Pernah suatu kali saya sedang istirahat di klinik kesehatan di lingkungan tempat kerja saya karena saya sakit kepala hebat. Â Saya tiduran di sana, lalu masuklah dua orang perempuan. Â Tempat saya tiduran itu semacam bangsal dengan jumlah tempat tidur 10 atau 12 yang masing-masinh disekat gorden. Â
Tapi saat itu gorden semua dibuka sepertinya untuk menghindari orang yang ga sakit tapi numpang tidur, jadi agar lebih gampang untuk pengecekan pasiennya. Â Saat itu, tempat tidur yang terisi hanya empat, saya dengan tiga karyawan lain. Â Lalu tiba-tiba datang dua perempuan masuk ke ruangan, duduk di salah satu tempat tidur, dan gordennya ditutup. Â
Mereka lalu berbicara tentang pembayaran utang, saya mendengar mereka menyebut "bisnis" dan angka 22%. Â Saat itu, ditengah pusing dan keringat dingin, saya langsung menduga jangan-jangan mereka adalah salah satu dari banyaknya rentenir yang tumbuh di tempat saya bekerja.
Larisnya jasa pinjam uang yang ditawarkan rentenir itu karena mereka menawarkan pinjaman tanpa "ribet". Â Yang ingin pinjam hanya perlu menyerahkan kartu ATM, buku rekening yang tercatat menerima gaji bulanan, dan nomor pin ATM. Â Syaratnya memang lebih gampang dipenuhi. Â Minta hari ini, hari ini juga uang bisa langsung cair. Â Tapi syaratnya ga sebanding sih sama kecepatan memperoleh uangnya. Â
Buat saya, mending ribet dikit yang penting kartu ATM tetap di tangan, kecuali kuota maksimal pinjam ke bank atau koperasi sudah terpenuhi dan temen ga ada yang bisa kasih pinjem. Â
Tapi kalau saya mending ga jadi belanja sih, karena setau saya semua pinjaman itu ya buat konsumsi aja. Â Istilah kerennya, bukan sebagai pinjaman produktif. Â Bukan untuk nambah modal usaha, atau beli barang untuk dijual lagi, tapi memang murni buat kesenangan sendiri aja. Â
Timing yang serba pas membuat jasa peminjaman uang ini menjamur. Â Pas pingin ganti hp, pas ada model baru yg release, pas ga punya duit, pas ada yang nawarin pinjaman. Â Bukan kebetulan, tapi memang ada orang yang pas punya uang lebih dan pintar membaca situasi untuk buka jasa layanan pinjaman uang berbunga 22-25%. Itu gila sih, cepet kaya kalau saya juga ikutan "bisnis" itu.
Nah, kartu ATM dan buku rekening yang disyaratkan tadi buat apa? Ya buat jaminan kalau orang-orang akan rutin bayar cicilan. Â Untuk menghindari orang yang suka berkelit dan bilang ga punya uang buat nyicil. Â Jadi dengan pegang kartu ATMnya, ketika masuk masa gajian dan uang sudah masuk rekening, si rentenir bisa langsung tarik tunai sejumlah cicilan dan bunganya. Â
Pinter ya? Tapi konon si pemberi pinjaman biasanya konfirmasi dulu ke peminjam bulan ini bau bayar berapa sebelum dia tarik tunai. Â Mau bayar cicilan + bunga, atau bunganya aja. Â Cukup baik sih menurut saya, karena pemberi pinjaman masih memikirkan keperluan peminjam, siapa tau ada keluarga yang sedang sakit jadi ga bisa bayar cicilan. Â Masih ada toleransinya. Â
Dengan fakta bahwa pihak peminjam uang membawa kartu ATM, buku tabungan, dan nomor pin, peminjam nakal kadang ingin mengakali. Â Merasa hanya pinjam satu juta, sudah bayar lebih tapi statusnya belum juga lunas dan kartu ATM masih ditahan di pemberi pinjaman, wajar sih kalau jadi dongkol atau marah. Â Tapi kalau mau minta kartu ATM dikembalikan, ga mungkin, kan statusnya belum lunas di mata pemberi pinjaman. Â
Akhirnya, peminjam membuat ide penipuan. Â Orang-orang tak bertanggung jawab ini akan lapor ke bank bahwa buku tabungannya hilang, minta diblokir, ganti nomor rekening. Â Selanjutnya tinggal lapor ke perusahaan kalau ada kehilangan buku tabungan, dan bla bla bla, rekening baru, gaji aman. Â Jahat ya?