Pengalaman kuliah terpadu di Desa Jambuwer memberikan wawasan yang berbeda dari pembelajaran di ruang kelas. Desa yang terletak di lereng Gunung Kawi, tepatnya di Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang ini, menawarkan kekayaan budaya dan alam yang tidak bisa ditemukan di tempat lain. Interaksi langsung dengan masyarakat lokal dan penggalian tradisi yang masih hidup memberikan pengalaman belajar dengan warna yang berbeda.
Penugasan untuk menggali mitos, legenda, atau cerita rakyat di Desa Jambuwer memiliki tujuan mulia dalam pelestarian warisan budaya. Melalui observasi dan dokumentasi, tradisi lisan yang selama ini hanya bertahan melalui cerita turun-temurun dapat didokumentasikan dengan baik. Hal ini menjadi langkah penting dalam mencegah pudarnya budaya lokal yang semakin tergerus oleh modernisasi.
Generasi muda perlu mengenal cerita rakyat daerah karena di dalamnya terkandung nilai-nilai luhur, kearifan lokal, dan identitas budaya yang membentuk karakter. Cerita rakyat bukan sekadar dongeng, melainkan cerminan dari pandangan hidup, sistem nilai, dan filosofi masyarakat.
Dalam penelitian di Desa Jambuwer, berhasil ditemukan mitos yang menarik seputar seni bantengan, sebuah kesenian tradisional yang memadukan unsur pencak silat dengan pertunjukan tari banteng. Mitos ini masih hidup dan dipercayai oleh masyarakat setempat, khususnya para pelaku seni bantengan itu sendiri.
Narasumber utama dalam penggalian cerita ini adalah Bapak Suparno selaku Ketua Pimpinan Organisasi Bantengan Kancil Mas dan Bapak Adi (yang akrab disapa Pak Ndong) selaku Wakil Ketua sekaligus Pelatih organisasi tersebut. Kedua tokoh ini memiliki peran penting dalam melestarikan tradisi bantengan di Desa Jambuwer.
Proses penggalian informasi dilakukan melalui wawancara mendalam dengan kedua narasumber. Mereka dengan terbuka berbagi pengalaman dan pengetahuan tentang organisasi yang mereka pimpin, termasuk mitos-mitos yang masih dipercaya hingga kini. Wawancara ini memberikan gambaran yang luas tentang sejarah, perkembangan, dan aspek mistis dari seni bantengan di desa ini.
Menariknya, cerita dan mitos seputar bantengan ini masih sangat dikenal dan dipercaya oleh para pelaku seni, namun kurang familiar di kalangan yang tidak terlibat langsung dalam kesenian ini. Hal ini menunjukkan pentingnya upaya dokumentasi agar tradisi ini tidak hilang terbawa arus modernisasi.
Organisasi Kancil Mas sendiri didirikan pada tahun 1961, awalnya fokus pada pencak silat. Kemudian digabungkan dengan seni bantengan yang sudah ada sejak lama. Bapak Suparno dan Bapak Adi mengakui bahwa mereka hanya melanjutkan tradisi dari generasi sebelumnya tanpa mengetahui secara pasti sejarah terbentuknya organisasi tersebut.
Mitos Seni Bantengan di Desa Jambuwer memiliki beberapa aspek yang menarik perhatian. Pertama, dijelaskan dalam tradisi bantengan, terdapat kepercayaan bahwa ketika pertunjukan berlangsung, jiwa atau roh yang bersemayam dalam topeng banteng dapat "memasuki" tubuh penari. Penari yang mengalami hal ini akan menunjukkan gerakan dan tingkah laku yang berbeda, seolah-olah kepribadian mereka sementara digantikan oleh entitas spiritual yang menghuni perlengkapan bantengan tersebut.