Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Nafkah di Ujung Kail

3 Oktober 2017   22:34 Diperbarui: 4 Oktober 2017   00:21 1613
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tulisan ini, berawal dari ajakan seorang teman yang terjepit diantara dua alasan. Pertama, dikejar kejar dosen pembimbing (senior abadi). Kedua, saya adalah opsi terakhir untuk di ajak naik kapal nelayan dan bertarung dengan ombak. penelitian yang dia lakukan telah menarik minat saya untuk ikut maka, Sebagai pemancing amatiran. saya tidak mampu menolak ajakan ini. Kesempatan memancing hand and line cakalang tuna belum pernah coba.  selain dari itu, pengalaman ini bisa menjadi cerita ke pemancing-pemancing lain.

 Perjalanan kami mulai dari pelabuhan Bastiong, Kota Ternate pada pukul 20:00 WIT. Menumpangi kapal Bunda Maria kami bertolak menuju pelabuhan Babang, Bacan. Kab. Halmahera Selatan Prov. Maluku Utara.  

Kapal mulai melaju, menembus dinginnya malam dan lautan yang kian bersahabat. Di temani oleh indahnya nyanyian ombak terpecah oleh belahan anjungan kapal serta kilauan bintang yang menjadi petanda navigasi oleh kapten. Tepat pukul 04 : 00 WIT, kami berlabuh di pelabuhan Labuha Bacan. Mungkin untuk pecinta batu akik, sudah tidak asing dengan nama ini. setelah mengisi perut sejenak dikantin dekat pelabuhan. Kami melanjutkan perjalanan dengan menggunakan angkot ke bascamp dengan budget Rp. 10.000 per orang.

Hari pertama perjalanan di awali dari kelurahan Taman Sari, maksud kedatangan kami adalah menemui tuan-tuan kapal untuk mengorek informasi dan sekaligus meminta izin. Sambutan hangat kami dapat oleh ketua kelompok nelayan sekaligus pemilik salah satu kapal yang akan kami tumpangi. Pak Sarifudin namannya,setelah dizinkan masuk pada rumah berukuran sedang. Pak Sarifudin memulai obrolan dengan menanyakan siapa dan maksudtujan kami bertamu. Setelah teman saya menjelaskan tentang kedatangannya sebagai peneliti dan memberikan surat izin dari Universitas, maka sang pemilik kapal dengan sangat welcome dan antusias memberikan izin. Katanya " jarang-jarang ada mahasiswa yang meneliti langsung dengan ikut proses penangkapan biasanya hanya siswa pelayaran, semoga kalian bisa mendapatkan jawaban dari pertanyaan yang sudah kalian siapkan maupun yang akan kalian temukan nanti".

Sambil menikmati segelas kopi, obrolan ringan di mulai dengan pertanyaan berapa besar sistem pembagian antara pemilik kapal dengan kapten kapal. Perlu di ketahui bahwa, pemilik kapal tidak selalu terjun ke laut karena sudah di wakili oleh kapten kapal dan anak buah kapal. Biasanya, kapten kapal bertanggung jawab penuh terhadap operasional, sedangkan, pemilik kapal memiliki orang kepercayaan yang berada di kapal,yaitu bendahara kapal. 

Kata Sarifudin " pembagian upah antara pemilik dengan ABK sebesar 40:60. Artinya, 40 % untuk pemilik kapal atau yang tergabung dalam kelompok nelayan. Dan, 60 % untuk kapten kapal dan ABK. Bisa juga 50:50, tergantung kesepakatan awal dengan kapten kapal. Diskusi kian menarik, manakala pertanyaan saja menjurus pada kebijakan pemerintah dalam mendukung kelompok nelayan seperti pemberian alat tangkap pendukung : GPS, kapal dan dana pengembangan. Menurut penuturannya, sejauh ini bantuan pemerintah sering kurang tepat sasaran, ada kelompok nelayan yang sebenarnya belum layak menerima bantuan tetapi karena memiliki kenalan, maka sering mendapat bantuan.


Diskusi panjang itu terasa singkat,dan kami berpamitan  karena kumandan adzan magrib dan berjanji akan kembali lagi jika masih membutuhkan data.

Keesokan harinya, pukul 15 :00 WIT, dengan bermodal surat izin penelitian kami bergerak menuju Desa Panamboang. Sebelum itu kami sudah terlebih dahulu meminta izin di Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Halmahera Selatan. Desa ini merupakan pusat Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di pulau Bacan, Dan terbesar di Maluku Utara.  Desa ini terletak agak jauh dari Ibu Kota Kabupaten, Labuha. Kami menempuh perjalanan dengan menggunakan mobil bak terbuka milik dibo-dibo (tengkulak) hampir sejam perjalanan dengan disuguhi perbincangan hangat dengan ibu-ibu (dibo-dibo atau tengkulak) kami sedikit mengorek informasi bahwa sekarang musim paceklik, yang artinya stok ikan sedikit. Sehingga harga ikan menjadi mahal. Belum lagi jika perusahaan ikan membeli semua hasil tangkapan nelayan. Perkiraan saya, adalah, adanya konflik diantara 3 pelaku ekonomi ini.

Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Panamboang Bacan ; Dok, Pribadi
Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Panamboang Bacan ; Dok, Pribadi
Sampainya kami di Desa Panamboang, kami langsung bertemu dengan kepala Pelabuhan Dan Perikanan Pantai ( PPP) Panamboang Bacan. Dan, meminta surat izin berlayar dengan menaiki 4 kapal sesuai tujuan awal. Setelah sedikit mengorek informasi tentang potensi-potensi laut Kabupaten Halmahera Selatan serta pemaparan prospek masa depan kesejateraan pelaku ekonomi : Nelayan, dibo-dibo dan perusahaan. Surat izin kami kelar, ternyata kami hanya di beri izin naik 2 kapal. Satu kapal kayu bernama Santiago, dan satu kapal bantuan Pemerintah berbahan viber plastic, Inka Mina 282. keadaan semakin gila karena hari itu pulah kami harus berangkat. Tanpa persiapan seperti, konsumsi, jaket, pakaian ganti bahkan kami hanya bermodal kousioner dan surat izin berlayar.

Kapal pertama yang kami tumpangi adalah kapal INKA MINA 282 .  Kapal bantuan pemerintah ini menjadi petualangan ilmiah kami yang pertama, dengan fasilitas yang agak baik kami masih sempat berpikir yang tidak-tidak . Presepsi saya pertama saya adalah, apakah kami akan aman dengan kapal ini? Pemikiran kawan saya lebih extrem lagi (maklum sebagai peneliti sebenarnya dia agak penakut), jika nanti tenggelam saya satu-satunya harapan kehidupan dia. Gila juga ni teman, dipikirnya saya pasukan penyelamat. Mengingat kondisi alam yang ganas sudah barang tentu pemikiran itu berkecamuk di benak-benak kami.

 Kapten kapal di panggil oleh kepala Pelabuhan Dan Perikanan Pantai ( PPP) Panamboang Bacan. Terlihat dari jauh seorang pria muda, berjalan tegas, berbadan tegar, berkumis tipis berkulit sawo matang, mendatangi kami. Berdiri tepat disamping kami dengan melemparkan senyum hangat tanda sambutan. Sembari mengurus surat izin berlayar  bagi kapalnya, kami berkenalan singkat. Sesaat kemudian, Kapten berbisik pelan kepada kami " Jam 17: 00 Wib kita berangkat dengan durasi trip 2 hari satu malam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun