Mohon tunggu...
Nyi Ai Tita
Nyi Ai Tita Mohon Tunggu... Guru - Guru suasta

Berakit rakit ke hulu berenang renang ke tepian bersakit sakit dahulu bersenang senang kemudian

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Cling Menggugah

6 Maret 2021   06:23 Diperbarui: 6 Maret 2021   06:29 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Putrinya sudah bilang, "Bosan Bun lihat video pembelajaran terus...!" Bundanya sambil berusaha keras membujuk putrinya. "Ini vidionya bagus, lucu, dan menarik Nak...!" sang putri menjawab, "Pokoknya aku tidak mau bosan...!"  Dan lucunya itu dari ucapan putrinya, "Bu gurunya di mana-mana wajahnya itu-itu juga...pengen wajah bu gurunya saja!" he he ...cerdas itu anak.

Tersontak saya, ketika mendengarkan ucapan orangtua yang menirukan ucapan anaknya, "Videonya di mana-mana itu-itu saja bu gurunya!"

Ucapan anak yang polos usia SD kelas 2. Itu adalah salah satu ungkapan yang jujur atas kebosanan dalam belajar pembelajaran lewat daring dengan menonton video.

Ucapan atas kejujuran anak tersebut bisa mewakili bagaimana perasaan anak-anak yang lainnya dalam belajar lewat daring.

Nampaknya pembelajaran harus segera dilaksakan lewat offline. Karena bagaimana bagusnya hasil dari media tak bisa tergantikan dengan pembelajaran interaksi langsung di kelas atau di sekolah.

Pembelajaran lewat video bisa dilaksanakan tapi sifatnya sewaktu-waktu. Kalau secara terus menerus pasti kejenuhan akan melanda. Kalau kejenuhan sudah melanda mungkin apa yang akan terjadi pada generasi yang akan datang.

Vidio pembelajaran bisa dilakukan yang sifatnya sewaktu-waktu untuk menghilangkan rasa kebosanan juga. Mungkin kita lupa, dengan melakukan pembelajaran terus menerus lewat video durasinya paling lama 10 menit, ternyata video banyak iklannya juga.

Benarkah demikian?

Ibu Bapak coba perhatikan, ketika anak berada di depan layar, sebelum pada pokok permasalahan. Anak-anak menyaksikan dulu alur layar, motif atau asesoris video, selain itu juga musik dan lain sebagainya. Anak sudah dituntun cape duluan memperhatikan video tersebut. Mulai mata , hati, otak terpusat pada video, hal itu membuat lelah anak-anak, belum kemateri udah lelah.

Mungkin anak-anak ketika ditanya sama guru, "Bagaimana vidionya menari anak-anak?" pasti anak-anak akan menjawab, "Menarik bu guru atau pak guru...!"  

Kita tidak sadar dan nampaknya tidak mengambil hikmah bagaimana sesungguhnya kondisi anak-anak tersebut. Hal ini nampaknya sangat perlu diadakan penelitian minimal komunikasi dua arah dengan anak-anak  belajar yang sesungguhnya lewat video.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun