo Khas Ternate terpampang di depan jalan".
Pak Ulen awalnya kebingungan lantaran tanpa basa basi kami langsung bertanya dalam dialek timur. Ia tak menyangka bahwa yang bertanya merupakan teman-teman yang berasal dari daerah yang sama.Â