Mengais rezeki dari gerobak jalanan bukanlah perkara mudah. Di kota-kota besar maupun kecil, para pedagang kaki lima mengandalkan gerobak sebagai sumber penghidupan mereka.Â
Dengan berdiri di pinggir jalan, di atas trotoar yang sempit, mereka berusaha menjajakan makanan demi menyambung hidup. Keberadaan mereka bukan hanya sebatas memenuhi kebutuhan pribadi, tetapi juga turut serta dalam perputaran ekonomi di tingkat lokal.
Banyak di antara mereka adalah perantau yang datang dari berbagai daerah. Mereka meninggalkan kampung halaman dengan harapan mendapatkan penghasilan yang lebih baik di kota.Â
Seperti yang tampak di pinggir jalan Ambarawa, para pedagang kecil ini berjajar rapi di depan toko-toko, berdesakan di ruang sempit demi mencari pelanggan. Ada yang menjual batagor, siomay, gorengan, dan aneka makanan ringan lainnya.Â
Setiap pagi, mereka mendorong gerobak dan mulai menata dagangan dengan penuh semangat, berharap mendapat keuntungan cukup untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Namun, persaingan antar pedagang tidaklah mudah. Banyaknya gerobak yang menjajakan makanan serupa membuat mereka harus bersaing untuk menarik perhatian pembeli.Â
Selain untuk kebutuhan harian, para pedagang ini juga menyisihkan sebagian keuntungan mereka untuk persiapan hari raya. Momen seperti Lebaran menjadi waktu yang dinanti-nantikan, bukan hanya sebagai perayaan keagamaan tetapi juga kesempatan untuk kembali berkumpul dengan keluarga.Â
Mereka rela bekerja lebih keras menjelang hari raya, bahkan memperpanjang jam berjualan demi mendapatkan penghasilan tambahan.
Keberadaan pedagang kaki lima dari gerobak jalanan sebenarnya memiliki dampak ekonomi yang signifikan. Mereka menciptakan lapangan pekerjaan bagi diri sendiri dan terkadang juga bagi orang lain.Â
Tidak jarang, mereka mempekerjakan anggota keluarga atau kenalan untuk membantu dalam proses produksi dan penjualan. Dengan begitu, roda ekonomi tetap berputar, terutama bagi sektor informal yang menjadi bagian penting dalam perekonomian nasional.
Di sisi lain, mereka kerap menghadapi berbagai tantangan. Salah satu kendala terbesar adalah masalah perizinan dan penertiban oleh pemerintah daerah.Â