Mohon tunggu...
Yoga Pratama Tarigan
Yoga Pratama Tarigan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - calon imam diosesan medan

calon sarjana Filsafat, suka berpikir, berimajinasi, dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Berbicara atas Nama Kemanusiaan

7 Maret 2019   14:40 Diperbarui: 7 Maret 2019   20:31 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam Injil, kita melihat Yesus sebagai figur yang mempunyai perhatian istimewa kepada mereka yang sakit, cacat, kusta, terbuang, dan terhina oleh masyarkat. Ketuhanan dan kemanusiaan salam diri Yesus menjadi satu perkara yang tidak dapat dipisahkan lagi, sehingga kita para pengikut Kristus tidaklah mungkin memuja dan memuliakan Tuhan tetapi tidak penduli terhadap sesama manusia yang kurang beruntung.

Melalui tulisan ini saya mengajak pembaca untuk mengenal Ajaran Sosial Gereja (ASG). Bukan hanya dalam Kitab Suci, tetapi dalam sejarah kehidupan Gereja ternyata mengajarkan kepada umat katolik bagaimana mewujudkan iman dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Gereja bukanlah penonton yang diam dan tak bergerak. Gereja menyadari dirinya sebagai bagian dari masyarakat, keprihatinan masyarakat itu juga menjadi keprihatinan dan tanggungjawab Gereja. Gereja harus terlibat. Inilah seruan dari para Paus yang tampak dalam ensiklik-ensiklik yang berisi ASG dan sekaligus melatarbelakangi munculnya ASG.

Ajaran Sosial Gereja (ASG) sering kali disamakan dengan ajaran para Paus, terutama sejak Paus Leo XIII. Ajaran Sosial Gereja adalah upaya Gereja untuk merumuskan maksud dan arah keterlibatan orang kristen dalam menghadapi masalah-masalah dalam hidup kemasyarakatan yang majemuk dan berbeda-beda.

Prinsip pertama dan yang paling penting di dalam ASG adalah prinsip penghargaan pada martabat manusia.Setiap orang adalah pribadi yang berharga, karena ia diciptakan menurut atau sesuai dengan citra Allah. Prinsip kedua adalah upaya untuk menciptakan kebaikan bersama (bonum commune). Setiap orang adalah bagian dari masyarakat. Tidak ada orang yang bisa hidup sendiri. Oleh karena itu, setiap orang memiliki kewajiban untuk berperanserta mewujudkan kesejahteraan bersama di masyarakat, dan berhak juga untuk hidup sejahtera sebagai manusia yang bermartabat.

Prinsip ketiga adalah solidaritas. Solidaritas adalah ikatan yang menyatukan kita sebagai manusia. Prinsip keempat adalah prinsip subsidiaritas, artinya setiap kebijakan dan peraturan yang berlaku di masyarakat, baik itu lokal, nasional, maupun internasional, haruslah sejalan dengan prinsip kebaikan bersama.Prinsip kelima adalah keberpihakan pada mereka yang "kalah". Mereka yang kalah ini termasuk juga kelompok minoritas tertindas, dan juga orang-orang yang miskin secara ekonomi, kultural, moral maupun spiritual.

Melalui uraian di atas kita dapat menarik benang merahnya, yakni bangsa kita bersatu bukan karena atas konsepsi dan kepercayaan Allah yang sama tetapi atas dasar kemanusiaan; Yesus datang ke dunia bukan untuk golongan tertentu tapi untuk menyelamatkan dan memberi harapan baru kepada seluruh umat manusia, dan kita sebagai anggota Tubuh Gereja sudah layak dan sepantasnya menjadi garam dan terang di tenagah masyarakat, yakni dengan cara menhidupi kelima prinsip Ajaran Sosial Gereja. Dengan demikian kita telah memuliakan nama Allah (ad maiorem Dei Gloriam), dan mengangkat martabat manusia!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun