Mohon tunggu...
Nugroho Widi Susanto
Nugroho Widi Susanto Mohon Tunggu... Guru - Guru

Menulis adalah ekspresi jiwa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hidup Adalah Tentang Saling Memaafkan, Bukan Meminta Maaf

11 September 2023   21:00 Diperbarui: 11 September 2023   21:01 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di sebuah desa kecil yang terletak di antara perbukitan hijau, hiduplah dua orang sahabat baik Ali dan Budi. Mereka telah berteman sejak mereka masih sangat muda, mengalami petualangan dan kebahagiaan bersama. Persahabatan mereka merupakan pilar penting dalam hidup mereka dan mereka selalu rela berkorban satu sama lain.

Namun, suatu hari, perselisihan besar muncul yang hampir mengakhiri persahabatan kuat mereka. Saat itu, matahari sedang bersinar di langit biru desa mereka. Ali dan Budi seperti biasa sedang bermain di dekat sungai yang tenang. Mereka tertawa, berbagi cerita dan impian.

Namun di saat yang tidak terduga, Ali yang sedang berusaha memungut batu untuk dibuang ke sungai, tanpa sengaja menabrak dan merusak barang berharga milik Budi, sebuah jam tangan warisan kakeknya. Wajah Budi langsung memucat saat melihat jam tangan itu pecah berkeping-keping di tanah.

Budi merasa sangat marah dan kecewa pada Ali. Dia menatap mata sahabatnya yang merasa sangat bersalah, namun amarah lebih menguasai dirinya saat itu. Dengan lantang dan penuh emosi, Budi membentak Ali, "Aku benar-benar tidak bisa mempercayaimu!" Bagaimana kamu bisa melakukan hal seperti itu, Ali? Jam tangan ini adalah kenangan terakhir kakekku!

Ali merasa sangat menyesal atas tindakan bodohnya. Dia ingin mengembalikan jam tangan itu dalam kondisi baik tetapi tindakannya menghancurkannya. Dengan mata berkaca-kaca, ia langsung meminta maaf kepada Budi: "Maafkan aku Budi, aku tidak bermaksud merusak jam tangan tersebut. Aku benar-benar tidak bersungguh-sungguh."

Meski Budi masih diliputi amarah, ia melihat ekspresi Ali yang benar-benar meminta maaf. Namun, ia tetap merasa sangat terluka dan enggan menerima permintaan maaf Ali. Ali, Ia menjawab dengan kasar: "Maaf Ali, apa yang telah terjadi tidak dapat diubah."

Minggu-minggu berlalu, persahabatan mereka semakin renggang dan hubungan mereka menjadi tidak harmonis karena pertengkaran mereka. Ali merasa hampa tanpa persahabatan dengan Budi, dan Budi pun merasa ada yang kurang dalam hidupnya. Mereka berdua tahu ini bukan jalan yang benar, namun keegoisan dan kelemahan menghalangi mereka untuk berbicara dan memperbaiki hubungan mereka.

Lalu suatu hari, seorang lelaki tua bijaksana datang ke desa. Itu adalah seorang lelaki tua dengan janggut putih panjang dan mata penuh pengalaman. Ia mendengar pertengkaran Ali dan Budi, lalu mengajak mereka berbincang. Mereka duduk di bawah sebuah pohon tua di tengah desa dan lelaki tua itu dengan lembut berkata: "Anak-anak muda, aku telah mendengar tentang masalah kalian. Dan aku ingin memberi Anda pelajaran tentang kehidupan. "

Orang tua bijak berkata: "Hidup adalah tentang saling memaafkan, bukan meminta maaf. Ia menjelaskan kepada Ali dan Budi bahwa memaafkan adalah tindakan yang lebih mulia. Ali mengakui kesalahannya dan dengan tulus meminta maaf. Budi, sebagai sahabat yang baik, juga harus mempunyai hati yang ikhlas untuk memaafkan. Ia mengatakan, banyak momen bahagia yang mereka alami. bersama, dan satu kesalahan itu tidak boleh menghancurkan semua kenangan indah ini.

Budi berpikir sejenak, memikirkan kata-kata bijak tersebut. Dia menyadari bahwa dia terlalu kejam dan persahabatan mereka lebih berharga daripada barang berharga yang rusak. Saat air matanya jatuh, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Ali. "Kamu benar, Ali. Kita sudah melalui banyak hal bersama dan satu kesalahan saja tidak akan mengakhiri persahabatan kita. Aku memaafkanmu," kata Budi dengan emosi dalam suaranya.

Ali tersenyum lega dan bahagia, keduanya berpelukan erat. Saat ini hubungan mereka kembali harmonis, Ali dan Budi menjadi sahabat yang lebih akrab dari sebelumnya. Mereka belajar bahwa memaafkan bukan hanya tindakan mulia, namun juga membantu kita menjalani kehidupan yang lebih damai dan penuh kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun