Mohon tunggu...
O bintang sc
O bintang sc Mohon Tunggu... Mahasiswa

menghitung

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Daya Saing Kopi dengan HS Kode 090112 di Indonesia, Vietnam, Brazil, dan Ethiopia (2014-2023)

8 Desember 2024   05:35 Diperbarui: 8 Desember 2024   08:01 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kopi merupakan salah satu komoditas utama dalam perdagangan global. Untuk memahami daya saing kopi dari empat negara penghasil utama, yakni Brazil, Vietnam, Indonesia, dan Ethiopia, digunakan pendekatan Revealed Comparative Advantage (RCA). RCA mengukur keunggulan komparatif suatu negara berdasarkan kontribusi komoditas tersebut terhadap total ekspor suatu negara dibandingkan dengan kontribusi komoditas tersebut dalam perdagangan global. Data perdagangan dari UN Comtrade dan TradeMap pada periode 2014--2023 menunjukkan tren ekspor kopi dari keempat negara ini dan daya saingnya di pasar internasional. 

Berdasarkan perhitungan RCA dalam kurun waktu 2014 hingga 2023, Brazil konsisten menempati posisi tertinggi dengan nilai RCA rata-rata sebesar 9,75. Brazil mendominasi pasar kopi global dengan produksi dalam skala besar. Dukungan teknologi pertanian modern dan rantai pasok yang efisien menjadikan Brazil sebagai eksportir kopi terkemuka. Pada tahun 2023, ekspor kopi Brazil mencapai 5,37 miliar USD, yang merupakan hampir 30% dari total ekspor kopi dunia. Dominasi ini tidak hanya didorong oleh kuantitas, tetapi juga kualitas kopi Brazil yang banyak digunakan sebagai bahan baku industri kopi premium.

Sementara itu, Vietnam berada di posisi kedua dengan nilai RCA rata-rata 6,12 selama 2014--2023. Vietnam dikenal sebagai produsen utama kopi dengan produktivitas tinggi dan efisiensi biaya produksi. Ekspor kopi Vietnam mencapai 2,76 miliar USD pada tahun 2023. Namun, tantangan yang dihadapi Vietnam adalah peningkatan kualitas dan nilai tambah kopi agar dapat bersaing di segmen pasar specialty coffee.

Ethiopia, sebagai negara asal kopi, mencatat nilai RCA rata-rata tertinggi sebesar 15,08 selama sepuluh tahun terakhir. Hal ini menunjukkan keunggulan komparatif Ethiopia dalam produksi kopi berkualitas tinggi. Meskipun total ekspor kopi Ethiopia relatif lebih kecil dibandingkan Brazil dan Vietnam, yakni sebesar 472 juta USD pada tahun 2023, permintaan global terhadap kopi Ethiopia terus meningkat, terutama di pasar kopi specialty. Namun, produktivitas kopi Ethiopia masih rendah, berkisar 500--600 kg per hektar, akibat penggunaan metode produksi tradisional dan keterbatasan teknologi.

Di sisi lain, Indonesia mencatat nilai RCA rata-rata 4,02 pada periode 2014--2023. Indonesia memiliki potensi besar sebagai penghasil kopi dengan nilai ekspor mencapai 864 juta USD pada tahun 2023. Hal ini menunjukkan kontribusi yang signifikan terhadap pasar global. Namun, daya saing kopi Indonesia masih tertinggal dibandingkan Brazil dan Vietnam, terutama karena produktivitas yang rendah, hanya sekitar 700 kg per hektar, serta keterbatasan dalam promosi dan diversifikasi pasar global.

Selain RCA, daya saing kopi dievaluasi menggunakan tiga indeks utama: Export Competitiveness Index (ECI), Trade Specialization Index (TSI), dan Herfindahl-Hirschman Index (HHI). ECI menunjukkan daya saing ekspor suatu negara, dengan Brazil mencatat rata-rata 2,5, Vietnam 1,8, Indonesia 1,2, dan Ethiopia 2,3. TSI, yang mengukur spesialisasi perdagangan suatu negara, menunjukkan nilai +0,9 untuk Brazil, +0,8 untuk Vietnam, +0,75 untuk Indonesia, dan +0,95 untuk Ethiopia. Sementara itu, HHI, yang mengukur konsentrasi pasar, menunjukkan bahwa Brazil mendominasi dengan nilai 3.200, sementara Vietnam mencatat 1.500, Indonesia 1.000, dan Ethiopia 1.200.

Tren perhitungan RCA dari 2014 hingga 2023 menunjukkan bahwa keempat negara memiliki daya saing kuat di pasar kopi global, meskipun dengan fokus yang berbeda. Brazil dan Ethiopia mendominasi segmen kopi, sementara Vietnam memimpin pasar lainnya. Indonesia memiliki peluang besar untuk meningkatkan daya saingnya melalui penguatan produksi dan modernisasi teknologi.

Untuk meningkatkan daya saing kopi Indonesia, diperlukan strategi komprehensif seperti adopsi teknologi pertanian modern untuk meningkatkan produktivitas, penguatan rantai pasok, serta promosi ke pasar global. Dengan langkah ini, Indonesia memiliki peluang untuk memperkuat posisinya sebagai salah satu pemain utama dalam industri kopi global dan meningkatkan daya saingnya di pasar kopi biji mentah internasional.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun