Pada tegukan kenikmatan kopi, pilu dan duka mengiringi. Sudah ribuan sampai ratusan bibir gelas melekat dekat pada bibir penuh hikmat, penuh napsu, penuh gairah.
namun, pada duka dan pilupun jutaan gelas kopi seakan angin lalu. pengembaraan ini semakin jauh dan sejauh itu pulah rasa pilu dan duka berpelukan erat.
oh ibu, bisakah aku memanggil namamu? nama indah mu. oh ibu, bisakah aku memelukmu? pelukan hangatmu.
ibu, aku terlalu jauh melangkah dengan mimpi di kepalaku, aku sudah mengembara pada nusantara, dan aku sudah puluhan kali merayu tuhan tetapi tak sedikitpun aku berkitmat dengann pelukan mu.Â
ibu, taukah kamu? aku telah melukiskan banyak kisah membanggakan, tapi tak sedikit pun sehelai rambutmu aku ingat. tak sedikitpun tanganmu ku kecup.Â
aku pernah bertanya pada laut, tetapi tak kutemukan jawaban. aku pernah bertanya pada angin tapi hanya rindu yang kudapat. aku pernah bertanya pada rindu tetapi yang kudapat hanya hampa.
ibuku. ijinkan aku merebahkan diri pada hidupmu. rebahan rasa kasih sayang yang tak kunjung ku junpai. ibu batin ini tak rasa pada rindu, batin ini butuh ridho.
ibuu....aku rindu