" Ikan so (so) abis," Tanya salah satu dari kami.
"Masih ada," sahut pak Ulen sembari membuka kolboks berkapasitas 25 kg.Â
Ikan yang ia jual ialah ikan dasar; sebutan orang timur untuk ikan karang. Di dalam kolboks sendiri tersisa enam ekor. Diantaranya kakap merah, baracuda dan dolosi.Â
" Ikan yang lain tidak ada," tanya saya. Ini lantaran ikan seperti baracuda jarang di konsumsi dan sangat jarang di buat ikan bakar.Â
Pak Ulen pun lantas mengeluarkan dua ikan  Goropa; kerapu (grouper). Alhasil, kami memesan lima ekor ikan yang semuanya di bakar dan diberi sambal colo-colo.
Bagi orang timur, siapa pun dia baik yang memiliki pertalian darah tau tidak, semua adalah keluarga. Sehingga simbol atau kata " katong satu darah" selalu melekat. Bahwa orang timur utamanya Maluku, Maluku Utara adalah saudara satu darah.
Slogan itu menjadi sebuah tradisi dimana pun orang timur berada. Sehingga pertemuan dengan pak Ateng terjalin sangat hangat. Lebur dalam rimbun kenangan dan cerita. Tanpa ada sekat atau batasan yang membuat kaku.
"Saya tadi so duga sudah kalo yang datang ini pasti orang torang. Apalagi pas ngana tanya ikan. (saya sudah menduga kalau yang datang pasti orang timur. Apalagi saat bertanya soal ikan)," ungkapnya setelah beberapa saat kami berkenalan.
**