Mohon tunggu...
Yosi Octafred
Yosi Octafred Mohon Tunggu... Freelancer - Just Share #GoodNews

Discover Dream Design Destiny

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Poyuono dan Injilnya

17 Mei 2019   10:58 Diperbarui: 17 Mei 2019   11:22 1505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Waketum Gerindra FX Arief Poyuono-rancah.com

Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Poyuono, kembali membuat sensasi melalui ajakannya untuk memboikot pajak jika Joko Widodo (Jokowi) dinyatakan sebagai pemenang pemilu 2019. Alasan Poyuono, pemerintahan Jokowi - Ma'ruf Amin nantinya bukanlah pemerintahan yang sah, sebab tidak dihasilkan oleh pemilu yang legitimate, melainkan oleh pemilu yang curang.

Pria bernama lengkap FX Arief Poyuono ini kemudian mengutip sepenggal narasi dari Injil Matius 22:18-21 

Tetapi Yesus mengetahui kejahatan hati mereka itu lalu berkata: "Mengapa kamu mencobai Aku, hai orang-orang munafik? Tunjukkanlah kepada-Ku mata uang untuk pajak itu." 

Mereka membawa suatu dinar kepada-Nya. Maka Ia bertanya kepada mereka: "Gambar dan tulisan siapakah ini?" Jawab mereka: "Gambar dan tulisan Kaisar." 

Lalu kata Yesus kepada mereka: "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah."

Terhadap ayat ini, Poyuono berkomentar, "Ini yang saya imani ya. Itu kalau kaisar atau pemerintahan yang kita akui kita wajib bayar pajak. Karena kita mengakui Allah sebagai Allah kita maka kita wajib juga bayar zakat, sedekah, dan kalau di kami persepuluhan" (Detikcom).

Sungguh menarik bahwa Poyuono berani mengutip dari Injil ketika Prabowo sedang merangkul kekuatan Islam untuk melanggeng ke istana. Ini bukan kali pertama Poyuono mengungkap iman Kristianinya. Pada Pilkada DKI tahun 2017 lalu, ia juga dengan terbuka menyatakan dirinya sebagai seorang Katolik keturunan Tionghoa. Dengan identitasnya itu, ia menyerukan kepada umat Kristiani dan etnik Tionghoa untuk tidak memilih Ahok (Pantura.co.id).

Jadi, apakah dengan identitasnya itu maka Poyuono bebas mengutip dan menafsirkan Injil?

Saya pikir, siapapun bisa mengutip dan menafsirkan Injil, tapi esensi Injil tidak akan pudar oleh pandangan orang tentang Injil. Makanya, dalam tulisan ini pun saya menggunakan istilah "Injilnya" atau "Injil menurut Poyuono", meskipun dia mengutip dari Injil menurut Matius. Sebab, menurut saya, Poyuono telah menafsirkan bebas ayat yang ia kutip ini, bahkan terlalu bebas, sehingga keluar dari konteks ayat itu sendiri.

Konteks ayat ini adalah ketika orang-orang Farisi datang menemui Yesus dan bertanya apakah boleh membayar pajak atau tidak. Pertanyaan ini adalah pertanyaan jebakan, sebab apapun jawaban Yesus akan memosisikan diri-Nya pada posisi "salah". 

Pertama, jika Ia menjawab "boleh", maka Ia akan ditentang oleh orang-orang Yahudi yang pada saat itu sedang dijajah oleh bangsa Romawi. Selain itu, Ia akan dianggap nyeleneh, sebab di satu sisi Ia sedang berjuang membela hak-hak orang miskin dan teraniaya, tapi di sisi lain Ia malah kompromi dengan bangsa penjajah. 

Kedua, jika Ia menjawab "tidak boleh", maka Ia akan ditangkap oleh tentara Romawi dengan tuduhan melawan kaisar dan masuk dalam kelompok pemberontak.

Itulah sebabnya pada ayat ini dituliskan mengenai kejahatan hati mereka. Kaum Farisi memang sedang mencari cara untuk memojokkan Yesus, sehingga mereka punya alasan untuk menangkap Dia. Setidaknya menghadapkan Dia pada salah satu otoritas yang ada saat itu, apakah Sanhedrin yang memegang otoritas keagamaan ataukah Herodes yang memegang otoritas politik bersama Pilatus. 

Berdasarkan konteks ini, maka jawaban Yesus "berikanlah kepada kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada kaisar" sama sekali tidak ada kaitannya dengan pengakuan terhadap legitimasi penguasa. Siapapun yang berkuasa saat itu, diterima atau tidak diterima oleh orang-orang Yahudi, mereka tetap harus membayar pajak. 

Artinya, pernyataan Poyuono bahwa pajak hanya dibayarkan kepada pemerintah yang diakui sama sekali di luar konteks Matius 22 ini. Sebab, pernyataan Yesus lebih pada penekanan pentingnya umat untuk peduli pada kewajiban mereka, baik sebagai umat beragama maupun sebagai warga negara. [ ]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun