Mohon tunggu...
Achmad Zan
Achmad Zan Mohon Tunggu... -

FISIP UI _ Termasuk golongan orang kebingungan_ Penunggu Malam dan Penyuka Malam

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Kenang-kenangan

24 Juli 2018   23:31 Diperbarui: 25 Juli 2018   05:32 825
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: artsybitsy.wordpress.com)

Bagaimana Anda ingin mengenal orang tapi Anda hanya mengetahui namanya? Bagaimana caranya agar Anda mengetahui sedikit aktivitasnya dengan melihat beberapa macam-macam foto yang telah di uploadnya? Orang-orang sekitarnya? Sejarah hidupnya? Bahkan mungkin bisa mendekatinya.

Cara terbaik yang mungkin bisa digunakan yaitu memanfaatkan kecerdasan teknologi buatan. Misalnya, Instagram dan Google. Ketikkan nama  lengkap orang yang ingin Anda cari di Google, jika nama itu tidak familiar/ unik, Anda cukup beruntung jika menemukan foto-fotonya di mesin google.  Jika tidak, carilah dengan lebih spesifik. Ketikkan namanya dan tambahkan  alat sosial media yang akan digunakan.

Misalnya : 'Solihin Satria Instagram "atau "Solihin Satria Facebook". Jika beruntung, Anda akan menemukan akun dengan foto profil persis dengan orang yang Anda maksud. Jika tidak, kemungkinan orang itu memakai nama samaran untuk akunnya, memiliki nama persis dengan pengguna lainnya atau memang ia tidak mempunyai sosial media.

Macam- macam foto terupload dengan rapi di akun orang  macam album kenangan hidupnya, bedanya dengan buku kenangan konvesional. Foto-foto yang tersimpan di sosial media  tak bisa hilang karena keteledoran pemiliknya, tak bisa rusak karena terkena hujan atau di makan rayap, tak membutuhkan wadah besar untuk membawannya jika akan pindah rumah, kemanapun Anda pergi bisa membawanya.

Cukup bermodal smartphone dan paket data, Anda telah mampu membuat kenangan hidup  versi Anda sendiri.  Instagram seakan berkata " Sini uploadlah fotomu, foto apa sajalah toh kau bisa memotret apapun dengan kamera kecilmu. Janganlah buat dirimu tenggelam dengan keadaan. Kau harus tunjukkan pada dunia . Buatlah dirimu dikenal orang bahkan dikenang orang selamanya. Saya jamin kenangan hidupmu tak lekang oleh waktu".

Kau dapat melihat foto siapa saja di sosial media. Dari yang dikenal di dunia nyata sampai tak dikenalnya. Bukan saja hanya foto mungkin aktivitas tiap harinya dengan tag  lokasi bisa dilihat di Instastory. Jika ingin mengenalnya lebih jauh mungkin anda harus punya ekstra waktu untuk melihat foto-foto yang terdahulu sehingga Anda bisa tahu sejarah orang itu, kenangan orang itu, orang terdekat, bahkan apa yang disukainya. Semua orang bisa jadi mata-mata. Bukan, bukan mata-mata. Istilah itu terlalu seram. Mungkin saya sebut orang yang ingin mengenal lebih dalam atau orang sebut stalker.


Ya, bisa sebut Anda dapat lebih mengenal orang-orang di sosial media daripada mengenal orang-orang disekitarmu.  Tak dipungkiri, memang sudah jamannya orang-orang lebih terhubung lewat teknologi yang diciptakan macam Instagram, Facebook, atau macam lainnya. Setiap platform memiliki karakteristik masing-masing menarik para penggunanya untuk memakainya.

Platform sosial media tersebut tak memungut biaya untuk fitur-fitur nya . Hanya ada satu syarat yaitu mematuhi persyaratan yang diberikan serta menerima segala tanggung jawab atas data pribadi dan segala macam yang diupload . Persetujuan penggguna dengan platform bukanlah persetujuan diatas materai.  Jadi Anda benar-benar bertanggung-jawab menerima konsekuensi sendiri apa yang akan terjadi setelahnya. 

Orang meninggalkan yang lama untuk yang baru

Seiring merebaknya sosial media semakin banyak macam cara orang-orang mencitrakan dirinya di dunia maya. Terdapat banyak konten yang bisa dipilih, tergantung orangnya ingin membuat kenangan hidupnya macam apa. Platform yang tersedia juga terdapat berbagai macam, rata-rata orang Indonesia memiliki 3 akun lebih social media. Mereka bisa aktif 3 akun sekaligus seperti Twitter, Facebook, Instagram.

Sekarang orang semakin banyak beralih ke Instagram seiring meredupnya kepamoran Facebook. Terutama kalangan anak muda. Hal itu menjadi wajar karena Instagram lebih merestui penggunanya memamerkan foto-foto  atau video, hobi, perjalanan, dan keseharian lainnya yang lekat dengan kreativitas dan jiwa anak muda.

Untungnya Mark Zuckeberg masih mampu membeli Instagram sehingga tidak ada persaingan antar-keduanya. Mereka dalam satu perusahaan yang sama, pastilah peningkatan kualitas dilakukan dengan perlakuan yang adil. Sayangnya, orang-orang semakin banyak yang beralih ke Instagram dan mencampakkan Facebook.

Padahal di akun Facebook lamanya , banyak sekali foto-foto waktu masih muda/kecil, tulisan-tulisan alay ketika baru merasakan sosial media, mungkin juga foto aibnya. Terdapat foto-foto  dulunya  Anda anggap keren,  lalu sekarang Anda berbalik mengutuk foto-foto itu. Rata-rata remaja yang beralih ke Instagram memakai Facebook di usia sekitar 10-15 tahun, saat itu masih gelombang euphoria mengupload foto narsis.

Sekarang mereka sudah berumur sekitar 19-25 tahun, ketika melihat foto lamanya kemungkinan mereka merasa jijik dan menganggap betapa tidak dewasanya dirinya dulu. Ada juga yang sekarang telah hijrah menutup dirinya dengan hijab merasa enggan melihat foto dahulunya sebelum berhijab. Jejak digital ini tidak terbatas hanya pada Facebook saja, mungkin Anda mempunyai jejak di sosial media lain seperti AskFm,Path, SnapChat atau Twitter

Saat ini memang tak terasa penting akan foto itu, apa gunanya foto itu dan konsekuensinya. Tetapi suatu saat pastilah akan menjadi bom waktu yang mungkin mengancam kehidupan Anda terutama kewibawaan Anda. Salah satu contohnya yaitu Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menerima dikirimi foto-foto dari masa lalunya. Ia tidak menjelaskan bagaimana foto-foto masa lalunya itu bisa beredar luas, termasuk siapa yang pertama kali mengambil gambar tersebut dan menyimpannya. Hal itu jelas upaya pembunuhan karakter dan mencegahnya mengambil kebijakan. (tirto.id)

Foto-foto yang telah di upload tidak serta merta terhapus secara otomatis seiring berjalannya waktu. Foto itu masih tetap ada atas nama akun Anda meskipun Anda telah punya cucu, cicit , atau sampai malaikat Munkar dan Nakir menanyai Anda di kuburan.  Munkar dan Nakir mungkin cukup senang jika jejak digital Anda tidak mengandung macam yang membuat dosa.

Bagaimana dengan akun yang mengandung macam foto maksiat, macam fitnah, prasangka atau ujaran kebencian. Bisa dibayangkan bagaimana dosa-dosa Anda bertambah juga meskipun Anda telah bersertifikat almarhum di dunia. Itulah yang dinamakan dosa Jariyah.

 Tak bisa dihapus benar-benar tanpa sisa

Apa-apa yang telah diupload di internet atau terhubung dengan internet tak bisa benar-benar menghapus dengan permanen tanpa sisa seperti menghapus foto di hardisk laptop. Jika menghapus di laptop tampaknya hanya melalui dua cara, Pertama hapuslah foto yang ada di file explorer. Foto yang telah di hapus pastilah terbuang ke sampah ( recycle bean ) sewaktu-waktu bisa diambil lagi. Kedua, hapuslah foto yang ada di recycle bean.  Berbeda dengan foto yang telah terupload di sosial media atau penyimpanan cloud.

Memang dalam mekanisme tampaknya foto bisa terhapus , tetapi apakah bisa menjamin fotonya hilang secara permanen?. Jaman digital ini menunjukkan kemampuan copy-paste dengan cepat, baik yang terlihat maupun tak terlihat. Kemungkinan foto itu masih tersimpan dalam memori internet, kemungkinan masih bisa dilacak atau bisa saja temanmu menyimpan foto itu dengan menscreenshot.

Contohnya:  Ketika saya menghapus semua file di google drive, bukan hanya saja menghapus tetapi melakukan "clean trash" untuk melegakan storagenya. Suatu saat saya sadar bahwa ada file penting yang sangat dibutuhkan . Untungnya team Google Drive sangat kooperatif, mereka mau melakukan recovey dan memberikan free space untuk menyimpan  file-file hasil recovery, tentunya batas waktu hanya 2 minggu.

 Membayangkan masa depan tanpa album foto kenangan

Orang jaman dulu membutuhkan perjuangan lebih keras untuk melihat album foto kenangan hidup orang lain. Mereka harus benar-benar menjadi teman atau sahabat darinya untuk membuka lembar demi lembar album foto.  Bagi mereka, sejarah hidup mereka adalah suatu privasi yang tidak sembarang orang dapat melihatnya.

Saat ini batas-batas itu telah tiada, orang mempunyai album foto masing-masing di akun sosial medianya. Semua orang dapat melihatnya tanpa batas waktu dan syarat pertemanan yang cukup intim. Hanya cukup punya akun sosial media atau setidaknya menjadi followernya jika akun itu di protect .

Ketika foto-foto telah menjadi galeri pajangan sosial media untuk diri sendiri dan orang lain, mungkin tak ada lagi pencetak foto dan pembuat album foto. Ketika semua urusan-urusan administrasi telah dapat dilakukan serba online, mungkin memang benar dunia tak membutuhkan pencetak foto.

Tak ada lagi kemesraan Ayah, Ibu, beserta anak-anaknya berkumpul hangat di ruangan sambil membuka lembar demi lembar album kenangan hidup mereka. Waktu telah mengubah kebersamaan mereka karena mungkin tiap anggota keluarga saling tahu masing-masing akun Instagramnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun