Mohon tunggu...
Obby Yusuf
Obby Yusuf Mohon Tunggu... -

penulis bolgger di www.danmogot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hari Pendidikan Nasional, Sudahkah Pendidikan di Indonesia Merata Secara Nasional?

2 Mei 2018   10:39 Diperbarui: 2 Mei 2018   10:47 1014
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ki Hadjar Dewantara. sumber: palembang.tribunnews.com

Hari Pendidikan Nasional sudah jatuh tempo, tanggal 2 Mei ditandai sebagai hari pendidikan nasional di Indonesia yang berhubungan dengan tanggal lahir Bapak  Ki Hadjar Dewantara sebagai bapak pendidikan Nasional di Indonesia. Beliau dikenal sebagai bapak pendidikan nasional karena perjuangan nya dalam memperjuangkan pendidikan di Negara ini sangat gigih. 

Berbicara soal Hardiknas, maka kita tidak akan pernah bisa lepas dari sosok yang memegang peranan penting di dalamnya. Siapa lagi kalau bukan Ki Hadjar Dewantara. Seperti semboyan yang sangat terkenal dari dulu hingga sekarang. Semboyan itu adalah "Tut wuri handayani, Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo Mangun Karso". Ing Ngarso Sung Tulodo artinya nmenjadi seorang pemimpin harus mampu memberikan suri tauladan.

Ing Madyo Mbangun Karso, artinya seseorang ditengah kesibukannya harus juga mampu membangkitkan atau menggugah semangat. Tut Wuri Handayani, seseorang harus memberikan dorongan moral dan semangat kerja dari belakang. Semboyan Tut Wuri Handayani ini kini menjadi slogan dari Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia.

Hardiknas. sumber: kumpulanharga.web.id
Hardiknas. sumber: kumpulanharga.web.id
Bicara mengenai lambang berati ada makna tersirat di dalamnya, namun yang jadi pertanyaannya sekarang apakah lambang pendidikan di Indonesia ini sudah tercapai maknanya atau hanya sekadar lambang saja..? tentunya ini menjadi tanggung jawab kita bersama untuk menjaga dunia pemdidikan di indonesia.

Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan secara merata, jika belum merata berarti status pendidikan di negeri ini belum berstatus nasional, disisi lain memang sulit untuk dapat mengakses dan menyemeratakan pendidikan di negeri ini, begitu banyak rintangan yang harus dilalui oleh dinas pendidikan terkait.

Namun tak ada alasan apapun, sebab para pahlawan tak pernah mengandalkan alasan dalam proses meraih dan menggapai demi kemajuan negeri ini, apalagi dulu semua akses dan peralatan serba terbatas, beda dengan sekarang yang sudah lengkap dan tersedia, hanya ada satu yang belum ada pada zaman sekarang ini, yaitu niat untuk berubah dan bergerak.

pendidikan nasional. sumber: papuanews.org
pendidikan nasional. sumber: papuanews.org
Saat ini kondisi pendidikan di Indonesia masih belum merata. Misalnya saja di kota-kota besar disana sarana dan prasarana pendidikan disana sudah sangat maju. Sedangkan di desa-desa hanya mengandalkan sarana dan prasarana seadanya, bukan hanya masyarakat di desa saja yang masih tertinggal pendidikannya. 

Daerah-daerah di Indonesia timur bukan hanya sarana dan prasarana yang kurang tapi juga kurangnya tenaga pengajar sehingga sekolah-sekolah disana masih membutuhkan guru-guru dari daerah-daerah lain. Walaupun ada warganegara Indonesia yang tinggal di kota-kota besar tapi karena mereka termasuk ke dalam warganegara yang kurang mampu sehingga mereka tidak bisa merasakan pendidikan dan bahkan masih banyak anak-anak yang masih di bawah umur sudah bekerja untuk membantu orang tua mereka dalam mempertahankan hidupnya.

(Baca Juga: Pola Asuh Yang Baik Untuk Mendukung Bakat Anak)

Peningkatan pemerataan pendidikan terutama bagi kelompok masyarakat miskin dan masyarakat terpencil yang berjumlah sekitar 38,4 juta atau 17,6 persen dari total penduduk Indonesia. Sejak tahun 1984, pemerintah Indonesia secara formal telah mengupayakan pemerataan pendidikan Sekolah Dasar, dilanjutkan dengan wajib belajar pendidikan sembilan tahun mulai tahun 1994. Upaya-upaya ini nampaknya lebih mengacu pada perluasan kesempatan untuk memperoleh pendidikan (dimensi equality of access).

Selanjutnya pemberian program beasiswa (dimensi equality of survival) menjadi upaya yang cukup mendapat perhatian dengan mendorong keterlibatan masyarakat melalui Gerakan Nasional Orang Tua Asuh. Program beasiswa ini semakin intensif ketika terjadi krisis ekonomi, dan dewasa ini dengan Program BOS untuk Pendidikan dasar. Hal ini menunjukan bahwa pemerataan pendidikan menuntut pendanaan yang cukup besar tidak hanya berkaitan dengan penyediaan fasilitas tapi juga pemeliharaan siswa agar tetap bertahan mengikuti pendidikan di sekolah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun