Mohon tunggu...
Sinensis Jyotio
Sinensis Jyotio Mohon Tunggu... mahasiswa -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

X-files

16 Oktober 2018   03:04 Diperbarui: 16 Oktober 2018   03:23 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Diriku tak lagi terlalu ingat, kapan semua ini terasa berubah. Bertambahnya umurku, bertambahnya relasi, tetapi meningkatnya rasa hampa ini.

Aku duduk sambil sesekali melihat anak-anak bermain, pemandangan yang cukup langka dizaman sekarang,dimana gobak sodor dan badminton dimainkan oleh anak-anak sekarang. Sesekali aku melihat sepupuku, Aru dan Chris bergabung dengan temannya untuk bermain badminton. 

Sepintas kenangan yang terkubur 14 tahun yang lalu melintas kembali dikepalaku. Aku ingat dulu begitu banyak anak-anak ditempat tinggalku memainkan permainan yang sama, tidak hanya badminton, tetapi juga petak umpet, gobak sodor, dan permainan lainnya yang sudah lupa nama-namanya.

"Aahhhh lo gimana sih, malah nubruk gua" dengan nada setengah berteriak Chris marah-marah ke kakaknya Aru. "Lo yang nggak liat kocak" Aru membalasnya dengan santai.

Mereka terus berdebat, sampai akhirnya mereka bertukar posisi sebagai lawan. Aku tersenyum geli, ketika Chris memakai sepatu lari om Jaka dan terlihat begitu kedodoran, sudah bisa ditebak siapa pemenangnya. Aru.

Perjalanan sepanjang 21 tahun ini terasa begitu cepat, setelah melihat sepupuku bermain. Ada berbagai memori yang tersembunyi, kini mulai muncul kembali dalam kepalaku. Entah, sejak kapan aku mulai putus kontak dengan teman-temanku masa kecil yang sekarang sudah lagi tak bertemu.

Waktu bisa menenggelamkan ingatanku, tetapi kini perlahan-lahan terbuka kembali. Perjalanan kanak-kanakku, remaja, dan dewasaku. Terasa begitu cepat melewati masa-masa itu. File yang kini terkunci sekarang sudah terbuka kembali, dan ingatanku kembali berjalan seperti de javu disertai dengan rasa yang begitu sepi. Yah, sepi karena aku tak lagi bertemu dengan teman masa kecilku, bahkan tak tahu kabarnya dan sebuah ingatan yang tidak ingin ku ingat.

Semua terasa berubah sekarang, aku tak lagi punya waktu untuk berkumpul, atau mencari tahu kemana teman-temanku. Disaat inilah menjadi dewasa terasa begitu berat bagiku, khawatir dengan masa depan, stres bagaimana meniti karir, memikirkan keuangan untuk membeli sesuatu, semua itu kini semakin merasuk dalam kehidupan dewasaku.

Pelan-pelan, aku tertidur. Aku bermimpi melihat temanku Anne, Budi, dan Jarwo, teman sepermainanku. Aku melihat diriku yang dulu, disaat aku masih trauma dengan keramaian. Hanya Ane yang menarik tanganku untuk membuatku melangkah dan berkenalan dengan Budi dan Jarwo. 

"Putra ayok main petak umpet" sekilas dalam mimpiku terlihat wajah ceria sahabatku itu. Budi dan Jarwo, mereka tidak terlihat ramah padaku awalnya, mungkin karena takut bertambah saingan lagi. Maklum, meskipun saat itu belum kenal kata "cinta" pasti ada perasaan suka walaupun masih anak kecil, apalagi karena Anne itu anak yang periang, murah senyum, dan manis.

Memori yang muncul dalam mimpi, membuatku terjaga dari tidurku, aku mengengok jam menunjukkan jam 12 malam. Lalu aku teringat ini adalah hari peringatan kepergian Anne, 7 September 2018. Aneh, setelah 12 tahun kepergiannya, aku tidak merasakan emosi apa pun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun