Mohon tunggu...
Nur Dini
Nur Dini Mohon Tunggu... Buruh - Find me on instagram or shopee @nvrdini

Omelan dan gerutuan yang terpendam, mari ungkapkan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Part Time Ngemis

3 Juni 2019   11:59 Diperbarui: 4 Juni 2019   05:10 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Setahu saya, pengemis di bulan Ramadhan ini ada yang memang pengemis full time, tapi ada juga yang part time.  Pengemis yang saya sebut full time ini memang sehari-hari ngemis.  Ga ada kerjaan lain, dengan alasan apapun dia berdedikasi untuk ngemis.  Sementara kalau yang part time, biasanya dia tidak bisa bekerja selama Ramadhan, tapi tetap membutuhkan pemasukan, sehingga dia memutuskan untuk mengemis selama Ramadhan saja.  Selepas itu, dia akan bekerja seperti biasa.  Yang saya tahu beberapa penjual makanan keliling dari satu sekolah ke sekolah lain akan jadi part time pengemis selama Ramadhan.  Tidak semua seperti itu, tapi memang ada beberapa yang melakukannya. 

Saya menyebut di awal bahwa pengemis adalah jenis pekerjaan musiman yang sangat sangat sangat sangat sangat menyebalkan.  Kenapa? Karena sikap mereka yang suka memaksa dan lebih galak daripada orang yang dia mintai uang.  Itu sangat mengganggu bagi saya.  Beberapa kali saya pernah ribut dengan oknum pengemis, yang maaf-maaf harus saya sebut kampret ini.  Disini saya tidak bermaksud merendahkan salah satu pihak, atau menyalahkan orang yang memberikan bantuan pada pengemis-pengemis itu, ini murni hanya pandangan saya saja. 

Di kota tempat saya tinggal terdapat Perda larangan memberikan uang kepada pengemis.  Di jalan raya banyak dipasang himbauan 'PEDULI BUKAN BERARTI MEMBERI'.  Kota tempat tinggal saya bukan berarti melarang orang untuk berbuat baik atau sedekah, tapi memang sedekah itu ada tempatnya.  Saat ini telah banyak didirikan badan-badan untuk penyaluran zakat, infaq, dan shadaqah.  

Lembaga-lembaga penggalangan dana yang memang terbukti valid, disalurkan secara benar pada orang-orang yang memang membutuhkan, bukan pada orang yang modal malas saja.  

Warga dianjurkan untuk berdonasi melalui lembaga resmi atau dinas sosial yang akan membagikannya secara merata.  Dinas sosial menggunakan dana itu untuk memberikan pelatihan kepada pengemis-pengemis agar memiliki keterampilan, dan mau bekerja di jalan lain.

Nah, kembali ke pengemis menyebalkan, pengemis ini suka memaksa dan ngomel-ngomel saat meminta uang ke orang-orang.  Kalau kemarin pernah viral di media sosial ada orang minta sumbangan pembangunan masjid lalu marah-marah karena hanya diberi seribu, saya juga pernah mengalami itu.  Serius, berkali-kali malah.  

Bedanya, yang meminta saya bukan dari panitia pembangunan masjid, karena masjid dekat rumah saya kalau mau renofasi ya berdikari.  Minta dana pembangunan ya ke warga langsung.  Ga jaman bangun masjid minta sumbangan keliling pulau Jawa. 

Adanya Perda untuk tidak memberikan uang secara langsung kepada pengemis membuat saya jadi tidak pernah mau memberikan uang saya ke mereka.  Karena selain menyalahi Perda, saya ga suka aja sama orang yang ga mau usaha lain, cuma modal muka kasian.  Saya benci banget yang jenis itu.  Adanya Perda larangan memberi pengemis itu disertai sangsi denda yang jumlahnya lumayan.  

Dari situ saya jelas tidak punya motivasi apapun untuk memberi pengemis.  Saya kadang memberi ke pengamen karena mereka usaha untuk nyanyi dan main alat musik.  Itupun harus cukup bagus dan membuat saya berpikir kalau dia memang niat ngamen.  Kalau hanya bawa kecrekan dan nyanyi asal-asalan, ya saya juga ga akan kasih.

Saya membuat tulisan ini karena baru saja mengalami lagi ribut dengan pengemis.  Jadi ada pengemis jalan ke depan rumah saya, dia masih jauh sudah saya bilang "Boten bu" yang berarti "tidak bu".  Tapi dia pura-pura budeg dan tetap mendekati pintu rumah saya.  

Sampai depan pintu rumah saya persis, saya sudah mengatakan "Boten bu" sampai tiga atau empat kali dan dia tetap acting budeg.  Setelah menunggu beberapa lama dan gantian saya yang pura-pura ga liat dia, si kampret ini lalu marah dan menggerutu.  Intinya dia tidak terima sudah menunggu lama tapi tidak dapat apa-apa.  Padahal salah siapa? Salah dia sendiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun