Mohon tunggu...
OCA MERITA DWI PALUPI
OCA MERITA DWI PALUPI Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa berusia 19 tahun yang gemar membaca dan bernyanyi. Musik dan buku adalah sumber inspirasi dalam menulis dan memahami kehidupan. Melalui Kompasiana, saya berbagi pemikiran dan pengalaman sebagai mahasiswa yang terus belajar. "Tulisan tidak sempurna yang akan selalu disempurnakan" - prinsip yang saya pegang dalam berkarya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi Lama: Warisan Sastra yang Penuh Makna

16 April 2025   18:35 Diperbarui: 16 April 2025   18:32 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Puisi lama adalah bagian dari kekayaan budaya Indonesia yang tumbuh dan berkembang secara turun-temurun lewat tradisi lisan. Jenis puisi ini memiliki aturan tertentu dalam cara penulisan maupun penyampaiannya. Di antara berbagai bentuk puisi lama yang dikenal luas, lima yang paling populer adalah pantun, syair, gurindam, mantra, dan seloka. Meski tergolong dalam kategori yang sama, masing-masing punya ciri khas yang membuatnya unik.

Pantun adalah bentuk puisi yang terdiri atas empat baris dalam satu bait, dengan pola rima a-b-a-b. Dua baris pertama disebut sampiran, yang biasanya berisi gambaran alam atau kehidupan sehari-hari dan tidak langsung berkaitan dengan isi. Sedangkan dua baris berikutnya adalah isi, yang menyampaikan pesan, nasihat, atau perasaan. Karena berima dan berirama, pantun mudah diingat dan sering digunakan untuk hiburan, sindiran, atau petuah.

Berbeda dari pantun, syair juga memiliki empat baris per bait, namun seluruh barisnya berisi isi tanpa sampiran. Rima yang digunakan biasanya a-a-a-a. Syair sering mengisahkan cerita panjang, baik tentang cinta, kepahlawanan, nilai-nilai agama, hingga pelajaran hidup. Bahasa dalam syair umumnya lebih serius dan sarat makna.

Gurindam, di sisi lain, jauh lebih ringkas. Ia hanya terdiri dari dua baris saja dalam satu bait. Baris pertama biasanya menyatakan sebab atau premis, dan baris kedua adalah akibat atau penjelasan dari pernyataan sebelumnya. Gurindam sering digunakan untuk menyampaikan nasihat moral dengan gaya yang padat namun menyentuh. Salah satu contoh paling terkenal adalah "Gurindam Dua Belas" karya Raja Ali Haji.

Kemudian ada mantra, yang sifatnya sangat berbeda karena lebih berhubungan dengan dunia spiritual atau magis. Mantra tidak terikat pada struktur rima atau jumlah baris tertentu. Namun, pilihan kata dan iramanya dipercaya memiliki kekuatan tertentu yang digunakan dalam ritual adat, pengobatan tradisional, atau kepercayaan mistis.

Terakhir, ada seloka, bentuk puisi yang berasal dari sastra Melayu klasik. Biasanya disusun dalam bentuk pantun atau syair yang saling berkaitan. Seloka kerap dipakai sebagai sarana untuk menyampaikan sindiran, kritik sosial, atau humor secara halus dan kreatif. Meski kadang terlihat menghibur, seloka sering kali menyimpan pesan tersirat yang cukup tajam.

Secara keseluruhan, masing-masing jenis puisi lama ini memiliki struktur, gaya, dan tujuan yang berbeda-beda. Namun semuanya merupakan warisan berharga yang mencerminkan nilai-nilai, kearifan, dan kreativitas masyarakat zaman dulu. Hingga kini, bentuk-bentuk puisi ini tetap dikenang dan dipelajari sebagai bagian penting dari sejarah sastra Indonesia.

Jadi puisi lama Indonesia merupakan bagian penting dari kekayaan sastra yang memiliki kedalaman makna dan nilai budaya yang tinggi. Setiap jenis puisi, seperti pantun, syair, gurindam, mantra, dan seloka, memiliki ciri khas yang berbeda, baik dalam struktur, rima, maupun tujuannya. Meski berbeda-beda, semua bentuk puisi ini tetap memainkan peran penting dalam menyampaikan pesan-pesan kehidupan, baik dalam bentuk hiburan, ajaran moral, maupun kritik sosial. Dengan memahami dan melestarikan puisi-puisi lama ini, kita turut merawat warisan budaya yang berharga dan menjaga agar nilai-nilai luhur dari masa lampau tetap hidup di generasi sekarang.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun