Di pertengahan bulan Februari ini, para petani di Kapenawon Semanu, Gunungkidul, tengah menikmati hasil kerja keras mereka dengan tiba waktunya musim panen jagung. Jagung yang telah dipanen masih dalam kondisi utuh sebelum dikupas dan dipisahkan bijinya secara manual dengan tangan. Proses ini menjadi bagian dari tradisi bertani yang terus dipertahankan oleh masyarakat setempat.
Harga jagung kering saat ini mencapai Rp 4.300,00 per kilogram, memberikan kebahagiaan dan kelegaan bagi para petani. Setelah menunggu beberapa bulan, mereka akhirnya dapat memanen hasil jerih payahnya dan memperoleh keuntungan yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Peningkatan Luas Lahan dan Produksi Jagung
Pada tahun 2024, 17 ribu hektare lahan jagung di Gunungkidul mendapatkan bantuan benih. Secara nasional, luas panen jagung pipilan pada tahun 2024 mencapai 2,55 juta hektare. Luas ini mengalami kenaikan 2,93 persen dibandingkan tahun 2023 yang sebesar 2,48 juta hektare.Â
Produksi jagung pipilan kering dengan kadar air 14 persen pada tahun 2024 sebanyak 15,14 juta ton. Angka ini mengalami kenaikan 2,47 persen dibandingkan tahun 2023 yang sebanyak 14,77 juta ton.Â
Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian, khususnya jagung, terus berkembang dan memberikan dampak positif bagi perekonomian petani.
Para petani di Gunungkidul mengandalkan curah hujan yang biasanya turun pada bulan Oktober atau November setiap tahunnya untuk memulai proses tanam.Â
Metode tumpangsari menjadi strategi yang umum diterapkan, yaitu menanam jagung bersama dengan tanaman lain seperti ketela, kacang tanah, atau padi. Sistem ini tidak hanya meningkatkan efisiensi lahan tetapi juga membantu menjaga keseimbangan ekosistem tanah.
Pemerintah turut berperan dalam meningkatkan kesejahteraan petani dengan memberikan bantuan berupa benih jagung hibrida, termasuk varietas unggulan seperti BISI 2.Â
Dampak Ekonomi dan Harapan Petani