Mohon tunggu...
Odjie Samroji
Odjie Samroji Mohon Tunggu... Pendidik, Penulis, Founder : Albirru Indonesia Foundation

Ingin menjadi pribadi yang bermanfaat, karena sebaik-baiknya manusia adalah pribadi yang bisa bermanfaat bagi orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pesta Berujung Duka, Saat Pendidikan Sosial Kita Dipertanyakan

18 Juli 2025   18:10 Diperbarui: 18 Juli 2025   18:10 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berdesak dalam Pesta pernikahan anak Dedi Mulyadi | Foto : Antara 

Tragedi dalam pesta rakyat pernikahan Maula Akbar Mulyadi Putra, anak dari Dedi Mulyadi dan Wakil Bupati Garut Putri Karlina, yang menewaskan tiga orang akibat berdesak-desakan di Lapangan Otto Iskandar Dinata pada Jumat, 18 Juli 2025, menyisakan duka mendalam. Salah satu korban bahkan diketahui merupakan anggota kepolisian yang sedang bertugas menjaga keamanan. Di tengah kemeriahan dan harapan akan hari bahagia, tak ada yang menyangka bahwa kegembiraan itu justru berujung pada kehilangan.

Peristiwa ini menjadi cermin yang menyakitkan bahwa antusiasme masyarakat yang tak terkendali, bila tidak diimbangi dengan edukasi dan manajemen yang baik, bisa berubah menjadi petaka. Dari sini kita dapat menarik pelajaran penting bahwa pendidikan bukan hanya soal membaca dan berhitung di sekolah. Pendidikan juga tentang bagaimana masyarakat memahami tata cara hidup bersama, menghargai keselamatan diri dan orang lain, serta belajar tertib dalam ruang publik.

Tragedi ini menggugah kita untuk lebih serius dalam membumikan nilai-nilai pendidikan sosial dan kewargaan kepada masyarakat. Betapa pentingnya pemahaman akan batas, keselamatan, dan tanggung jawab dalam sebuah kerumunan. Pesta rakyat, konser, kampanye, atau kegiatan besar lainnya mestinya tidak hanya dipandang sebagai hiburan, tetapi juga kesempatan membentuk budaya tertib dan sadar risiko. Ini adalah bagian dari pendidikan karakter yang selama ini sering hanya menjadi jargon, namun absen dalam realita.

Pemerintah daerah dan lembaga pendidikan seharusnya menjadikan momen ini sebagai titik balik. Bukan sekadar menyampaikan belasungkawa, tapi bergerak aktif dalam membangun kesadaran publik sejak dini. Mulai dari sekolah-sekolah, anak-anak perlu dikenalkan pada konsep keselamatan publik, simulasi evakuasi, hingga pelatihan etika berkegiatan di tempat umum. Tidak kalah penting, orang dewasa juga perlu diedukasi melalui kampanye sosial, media, dan tokoh masyarakat, agar tidak hanya menjadi penonton antusias, tetapi juga pelindung bagi sesama.

Kematian yang terjadi dalam perayaan ini bukan sekadar angka. Mereka adalah manusia dengan keluarga, harapan, dan masa depan yang seharusnya masih panjang. Jika pendidikan hanya dibatasi di dalam ruang kelas, maka banyak hal seperti ini akan terus terulang. Pendidikan sejati adalah yang hadir dalam setiap aspek kehidupan---dari cara kita antre, mematuhi aturan, hingga menjaga keselamatan di tengah keramaian.

Semoga tragedi ini menjadi pelajaran berharga bagi kita semua. Agar ke depan, setiap perayaan tidak hanya menjadi simbol kemeriahan, tetapi juga gambaran kematangan budaya dan pendidikan masyarakat kita. Karena pendidikan sejati adalah yang menyelamatkan, bukan hanya yang mencerdaskan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun