Mohon tunggu...
Nanda AP
Nanda AP Mohon Tunggu... Administrasi - Pembaca Musiman

Ars Longa, Vita Brevis~

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Menikmati Masa Pandemi Covid-19 di Kota Apel [Bagian 3]

25 April 2021   10:46 Diperbarui: 25 April 2021   11:03 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Waktu menunjukan pukul empat pagi bunyi lagu biarlah terdengar dari nada dering HandPhone saya, lagu lama yang sudah lumayan cukup lama namun masih saja tetap enak untuk di dengar. Seketika saya bergegas bangun dan membangunkan mas Ridwan untuk untuk segera menunaikan ibadah solat subuh berjamaah. 

Suasana pagi yang terasa masih sangat dingin sedikit mengurungkan niat kami yang berencana berangkat pagi, arkian saya memasak air untuk membuat secangkir kopi di pagi hari. 

Sembari menunggu waktu pukul delapan pagi saya dan mas ridwan menyeduh nikmatnya kopi di pagi hari dengan sedikit berbincang mengenai hal yang akan kami lakukan di tempat yang kami tuju nantinya. Ini kali pertamanya saya belajar ke tempat pembuatan kopi dengan mengunjungi langsung ke tempat perkebunanya,  dalam pengalaman saya sebelumnya hanya belajar melalui buku, pencarian beberapa sumber di internet yang mendukung dan dari kedai kopi. 

Walhasil pengalaman yang saya dapatkan masih kurang secara praktek, namun dengan berkunjung langsung ke lokasi saya lebih paham dan menambah pengalaman secara praktik tak melulu soal teori.

Seiring dengan berjalanya waktu usia manusia semakin menua lalu dipangkas habis oleh waktu, namun bagaimana dengan pikiran ? Bagi saya ia akan terus tumbuh apabila dipupuk, bahkan akan mengakar kuat, seumpama mekar akan berbunga. Inilah apa yang membuat saya tetap belajar hal baru walaupun dalam masa pandemi seperti ini. Di masa yang sedang hiruk pikuknya ini kebutuhan akan ekonomi, pangan dan sandang  menjadi semakin meningkat, banyak dari kalangan menengah kebawah yang masih membutuhkan uluran tangan dari kita yang mampu.

Layaknya seorang pemimpin, harus bisa mengayomi masyarakat yang ada di dalam negeri ini, apalagi kondisi masyarakat yang sedang dalam serba kekurangan karena wabah  yang sedang menyelimuti bumi pertiwi. 

Sudah seharusnya para pemimpin berlaku semestinya. Bukan dengan seenaknya sediri dengan menyelewengkan dana bantuan sosial yang seharusnya di bagikan justru digunakan untuk menumpuk kekayaan sendiri.

Tak heran jika negeri seperti ini kalau di biarkan akan semakin membusuk karena ulah para petingginya yang berani menghianati rakyatnya sendiri. Bahkan mereka yang sudah bersumpah di bawah kitab suci, rasanya masih sama saja seperti tidak memiliki hati nurani. Seperti yang pernah dikatakan oleh Sudjiwo Tejo yang disumpah dengan Kitab Suci aja masih berani Berkhianat, apalagi yang sok janji dengan rakyat dan bangsanya.   

Kira- kira perjalanan yang saya tempuh dengan mas Ridwan kurang lebih memakan waktu selama 2 setengah jam, jalur yang kami laluipun cukup panjang. Mulai dari jalan yang di penuhi dengan kerikil, jalanan yang berlubang dan jalan yang masih belum di aspal.

Ini semakin menambah nikmatnya sebuah perjalanan kami, selain di hadapkan rintangan perjalanan kami juga disuguhkan dengan pemandangan alam yang sangat cantik. Tak heran jika Kecamatan Dampit juga menjadi salah destinasi wisata bagi warga kota malang maupun luar kota.

Sama halnya dengan sebuah kehidupan yang dimiliki setiap orang, tuhan telah menyandingkan setiap kesulitan dengan kemudahan dan kesedihan dengan kebahagiaan. Ini hanya bagaimana kita sebagai makhuk sosial yang harus pandai bersyukur dalam setiap keadaan. 

Karena hanya memang DIA-lah yang mengerti kemampuan hambanya dalam menjalani segala perkara yang ada, terkadang Tuhan memberikan ujian yang berat ke kita, bukan karena DIA marah ataupun benci namun, dia tahu bahwa punggung kita lebih kuat dari yang lain.

Tapi yang perlu kita ambil dari ujian yang di berikan kepada kita bukan seberapa kuat punggung kita menerima ujian yang kita terima namu rasa ikhlas, sabar dan rasa syukur yang yang kita gunakan sehingga kita mampu melewatinya. Inilah kenapa seiring bertambahnya usia manusia kita harus semakin bijak dan pandai dalam menerima berbagai hal yang datang.

Inilah alasan mengapa yang membuat kami susah untuk melupakan perjalanan pada kali ini. Daerah dampit yang berada di dataran tinggi dengan pemandangan alam yang sangat cantik dan tak lepas dengan produksi kopi khas yang sangat terkenal di kota malang dan luar kota.

Di tengah - tengah perjalanan, saya dan Mas Ridwan sempatkan waktu untuk beristirahat. Kami istirahat di gubuk pinggir jalan yang kira – kira sudah lebih dari setengah perjalanan. Menghirup segarnya udara di dataran tinggi dan sebungkus rokok DJI SAM SOE yang kami nimkati bersama. 

Suasana gemricik air sungai yang yang mengalir dan hijaunya alam di sekitar kami beristirahat saya dan mas ridwan seakan terhipnotis, membuat hangatnya pembicaraan di kala itu sampai lupa akan waktu yang seharusnya kami pukul 11.00 sudah sampai namun kami masih beristirahat di tengah perjalanan.

Setelah selesai beristirahat Saya dan mas Ridwan bersiap siap – siap dan bergegas kembali menuju tempat produksi kopi. Untung saja cuaca yang kami rasakan saat perjalanan cukup cerah dan tak terlalu terik. Serta kendaraan yang berlalu lalang di sekitar kami tidak begitu ramai, arkian kami sampai di lokasi pukul 12.00 tepat siang hari dengan bersaaman waktu masuk menjalan kan ibadah sholat dzuhur.

Pada Bagian ketiga mungkin cukup sampai disini, dan pada bagian keempat penulis gunakan sebagai penutup dari cerita di kota apel. Namun penulis tulis di lain waktu.
Terimakasih!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun