Mohon tunggu...
Obed Bima Wicandra
Obed Bima Wicandra Mohon Tunggu... Dosen - Pencinta klub Liverpool dan Persebaya

Senang mengoleksi dan membaca buku. Budaya visual, budaya sepak bola, dan estetika adalah wilayah yang banyak ditulisnya. Silakan mampir ke https://rumahresensibukuku.wordpress.com/ untuk membaca resensi atas buku yang telah dibacanya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berbagi Mural untuk Kebaikan

31 Desember 2020   19:38 Diperbarui: 31 Desember 2020   21:30 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana ruang kelas setelah dimural. (dokpri)

15 tahun sudah, komunitas Tiada Ruang berdiri. Komunitas yang awalnya didirikan sebagai tempat berkreasi seni bagi dosen dan karyawan di Fakultas Seni dan Desain UK Petra Surabaya. Tempat untuk bereksperimen seperti sebuah laboratorium seni.

Pada November 2005, Tiada Ruang lahir. Tahun itu adalah awal bagaimana kami "mengenalkan" mural pada masyarakat di Surabaya. Saya yakin, bahwa sebenarnya karya seni ini sudah dipraktikkan oleh para seniman, hanya saja saat itu belum banyak yang melakukannya di ruang-ruang terbuka. Sangat berisiko memang. Namun ya harus dilakukan.

Penolakan dan sinis menyertai perjalanan mural di Surabaya. Namun semua memang waktu yang akan menguji. Setelah melalui banyak "cobaan" pelan-pelan Surabaya menjadi lebih hidup dengan banyak komunitas dan tentu saja karya mural yang makin beragam.

Mulai menjamurnya mural di Surabaya, membuat Tiada Ruang mundur dari dunia jalanan. Sudah kira-kira tujuh tahun yang lalu, Tiada Ruang mulai mengubah orientasinya. Dari seniman jalanan, ke kafe dan restoran, kemudian tujuh tahun yang lalu mulai fokus ke aktivitas sosial melalui mural.

Aktivitas sosial di Kediri. (dokpri)
Aktivitas sosial di Kediri. (dokpri)


Konsep Tiada Ruang adalah "berbagi mural". Hal ini dilakukan setelah melihat banyak sekali sekolah-sekolah setingkat TK dan SD yang ingin sama seperti sekolah lain yang mampu membuat mural agar siswa senang di sekolah.

Keterbatasan sekolah adalah tidak memiliki biaya untuk membeli cat maupun mengupah jasa pembuatan mural di dinding sekolah. Sekolah-sekolah inilah yang tiba-tiba mengajukan proposal ke Tiada Ruang. Proposal yang dilampiri foto kondisi sekolah itulah yang kemudian membuat trenyuh.

Pada awal-awal aktivitas sosial ini, kebanyakan perpustakaan sekolah yang ingin diperindah dengan mural. Namun lama-lama banyak yang kemudian minta wajah dinding sekolahnya dilukis juga.

Aktivitas sosial di Semarang. (dokpri)
Aktivitas sosial di Semarang. (dokpri)

Pengalaman yang sangat berharga dan membekas hingga kemudian Tiada Ruang memutuskan untuk fokus di aktivitas sosial adalah saat mengerjakan mural di TK di daerah Kediri. Sekolahnya berada di lereng Gunung Wilis. Letak sekolah ini pun menanjak. Berada di ujung jalan yang berarti secara geografis, sekolahnya seakan-akan berada di pucuk gunung.

Sekolah di Parang, Kediri. (dokpri)
Sekolah di Parang, Kediri. (dokpri)

Lampu sangat terbatas. Air pun juga begitu. Angin yang kencang dan dingin sungguh menjadi pengalaman baru. Namun hal tersebut tak mengurungkan niat kami untuk bersemangat membantu mereka.

Yang membuat kami sangat bersemangat adalah semangat para guru saat menemani kami maupun saat mencukupi kebutuhan kami, terutama makanan dan minuman. Sikap gotong-royong itulah yang memperbesar semangat kami untuk menyelesaikan membuat mural dalam kondisi yang sangat terbatas tersebut.

Pada akhir pengerjaan dan kami siap untuk berkemas pulang, seorang guru dengan menitikkan air mata seraya menggenggam erat tangan saya berkata: "Duh Gusti, saya tidak menyangka sekolah menjadi bagus seperti ini. Anak-anak pasti kerasan di sekolah nantinya."

Saya yang mendengar sang Ibu Guru tersebut dibuatnya merinding. Teman-teman lain berujar: "Syukur Alhamdulillah, Bu, jika semuanya senang!".

Pengerjaan di ruang kelas. (dokpri)
Pengerjaan di ruang kelas. (dokpri)

Apresiasi inilah yang terkadang tak pernah didapatkan secara tulus saat mengerjakan proyek mural secara pesanan di kafe atau restoran. Proses jual-beli dan kepuasan pelanggan seperti kata kunci dalam hubungan yang sifatnya ekonomis. Tentu saja hal ini berkebalikan dengan apa yang dikerjakan dalam aktivitas sosial berbagi mural di sekolah-sekolah yang sangat membutuhkan.

Pengalaman dalam beraktivitas sosial inilah yang kelak akan menjadi kenangan indah bagi kami dan semoga juga bagi para guru dan murid sekolah. "Berbagi mural" bukan hanya sekadar melukis, namun juga berinteraksi dengan para guru dan murid.

Cerita-cerita mereka inilah yang menjadi teman dalam melukis maupun saat beristirahat. Banyak cerita yang bisa dijadikan motivasi bagi sekolah-sekolah di kota. Selain itu "berbagi mural" juga menyadarkan tentang pentingnya "berbagi hati". Sikap mau mendengarkan curhatan para guru dan murid adalah kunci penting saat beraktivitas bersama mereka.

Di sela-sela membuat mural, bermain bola dulu dengan anak-anak di halaman sekolah. (dokpri)
Di sela-sela membuat mural, bermain bola dulu dengan anak-anak di halaman sekolah. (dokpri)

Tiada Ruang banyak memperoleh pelajaran dalam 15 tahun ini. Besar di jalanan, dikenal hingga diundang dalam event pameran seperti Biennale Jogja dan Biennale Jatim, tentu menjadi hal yang berbeda dalam mengalami pengalaman estetik dengan medan yang berbeda pula.

Berbagi kebahagiaan bersama para guru dan murid di sekolah yang sekian tahun ingin diperindah sekolahnya adalah pengalaman yang sangat spiritual juga. Memang tak pernah kami mendapatkan imbalan secara ekonomis atas apa yang kami kerjakan. Namun menerima kesan tulus dan kebahagiaan yang terpancar di mata mereka adalah hal yang tak pernah dilupakan.

Sekolah TK di Semarang. (dokpri)
Sekolah TK di Semarang. (dokpri)

Selamat ulang tahun ke-15, Tiada Ruang. Nama yang sarkas karena di awal-awal bagaimana penolakan pada mural begitu terasa hingga memunculkan kesan tidak ada ruang untuk mural.

Namun waktu yang berjalan telah membuktikan, bahwa sebenarnya banyak sahabat-sahabat kita di lokasi yang sulit terjangkau ingin juga sekadar bisa berfoto secara Instagram-able dengan latar belakang mural. Berbagi mural sama halnya kita berbagi kebahagiaan. Senang sama-sama.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun