Mohon tunggu...
Moh. Robith Kholili
Moh. Robith Kholili Mohon Tunggu... Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. NIM: 24107030093

suka mengaji dan tidak ramah

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kerja keras tidak menentukan kesuksesan

20 April 2025   15:50 Diperbarui: 20 April 2025   15:50 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto kerja keras terus tetapi masih tetap gini-gini saja (sumber; foto pribadi)

Kerja Keras Nggak Selalu Bikin Sukses  Karena Kalau Iya, Kuli Udah Jadi Sultan

Katanya, kerja keras itu kunci sukses. Katanya, kalau kamu rajin, ulet, nggak ngeluh, dan selalu bangun jam 5 pagi, kamu pasti bakal sukses. Ya udah, kita percaya aja, walaupun faktanya yang bangun jam 10 siang pun kadang udah punya apartemen tiga lantai dan saham di mana-mana.

Coba deh lihat sekeliling. Banyak banget orang yang kerja dari subuh sampe tengah malam. Keringatnya udah kayak air hujan di bulan Desember. Tapi... hidupnya gitu-gitu aja. Sementara ada yang duduk di ruangan ber-AC, sambil rapat via Zoom, dan besoknya udah liburan ke Eropa. Jadi... mana nih bukti konkrit bahwa kerja keras itu tiket satu arah ke sukses?

Ya, maaf , hidup memang nggak fair. Ada orang yang lahir-lahir udah dapet modal: keluarga kaya, pendidikan bagus, dan kenalan di mana-mana. Jalan hidupnya udah kayak tol bebas hambatan. Tinggal injek gas, langsung sampai ke tujuan.

Sementara yang lain? Baru mulai aja udah disuruh gali jalan sendiri. Belum lagi harus bayar tol orang lain biar bisa nebeng. Jadi kalau ada yang bilang semua orang punya kesempatan yang sama, ya... mungkin dia tinggal di semesta paralel.

Ini nih kalimat favorit netizen motivator: "Kalau kamu belum sukses, berarti kamu kurang usaha." Iya, iya, kita tahu kok kamu kerja keras banget ngetik tweet sambil rebahan. Tapi pernah nggak sih mikir, kalau kadang yang bikin orang sukses itu bukan kerja keras, tapi hoki?

Contoh aja, ada orang yang iseng posting video di TikTok, terus viral, ditawarin jadi brand ambassador, dan dalam seminggu udah dapet lebih dari gaji UMR setahun. Sementara kamu? Udah bikin konten edukatif setiap hari, yang nonton masih temen sendiri dan akun bot.

Sekarang orang bilang: "Jangan cuma kerja keras, kerja cerdas dong." Iya, setuju. Tapi kerja cerdas tuh butuh sesuatu yang nggak semua orang punya: waktu, informasi, akses, dan ya... jaringan. Dan hey, itu semua biasanya datang bareng privilege.

Susah kerja cerdas kalau hidup aja udah capek duluan. Mikir mau makan apa besok aja udah bikin pusing, gimana mau mikir strategi jangka panjang?
 
Kalimat-kalimat motivasi palsu kayak "semua bisa kalau niat" itu bagusnya dijual di kalender toko kelontong, bukan dipakai buat ngukur nasib orang. Karena kalau sukses itu semudah bilang "ayo semangat!", semua orang udah kaya dan bahagia sekarang.

Masalahnya, banyak yang lebih sibuk ngasih ceramah ketimbang bantu buka akses atau kasih peluang. Lebih gampang nyalahin orang miskin karena "malas", daripada ngaku kalau sistem sosial kita emang nggak adil dari sananya.

Kerja keras? Penting. Nggak ada yang bilang nggak. Tapi dia bukan satu-satunya bahan. Sukses itu kayak resep masakan: ada kerja keras, ada kesempatan, ada koneksi, ada hoki, dan tentu saja... ada faktor "siapa yang masak dan dapurnya kayak gimana".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun